Oleh Nurul Jubaedah (Guru MTsN 2 Garut)
Dalam era transformasi besar, pendidikan di Indonesia
sedang mengalami perubahan signifikan. Kurikulum Merdeka, yang telah diterapkan
secara luas dalam beberapa tahun terakhir, kini mulai menarik perhatian untuk
ditingkatkan ke arah pendekatan yang lebih dalam, yaitu kurikulum deep
learning.
Kurikulum ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
dan pemikiran kritis peserta didik. Melangkah lebih jauh dari hafalan,
kurikulum ini fokus pada analisis dan penerapan konsep-konsep penting dalam
kehidupan nyata.
Namun, walaupun memberikan potensi meningkatkan
pembelajaran yang lebih bermakna, tetapi penerapannya menghadirkan tantangan
besar untuk para pengajar. Pertanyaannya, apakah kurikulum deep learning ini
justru berpotensi menjadi hambatan yang memberatkan bagi guru?
Kurikulum Deep Learning: Membangun Pemahaman
MendalamKurikulum deep learning ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan analitis peserta didik melalui pembelajaran yang berfokus pada
pemahaman mendalam. Pendekatan ini menekankan pada keterampilan kognitif
tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi.
Dengan teknik deep learning, diharapkan peserta didik
dapat memahami pokok persoalan dari suatu konsep, tidak sekadar menghafal
fakta-fakta umum. Data menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan
kurikulum berbasis pemahaman mendalam, seperti Finlandia dan Singapura,
berhasil menghasilkan peserta didik dengan prestasi akademik tinggi dalam skala
internasional.
Di Finlandia, 90% peserta didik berhasil lulus dari
pendidikan menengah dengan pemahaman yang mendalam terhadap ilmu yang
dipelajari,serta berhasil mempertahankan kesejahteraan mental mereka. Hasil ini
sering dijadikan inspirasi dalam berbagai reformasi pendidikan,termasuk di
Indonesia.
Tantangan Berat Bagi Pengajar. Meskipun konsepnya
menarik, penerapan kurikulum deep learning membawa tantangan besar bagi para
guru. Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa sekitar
60% guru di Indonesia mengaku mengalami kesulitan dalam mengikuti perkembangan
teknologi pendidikan dan strategi pembelajaran modern yang lebih interaktif.
Kurikulum deep learning mengandalkan pengajaran
interaktif berbasis proyek. Tuntutannya adalah penguasaan metode pengajaran
baru yang membutuhkan pelatihan dan adaptasi yang mendalam bagi para pengajar. Selain
itu, guru pun dihadapkan pada tanggung jawab administratif yang cukup berat.
Dalam survei tahun 2023 oleh Federasi Guru Indonesia,
lebih dari 70% guru menyatakan bahwa beban administrasi mengurangi waktu yang
seharusnya dialokasikan untuk merancang pembelajaran kreatif. Dengan beralih ke
kurikulum deep learning, tugas guru akan
semakin kompleks, mulai dari persiapan materi hingga evaluasi yang lebih
berbasis proses daripada hasil akhir. Tanpa kesiapan yang memadai, hal ini bisa
menghambat efektivitas pengajaran secara signifikan.
Peran Infrastruktur dan Dukungan Sistem. Tantangan
selanjutnya adalah terkait dengan memperkuat infrastruktur. Berdasarkan laporan
Kementerian Pendidikan tahun 2022, hampir 40% sekolah di Indonesia masih
mengalami kendala akses teknologi yang memadai, terutama di daerah pedesaan.
Deep learning mengandalkan interaksi digital dan
sumber daya online sebagai alat bantu utama, sehingga keterbatasan ini menjadi
masalah serius. Guru yang tidak memiliki dukungan perangkat teknologi yang
memadai, atau bekerja di lingkungan tanpa akses internet yang baik, akan
menghadapi kesulitan dalam menerapkan pembelajaran yang mendalam dengan
optimal.
Matilarang juga untuk memastikan bahwa penerapan
kurikulum deep learning dilengkapi dengan dukungan psikologis. Banyak guru
melaporkan stres dan kelelahan kerja akibat perubahan kebijakan pendidikan yang
konstan. Jika tidak diatasi, permasalahan ini bisa mengacaukan kinerja mereka
dan menurunkan mutu pembelajaran.
Membuka Jalan atau Menghadang Perkembangan Guru?. Dengan
semua tantangan ini, apakah kurikulum deep learning membuka jalan untuk
pendekatan pendidikan yang lebih bermakna atau justru menjadi penghalang bagi
pengajar?.
Potensinya besar, tetapi tanpa dukungan yang cukup,
terutama dalam pelatihan guru dan penyediaan fasilitas, implementasinya justru
bisa menjadi hambatan. Peningkatan kualifikasi guru dan pembaharuan fasilitas
sekolah harus menjadi prioritas.
Apabila kita ingin kurikulum ini sukses, guru harus
didukung dengan pengetahuan, keterampilan, dan alat yang memadai untuk
mengimplementasikan pembelajaran berbasis pemahaman. Pendidikan Indonesia akan
berkembang pesat jika kurikulum ini diterapkan dengan perencanaan yang matang. Namun,
tanpa persiapan yang memadai, kurikulum deep learning bisa menjadi hambatan
yang berat.
Posting Komentar