Mengapa Para Ahli Sepakat Usia 32 Masih Remaja?

 

Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag

Guru SKI MTsN 2 Garut

Duta Literasi Kabupaten Garut

Kabid Humas AGERLIP PGM Indonesia

(Naskah ke 219)



 

Dahulu, usia 18 atau 21 tahun sering dianggap sebagai saat seseorang mencapai kedewasaan. Di usia ini, orang diharapkan sudah memiliki pemikiran yang matang, emosi yang stabil, dan kemampuan untuk membuat keputusan penting. Namun, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam The Lancet secara perlahan mulai mengubah pandangan ini. Ilmu pengetahuan kini berbicara dengan cara yang lebih lembut: proses menjadi dewasa ternyata tidak sekadar bergantung pada angka di KTP.

 

 

 

Studi tersebut mengungkapkan bahwa perkembangan otak manusia terutama bagian yang mengendalikan emosi, pengendalian diri, dan kemampuan untuk mengambil keputusan masih berlangsung hingga akhir dua puluhan tahun, bahkan dapat berlanjut sampai awal tiga puluhan. Ini berarti, otak kita belum sepenuhnya “dewasa” di usia 18 atau 21 tahun. Jadi, jika di awal dua puluhan kamu masih merasa bingung, ragu, atau suka berganti-ganti pendapat, itu bukan tanda bahwa kamu lemah. Itu adalah tanda bahwa otakmu masih bekerja, berkembang, dan belajar.

 

 

 

Selain aspek biologis, secara sosial, perjalanan menuju dewasa kini juga lebih panjang. Banyak individu baru menyelesaikan pendidikan tinggi di akhir dua puluhan. Permasalahan finansial semakin terasa, persaingan di dunia kerja semakin ketat, dan biaya hidup terus merangkak naik. Menikah atau hidup mandiri seringkali diundur, bukan karena enggan dewasa, melainkan karena kenyataan yang memerlukan persiapan yang lebih matang. Ketergantungan terhadap orang tua menjadi lebih lama dan hal ini kini dianggap wajar, bukan sesuatu yang memalukan.

 

 

 

Karena perubahan ini, para pakar merekomendasikan agar periode remaja didefinisikan ulang menjadi antara usia 10 hingga 24 tahun. Bahkan, proses transisi menuju kedewasaan sepenuhnya bisa berlanjut hingga usia 30 hingga 34 tahun. Definisi ini bukan untuk memanjakan generasi muda, tetapi untuk memahami kenyataan secara jujur. Dunia sekarang jauh lebih rumit dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Pilihan hidup jauh lebih banyak, beban yang dihadapi juga lebih besar.

 

 

 

Lalu, apa arti semua ini bagi kita? Artinya, kamu bisa merasa sedikit lebih tenang. Jika kamu merasa bimbang, belum menemukan arah hidup, atau merasa “kenapa aku belum mencapai apa-apa” di awal dua puluhan, tenanglah. Kamu tidak tertinggal. Kamu sedang berada dalam tahap yang secara ilmiah diakui sebagai masa transisi.

 

 

 

Satu saran sederhana untuk menjalani periode ini adalah: berhenti membandingkan perjalanan hidupmu dengan orang lain. Fokuslah pada proses yang kamu jalani, bukan seberapa cepatnya. Manfaatkan waktu ini untuk lebih mengenali diri sendiri, mencoba hal-hal baru, belajar dari kesalahan, dan membangun dasar kehidupan satu langkah demi langkah. Kedewasaan bukanlah perlombaan, melainkan perjalanan yang memiliki ritme yang berbeda.

 

 

 

Pada akhirnya, menjadi dewasa bukan tentang segera mapan, tetapi tentang tumbuh dengan penuh kesadaran. Dan kabar baiknya, sains mendukungmu: kamu masih dalam proses menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri yang dewasa.

Post a Comment

أحدث أقدم