Oleh Nurul Jubaedah (Guru MTsN 2 Garut)
Seiring kemajuan teknologi dan evolusi kebutuhan dunia
kerja, pendidikan di Indonesia semakin mengharapkan peremajaan dalam kurikulum.
Setelah kemunculan Kurikulum Merdeka yang menitikberatkan pada kefleksibelan
dan kemandirian peserta didik, kini konsep kurikulum berbasis deep learning
mulai disuarakan.
Kurikulum ini menawarkan pendekatan pembelajaran yang
lebih mendalam, yang diyakini akan menghasilkan lulusan yang memiliki pemahaman
yang kokoh dan keterampilan berpikir kritis yang lebih tajam. Namun, bersamaan
dengan harapan itu, juga timbul kekhawatiran apakah kurikulum ini malah akan
menjadi beban tambahan yang memengaruhi kesejahteraan mental guru dan peserta
didik.
Kenapa Deep
Learning Dibutuhkan?. Penggunaan deep learning di bidang pendidikan bertujuan
untuk memberikan kemampuan yang lebih mendalam kepada peserta didik, melebihi
pemahaman biasa terhadap materi.
Pendekatan ini menekankan pemahaman konsep yang
mendalam, pembelajaran kontekstual, dan keterampilan analitis yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah nyata. Deep learning dipercayai dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan adaptasi, kualitas yang
sangat diperlukan di era globalisasi dan revolusi industri 4. 0.
Namun, agar mencapai hasil sesuai harapan, peserta
didik perlu terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Mereka dituntut untuk
mampu menganalisis, mengevaluasi, dan mengaplikasikan konsep yang telah
dipelajari. Di sinilah terletak tantangan-tantangan yang mungkin menjadi beban.
Tekanan Psikologis bagi Peserta Didik. Sebagai
kurikulum yang menuntut peserta didik terlibat dalam analisis mendalam dan
pembelajaran berbasis proyek, deep learning bisa menjadi sangat menantang.
Beberapa peserta didik mungkin merasa kesulitan jika
tidak memiliki keterampilan dasar yang kuat. Jika tuntutan kurikulum ini tidak
disertai dengan dukungan yang mencukupi dari sekolah, tekanan yang dirasakan peserta
didik dapat menjadi isu yang berarti.
Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami
materi secara dalam mungkin merasa cemas dan frustrasi. Selain itu, pekerjaan
rumah yang semakin menumpuk dan evaluasi berkelanjutan dapat memicu tekanan
yang merugikan kesehatan mental mereka. Tuntutan untuk selalu mampu berpikir
kritis dan kreatif, meskipun positif, dapat menjadi beban berat bagi peserta
didik yang belum siap atau yang tidak terbiasa dengan metode ini.
Tantangan dan Beban Tambahan bagi Guru. Kurikulum deep
learning memerlukan peran aktif dan keterlibatan penuh dari guru. Guru bukan
sekadar menyampaikan informasi, melainkan juga seorang fasilitator yang
terampil dalam merancang pembelajaran interaktif, memandu diskusi yang
mendalam, dan memberikan penilaian yang membangun.
Dalam situasi seperti sekarang, banyak guru masih
merasa terbebani dengan tugas administratif yang cukup berat, sehingga kadang
sulit bagi mereka untuk memenuhi tuntutan kurikulum. Selain itu, perubahan
kurikulum memerlukan pelatihan dan adaptasi.
Guru yang sudah terbiasa dengan pendekatan
tradisional, mungkin merasa tertekan saat dihadapkan dengan berbagai tuntutan
yang baru. Tanpa persiapan yang matang dan dukungan yang memadai, mereka bisa
merasa kewalahan.
Kurikulum deep learning seharusnya menjadi alat untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Namun, justru berisiko menciptakan stres dan burnout
bagi guru yang tidak siap.
Apa yang Diperlukan untuk Mengatasi Tantangan Ini?. Agar
kurikulum deep learning dapat diterapkan secara efektif tanpa mengorbankan
kesehatan mental peserta didik dan guru, diperlukan berbagai dukungan, baik
dari pemerintah, sekolah, maupun lingkungan belajar itu sendiri.
Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain pertama, Pelatihan
Intensif bagi Guru. Guru perlu dibekali dengan pelatihan yang cukup dan
dukungan profesional dalam menerapkan metode pembelajaran berbasis deep
learning.
Mereka perlu memahami bagaimana cara untuk
memfasilitasi pembelajaran yang mendalam tanpa memberikan beban yang terlalu
berat bagi peserta didik. Tentu saja, berikut adalah kalimat yang diutarakan
ulang dengan nada yang lebih halus: "Silakan tambahkan dua jeda baris jika
diperlukan.”
Pendekatan Bertahap dan Fleksibel. Implementasi
kurikulum ini lebih baik dilakukan secara bertahap, memberikan kesempatan bagi peserta
didik dan guru untuk menyesuaikan diri. Fleksibilitas dalam menilai dan
menyesuaikan materi juga penting untuk mengurangi beban.
Ketiga, Penguatan Dukungan Psikologis. Dengan
kurikulum yang lebih menuntut, sekolah sebaiknya memberikan dukungan psikologis
yang memadai, baik bagi peserta didik maupun guru.
Menyediakan layanan konseling yang mudah diakses akan
membantu mengatasi tekanan dan kecemasan yang mungkin muncul. Ini akan membantu
mengurangi beban yang dirasakan dan memberikan dukungan yang lebih efektif bagi
mereka yang membutuhkannya.
Keempat, Penilaian yang berorientasi pada proses,
bukan hanya hasil. Alih-alih berfokus pada hasil akhir, penilaian yang lebih
menitikberatkan pada proses pembelajaran dapat mengurangi tekanan dan membuat peserta
didik merasa dihargai atas usaha mereka, bukan sekadar nilai. Tambahkan dua tag
break di mana jeda baris diperlukan.
Kelima, Kolaborasi dengan Orang Tua. Dukungan orang
tua adalah kunci keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum ini.
Orang tua mestinya paham kalau kurikulum deep learning
itu berbeda dengan cara tradisional. Dengan begitu, mereka bisa memberikan
dukungan yang dibutuhkan di rumah dan turut menjaga kesehatan mental anak.
Menjembatani harapan dan realitas. Kurikulum deep
learning sungguh menawarkan terobosan berharga di ranah pendidikan Indonesia.
Namun, tanpa persiapan yang matang dan perhatian
serius terhadap dampaknya, penerapan kurikulum ini dapat menjadi ancaman bagi
kesejahteraan mental peserta didik dan guru. Alih-alih menghadirkan perubahan
yang positif, pendekatan ini malah berpotensi menjadi beban.
Dalam dunia pendidikan, perubahan besar tidak bisa
hanya diukur dari seberapa besar inovasi yang dibawa, tetapi juga dari kesiapan
para pelaku pendidikan dalam menghadapinya. Kurikulum deep learning bisa
menjadi langkah maju yang signifikan jika diterapkan dengan cara yang
bijaksana.
Selamat menikmati dunia deep learning. Kita perlu
belajar agar bisa melihat, melihat, dan menggunakan datanya! Jika tidak, kita
mungkin perlu mengevaluasi kembali apakah jalan menuju pembelajaran bermakna
ini benar-benar selaras dengan tujuan utama pendidikan yaitu membentuk individu
yang tidak hanya cerdas, tetapi juga sejahtera secara mental.
Posting Komentar