Oleh
Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
Guru
SKI MTsN 2 Garut
Duta
Literasi Kabupaten Garut
Kabid
Humas AGERLIP PGM Indonesia
(Naskah
ke 202)
Selamat Hari Guru Nasional 2025. Tahun ini terasa sangat istimewa bagi
seorang guru bernama Nurul Jubaedah. Di ruang-ruang kelas MTsN 2 Garut, ia
telah menapaki perjalanan 25 tahun pengabdian angka
yang tak hanya panjang, tetapi penuh makna. Uniknya, usia pengabdiannya genap
bersamaan dengan tanggal 25, seolah semesta memberi tanda bahwa langkahnya
berada di jalur yang diberkahi.
Nurul memulai kariernya pada era ketika papan tulis hitam masih mendominasi
ruang kelas. Ia menyaksikan perubahan sistem pendidikan, kurikulum yang
berkali-kali bertransformasi, dan generasi siswa yang terus berganti dengan
tantangan yang berbeda-beda. Namun satu hal tak berubah: cintanya pada profesi
mengajar.
Baginya, menjadi guru bukan sekadar pekerjaan, melainkan jalan hidup.
Setiap pagi ia melangkah ke madrasah dengan keyakinan bahwa di hadapannya ada
anak-anak yang menunggu bukan hanya ilmu, tetapi teladan, motivasi, dan
perhatian. Ia percaya ruang kelas adalah tempat paling sederhana sekaligus
paling strategis untuk menanamkan harapan masa depan bangsa.
Selama dua puluh lima tahun itu, Nurul telah menemani ribuan siswa
menapaki jalan tumbuh dewasa. Ia mengingat beberapa di antara mereka menjadi
guru, pengusaha, perawat, penyuluh agama, bahkan pegawai pemerintah. Setiap
kali bertemu mantan murid yang kini telah sukses, Nurul merasa perjalanan
panjangnya tidak sia-sia.
Perubahan besar dalam dunia pendidikan, terutama kewajiban PPG, penataan
sertifikasi, dan tuntutan profesionalisme, juga ia jalani dengan kesabaran. Ia
melewati masa-masa berat ketika administrasi guru semakin kompleks. Namun Nurul
selalu memegang prinsip sederhana: hadapi dengan ikhlas, jalani dengan sabar,
dan selesaikan dengan penuh tanggung jawab. Baginya, peningkatan kompetensi
bukan beban, tetapi bagian dari adab seorang pendidik.
Hari Guru Nasional 2025 yang mengusung semangat Merawat Semesta
Dengan Cinta terasa menyatu dengan perjalanan hidupnya. Ia percaya cinta
adalah energi utama seorang guru. Tanpa cinta, pembelajaran kehilangan ruhnya.
Tanpa cinta, guru hanya menjadi pengajar, bukan pendidik.
Di balik senyum lembutnya, tersimpan kisah getir yang jarang ia
ungkapkan tentang hari-hari ketika ia harus memaksakan diri tetap mengajar meski
sedang dilanda duka, tentang malam-malam panjang menyelesaikan berkas, dan
tentang perjuangan menjaga semangat di tengah keterbatasan sarana. Tetapi bagi
Nurul, semua itu bagian dari kemuliaan profesi. “Kalau bukan dengan cinta, saya
sudah lelah sejak dulu,” katanya suatu hari.
Kini, tepat di usia pengabdiannya yang ke-25, Nurul menatap masa depan
dengan harapan baru. Ia berdoa agar guru-guru Indonesia semakin dihargai,
kesejahteraan semakin membaik, dan pemerintah memberikan keberpihakan nyata
bagi mereka yang mengabdikan hidup untuk mencerdaskan bangsa. Ia pun tersenyum
sambil berbisik, “Semoga naik gaji 2026 ya Pak Prabowo.”
Hari Guru Nasional 2025 menjadi momen bagi Nurul Jubaedah untuk mengucap
syukur. Dua puluh lima tahun bukan akhir perjalanan, tetapi tonggak untuk terus
melangkah. Ia ingin tetap menjadi pelita kecil yang menuntun generasi muda
menuju masa depan yang gemilang.
Selamat Hari Guru Nasional untuk semua guru di Indonesia, terutama bagi
mereka yang seperti Nurul mengajar dengan hati, bertahan dengan sabar, dan mengabdi dengan cinta.
إرسال تعليق