Analisis Sains dan Tafsir: Mengapa Al-Qur’an Menyebut Al-Wahsy (Binatang Buas) dalam QS. At-Takwir ayat 5?

 


 

Ayat Terkait

وَإِذَا الْوُحُوشُ حُشِرَتْ “Dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan.” QS. At-Takwir: 5

Ayat ini termasuk rangkaian ayat-ayat yang menggambarkan tanda-tanda besar hari kiamat, menampilkan gambaran perubahan kosmik dan kekacauan alam semesta.

 

 

1. Tafsir Al-Qur’an: Makna Al-Wahsy dan Pengumpulannya

a. Makna kata “Al-Wuḥūsh / Al-Wahsy”

Menurut para mufasir (Ibn Katsir, Al-Tabari, Al-Qurthubi):

  • Al-Wuḥūsh” adalah binatang buas liar yang hidup di padang pasir, hutan, atau pegunungan.
  • Termasuk semua hewan yang tidak terbiasa hidup dekat manusia: serigala, singa, macan, hyena, kijang liar, onta liar, burung pemangsa, dll.

b. Makna “ḥushirat” – dikumpulkan

Ada dua penafsiran besar:

  1. Penafsiran Hari Kiamat “Dikumpulkan” berarti bingung, keluar dari habitatnya, dan berkumpul bersama karena ketakutan luar biasa ketika alam semesta runtuh.
  2. Penafsiran Hari Kebangkitan Sebagian ulama (Al-Qurthubi) menafsirkan bahwa semua makhluk, termasuk hewan, akan dibangkitkan, meski kemudian tidak dihisab seperti manusia; mereka sekadar dikumpulkan sebelum kembali menjadi tanah.

c. Pesan Teologis

  • Tidak ada kekuatan yang bertahan ketika kiamat datang, bahkan hewan buas yang biasanya kuat dan mandiri.
  • Perilaku alami hewan berubah total, menunjukkan kekuasaan Allah atas seluruh makhluk.
  • Ayat ini menjadi peringatan tentang kehancuran tatanan alam.

 

2. Analisis Sains: Fenomena Hewan Liar Saat Bencana Alam

Jika ditinjau dari perspektif sains, penyebutan binatang buas yang dikumpulkan memiliki kemiripan dengan perilaku hewan saat terjadi bencana besar.

a. Hewan liar sangat peka terhadap perubahan geofisika

Penelitian menunjukkan:

  • Hewan dapat merasakan gelombang infrasonik, perubahan elektromagnetik, getaran bumi, dan pergeseran medan magnet jauh sebelum manusia mengetahuinya.
  • Ketika terjadi ketidakstabilan ekstrem, hewan buas:
    • meninggalkan wilayahnya,
    • berkumpul secara tidak wajar,
    • bahkan bercampur dengan spesies lain.

Fenomena ini terjadi sebelum:

  • tsunami,
  • gempa besar,
  • letusan gunung,
  • badai geomagnetik.

Sains membuktikan bahwa perubahan kondisi alam skala besar memang mampu membuat hewan liar keluar dari habitat dan berkumpul, sebagaimana digambarkan dalam ayat.

 

b. Pada Hari Kiamat, efek alam jauh lebih ekstrem

Jika gejolak kecil saja membuat ekosistem hewan kacau, maka:

  • gempa kosmik,
  • kehancuran gravitasi,
  • pergeseran orbit,
  • meledaknya bintang,
  • hilangnya atmosfer,

akan menyebabkan ketakutan makhluk hidup pada skala yang tak terbayangkan.

Binatang buas yang biasanya saling bermusuhan pun akan berkumpul dan tidak lagi menyerang, karena insting bertahan hidupnya runtuh.

Hal ini sesuai hadits Nabi:

“Tidak akan terjadi kiamat kecuali … binatang-binatang buas tidak lagi saling memakan.”
(Riwayat Thabrani)

3. Hikmah dan Pesan Tadabbur

1. Simbol runtuhnya sistem alam

Hewan buas adalah simbol ekosistem. Ketika mereka keluar dari tatanannya, berarti alam telah mencapai titik ketidakstabilan total.

2. Pengingat bahwa tidak ada tempat aman pada hari kiamat

Hewan buas biasanya cepat dan kuat, namun saat kiamat:

  • kekuatan fisik tidak berguna,
  • insting liar pun hilang,
  • mereka berkumpul seperti makhluk lemah.

Ini menjadi tamsil bagi manusia, bahwa hanya keimanan yang menyelamatkan.

3. Penegasan tentang kekuasaan Allah atas makhluk

Binatang liar yang biasanya hidup bebas menunjukkan ketergantungan total kepada ketetapan Allah.

4. Tanda kasih sayang Allah

Ulama mengatakan bahwa Allah membangkitkan hewan untuk kemudian menjadikannya tanah kembali, lalu:

“Akan berkata orang kafir: Wahai kiranya aku dahulu adalah tanah.” QS. An-Naba’: 40

 

4. Kesimpulan

Penyebutan Al-Wahsy (binatang buas) dalam QS. At-Takwir ayat 5 mengandung pesan mendalam:

  1. Secara tafsir, ia menggambarkan kekacauan kosmik hari kiamat, ketika semua binatang liar keluar dari habitatnya dan berkumpul dalam ketakutan.
  2. Secara sains, fenomena ini sejalan dengan perilaku hewan yang merespons perubahan besar geofisika; pada skala kiamat, kekacauan itu terjadi secara total.
  3. Secara spiritual, ayat ini menegaskan bahwa tidak ada makhluk yang mampu menghindar dari ketetapan Allah, dan mengajak manusia untuk bersiap menghadapi kehidupan akhirat.

Bionarasi : Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd. adalah seorang pendidik yang berdedikasi dalam pengembangan pendidikan di madrasah. Sebagai guru Biologi di MAN Insan Cendekia Jambi dan bertransformasi ke pendamping madrasah, ia aktif membimbing guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, ia juga merupakan aktivis organisasi profesional PGM IND, PPMN, IGI, APSI, APMI, Forkom Ormas Jambi, yang berkontribusi dalam berbagai forum pendidikan. Sebagai penulis, Dr. Aty telah menghasilkan berbagai karya di bidang pendidikan dan manajemen pendidikan, yang menjadi referensi bagi pendidik dan praktisi pendidikan di Indonesia.

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama