Oleh: Dr. Aty Mulyani, S.Ag.,
S.Pd., M.Pd
Ketua Umum PGM Ind Wil. Jambi
Pengawas MA Kab. Muaro Jambi
Ketua III Forkom Ormas Jambi
Kajian atas Al-Kahfi ayat 18 & 22
|
|
|

Pendahuluan
Al-Qur’an
menyebut anjing secara eksplisit dalam konteks Ashabul Kahfi,
para pemuda beriman yang berlindung di sebuah gua dan ditidurkan Allah selama
ratusan tahun. Keberadaan seekor anjing yang mendampingi mereka bukan
sekadar detail cerita, tetapi mengandung pesan tafsir, moral, dan sains yang
sangat mendalam.
Penyebutan
hewan tertentu dalam Al-Qur’an selalu memiliki hikmah simbolik dan
fungsional. Dalam kisah ini, anjing menjadi ikon kesetiaan, perlindungan,
dan ketetapan sunnatullah pada makhluk hidup.
1. Ayat Al-Qur’an yang Menyebut
Anjing dalam Kisah Ashabul Kahfi
Al-Kahfi ayat 18
“Dan anjing mereka menjulurkan
kedua kaki depannya di ambang gua…”
Al-Kahfi ayat 22
“…Mereka bertujuh, yang
kedelapannya adalah anjing mereka…”
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa anjing
tersebut menjadi bagian penting dari kisah, sampai disebutkan ketika Allah
menyebut jumlah Ashabul Kahfi.
2. Tafsir: Mengapa Anjing
Dimasukkan dalam Kisah Ashabul Kahfi?
A. Simbol Kesetiaan dan
Perlindungan
Anjing digambarkan dalam posisi menjaga
di pintu gua (QS 18:18). Tafsir menyatakan:
- Ia
tidak tidur selama Ashabul Kahfi ditidurkan.
- Ia
menjaga pintu seolah tetap “bertugas”.
- Posisi
menjulurkan kaki depan adalah pose kewaspadaan.
Pelajaran tafsir:
Kesetiaan dan loyalitas seekor hewan bisa mengajarkan manusia tentang ikhlas
dalam berjuang, bahkan tanpa pamrih.
B. Kehormatan yang Allah Berikan
kepada Makhluk Rendah
Para ulama menyebut:
“Jika seekor anjing dekat dengan
orang saleh, Allah tinggikan namanya dalam Al-Qur’an.”
Ini memberi pelajaran bahwa:
- Dekat
dengan orang saleh mengangkat derajat.
- Lingkungan
menentukan kemuliaan seseorang atau makhluk.
C. Menunjukkan Rahmat Allah bagi
Semua Makhluk
Allah menyebut anjing untuk:
- Menegaskan
bahwa rahmat Allah meliputi makhluk yang sering diremehkan.
- Menghilangkan
stigma bahwa semua anjing itu najis atau tidak mulia.
Al-Qur’an justru menempatkan anjing dalam kisah agung penuh iman.
D. Menjadi Bukti Historis Kehidupan
Kehadiran anjing mencocokkan:
- Tradisi
masyarakat kuno Timur Tengah yang menggunakan anjing sebagai penjaga.
- Konsistensi
narasi sejarah dan antropologi kuno.
3. Analisis Sains: Mengapa Anjing
Relevan Dalam Narasi Ini?
|
|
|

A.
Peran Biologis sebagai Penjaga
Secara
ilmiah, anjing memiliki:
- Indera penciuman
10.000 kali lebih tajam dari manusia.
- Pendengaran
ultrasonik yang mendeteksi ancaman jauh
sebelum manusia sadar.
- Insting teritorial
sebagai penjaga alami.
Sebuah
gua terpencil ideal dijaga oleh anjing karena:
- Anjing dapat
mengusir predator atau manusia.
- Ia bereaksi cepat
terhadap suara asing.
Kesetiaan
ini bukan hanya moral, tetapi juga evolusi biologis yang menjadikan
anjing spesies pelindung terbaik manusia.
B.
Perilaku Sosial: Ikatan dengan Manusia
Sains
modern menunjukkan:
- Anjing membentuk ikatan
emosional kuat melalui hormon oksitosin.
- Mereka mampu
membaca ekspresi wajah manusia.
- Mereka bisa
“setia” meski dalam kondisi ekstrem.
Fenomena
ini menjelaskan mengapa anjing Ashabul Kahfi tetap berjaga meski mereka
tertidur lama.
C.
Ketahanan Biologis terhadap Kondisi Ekstrem
Untuk
anjing bisa tetap berada di pintu gua selama periode panjang (walaupun tidak
tidur selama ratusan tahun—itu bukan maksud ayat), para ulama memahami:
- Posisi anjing
terjaga adalah keadaan saat pertama kali mereka masuk dan tidur.
- Allah “membekukan”
keadaan itu sehingga tetap menjadi simbol penjagaan.
Dari
sisi sains, ini bisa dianalogikan:
- Stasis biologis
atau “kesadaran istimewa” dalam keadaan tertentu.
- Penghentian proses
biologis sebagai bagian dari mukjizat tidur panjang Ashabul Kahfi.
4.
Pesan Moral dan Spiritual
A.
Kesetiaan Mengalahkan Status
Seekor
anjing pun disebut mulia karena kesetiaannya. Manusia yang memiliki ilmu tetapi
tidak setia pada kebenaran tidak disebutkan seperti itu.
B.
Dekat dengan Orang Beriman Mengangkat Derajat
Jika
anjing dekat dengan orang saleh saja dimuliakan Allah,
maka manusia yang dekat dengan ilmu dan amal saleh akan lebih lagi.
C.
Pelajaran Humility (Kerendahan Hati)
Kisah
ini menghapus anggapan bahwa:
- Hanya makhluk
tertentu yang mulia.
- Hewan tidak punya
peran spiritual.
Al-Qur’an
menunjukkan bahwa semua makhluk Allah memiliki fungsi ibadah.
5. Kesimpulan
Penyebutan anjing (Al-Kalb) dalam
Al-Kahfi bukan sekadar detail cerita, tetapi:
Dari sisi tafsir
- Simbol
kesetiaan.
- Bentuk
kemuliaan bagi makhluk kecil.
- Pelajaran
tentang dekat dengan orang saleh.
- Penegasan
rahmat Allah bagi seluruh makhluk.
Dari sisi sains
- Anjing
memiliki sistem indra pelindung yang sangat kuat.
- Ikatan
emosional dengan manusia terbukti ilmiah.
- Peran
biologis cocok sebagai penjaga pintu gua.
Makna besar
Allah ingin mengajarkan:
Kesetiaan dan pengabdian yang tulus
dapat membuat makhluk rendah menjadi tinggi di sisi Allah.
|
|
Bionarasi : Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd.
adalah seorang pendidik yang berdedikasi dalam pengembangan pendidikan di
madrasah. Sebagai guru Biologi di MAN Insan Cendekia Jambi dan
bertransformasi ke pendamping madrasah, ia aktif membimbing guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, ia juga merupakan aktivis
organisasi profesional PGM IND, PPMN, IGI, APSI, APMI, Forkom Ormas Jambi,
yang berkontribusi dalam berbagai forum pendidikan. Sebagai penulis, Dr. Aty
telah menghasilkan berbagai karya di bidang pendidikan dan manajemen
pendidikan, yang menjadi referensi bagi pendidik dan praktisi pendidikan di
Indonesia. |





Posting Komentar