(2) Kurikulum Deep Learning: Jalan Menuju Pembelajaran Bermakna atau Ancaman bagi Kesehatan Mental?

 

                                                 Oleh Nurul Jubaedah (Guru MTsN 2 Garut)

Seiring kemajuan teknologi dan evolusi kebutuhan dunia kerja, pendidikan di Indonesia semakin mengharapkan peremajaan dalam kurikulum. Setelah kemunculan Kurikulum Merdeka yang menitikberatkan pada kefleksibelan dan kemandirian peserta didik, kini konsep kurikulum berbasis deep learning mulai disuarakan.

Kurikulum ini menawarkan pendekatan pembelajaran yang lebih mendalam, yang diyakini akan menghasilkan lulusan yang memiliki pemahaman yang kokoh dan keterampilan berpikir kritis yang lebih tajam. Namun, bersamaan dengan harapan itu, juga timbul kekhawatiran apakah kurikulum ini malah akan menjadi beban tambahan yang memengaruhi kesejahteraan mental guru dan peserta didik.

 Kenapa Deep Learning Dibutuhkan?. Penggunaan deep learning di bidang pendidikan bertujuan untuk memberikan kemampuan yang lebih mendalam kepada peserta didik, melebihi pemahaman biasa terhadap materi.

Pendekatan ini menekankan pemahaman konsep yang mendalam, pembelajaran kontekstual, dan keterampilan analitis yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah nyata. Deep learning dipercayai dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan adaptasi, kualitas yang sangat diperlukan di era globalisasi dan revolusi industri 4. 0.

Namun, agar mencapai hasil sesuai harapan, peserta didik perlu terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Mereka dituntut untuk mampu menganalisis, mengevaluasi, dan mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari. Di sinilah terletak tantangan-tantangan yang mungkin menjadi beban.

Tekanan Psikologis bagi Peserta Didik. Sebagai kurikulum yang menuntut peserta didik terlibat dalam analisis mendalam dan pembelajaran berbasis proyek, deep learning bisa menjadi sangat menantang.

Beberapa peserta didik mungkin merasa kesulitan jika tidak memiliki keterampilan dasar yang kuat. Jika tuntutan kurikulum ini tidak disertai dengan dukungan yang mencukupi dari sekolah, tekanan yang dirasakan peserta didik dapat menjadi isu yang berarti.

Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi secara dalam mungkin merasa cemas dan frustrasi. Selain itu, pekerjaan rumah yang semakin menumpuk dan evaluasi berkelanjutan dapat memicu tekanan yang merugikan kesehatan mental mereka. Tuntutan untuk selalu mampu berpikir kritis dan kreatif, meskipun positif, dapat menjadi beban berat bagi peserta didik yang belum siap atau yang tidak terbiasa dengan metode ini.

Tantangan dan Beban Tambahan bagi Guru. Kurikulum deep learning memerlukan peran aktif dan keterlibatan penuh dari guru. Guru bukan sekadar menyampaikan informasi, melainkan juga seorang fasilitator yang terampil dalam merancang pembelajaran interaktif, memandu diskusi yang mendalam, dan memberikan penilaian yang membangun.

Dalam situasi seperti sekarang, banyak guru masih merasa terbebani dengan tugas administratif yang cukup berat, sehingga kadang sulit bagi mereka untuk memenuhi tuntutan kurikulum. Selain itu, perubahan kurikulum memerlukan pelatihan dan adaptasi.

Guru yang sudah terbiasa dengan pendekatan tradisional, mungkin merasa tertekan saat dihadapkan dengan berbagai tuntutan yang baru. Tanpa persiapan yang matang dan dukungan yang memadai, mereka bisa merasa kewalahan.

Kurikulum deep learning seharusnya menjadi alat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun, justru berisiko menciptakan stres dan burnout bagi guru yang tidak siap.

Apa yang Diperlukan untuk Mengatasi Tantangan Ini?. Agar kurikulum deep learning dapat diterapkan secara efektif tanpa mengorbankan kesehatan mental peserta didik dan guru, diperlukan berbagai dukungan, baik dari pemerintah, sekolah, maupun lingkungan belajar itu sendiri.

Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain pertama, Pelatihan Intensif bagi Guru. Guru perlu dibekali dengan pelatihan yang cukup dan dukungan profesional dalam menerapkan metode pembelajaran berbasis deep learning.

Mereka perlu memahami bagaimana cara untuk memfasilitasi pembelajaran yang mendalam tanpa memberikan beban yang terlalu berat bagi peserta didik. Tentu saja, berikut adalah kalimat yang diutarakan ulang dengan nada yang lebih halus: "Silakan tambahkan dua jeda baris jika diperlukan.”

Pendekatan Bertahap dan Fleksibel. Implementasi kurikulum ini lebih baik dilakukan secara bertahap, memberikan kesempatan bagi peserta didik dan guru untuk menyesuaikan diri. Fleksibilitas dalam menilai dan menyesuaikan materi juga penting untuk mengurangi beban.

Ketiga, Penguatan Dukungan Psikologis. Dengan kurikulum yang lebih menuntut, sekolah sebaiknya memberikan dukungan psikologis yang memadai, baik bagi peserta didik maupun guru.

Menyediakan layanan konseling yang mudah diakses akan membantu mengatasi tekanan dan kecemasan yang mungkin muncul. Ini akan membantu mengurangi beban yang dirasakan dan memberikan dukungan yang lebih efektif bagi mereka yang membutuhkannya.

Keempat, Penilaian yang berorientasi pada proses, bukan hanya hasil. Alih-alih berfokus pada hasil akhir, penilaian yang lebih menitikberatkan pada proses pembelajaran dapat mengurangi tekanan dan membuat peserta didik merasa dihargai atas usaha mereka, bukan sekadar nilai. Tambahkan dua tag break di mana jeda baris diperlukan.

Kelima, Kolaborasi dengan Orang Tua. Dukungan orang tua adalah kunci keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum ini.

Orang tua mestinya paham kalau kurikulum deep learning itu berbeda dengan cara tradisional. Dengan begitu, mereka bisa memberikan dukungan yang dibutuhkan di rumah dan turut menjaga kesehatan mental anak.

Menjembatani harapan dan realitas. Kurikulum deep learning sungguh menawarkan terobosan berharga di ranah pendidikan Indonesia.

Namun, tanpa persiapan yang matang dan perhatian serius terhadap dampaknya, penerapan kurikulum ini dapat menjadi ancaman bagi kesejahteraan mental peserta didik dan guru. Alih-alih menghadirkan perubahan yang positif, pendekatan ini malah berpotensi menjadi beban.

Dalam dunia pendidikan, perubahan besar tidak bisa hanya diukur dari seberapa besar inovasi yang dibawa, tetapi juga dari kesiapan para pelaku pendidikan dalam menghadapinya. Kurikulum deep learning bisa menjadi langkah maju yang signifikan jika diterapkan dengan cara yang bijaksana.

Selamat menikmati dunia deep learning. Kita perlu belajar agar bisa melihat, melihat, dan menggunakan datanya! Jika tidak, kita mungkin perlu mengevaluasi kembali apakah jalan menuju pembelajaran bermakna ini benar-benar selaras dengan tujuan utama pendidikan yaitu membentuk individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga sejahtera secara mental.

 

Post a Comment

أحدث أقدم