(3) Kurikulum Merdeka ke Deep Learning: Pendekatan Pendidikan Berbasis Pemahaman atau Penghalang bagi Pengajar?

 

                                                Oleh Nurul Jubaedah (Guru MTsN 2 Garut)

Dalam era transformasi besar, pendidikan di Indonesia sedang mengalami perubahan signifikan. Kurikulum Merdeka, yang telah diterapkan secara luas dalam beberapa tahun terakhir, kini mulai menarik perhatian untuk ditingkatkan ke arah pendekatan yang lebih dalam, yaitu kurikulum deep learning.

Kurikulum ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pemikiran kritis peserta didik. Melangkah lebih jauh dari hafalan, kurikulum ini fokus pada analisis dan penerapan konsep-konsep penting dalam kehidupan nyata.

Namun, walaupun memberikan potensi meningkatkan pembelajaran yang lebih bermakna, tetapi penerapannya menghadirkan tantangan besar untuk para pengajar. Pertanyaannya, apakah kurikulum deep learning ini justru berpotensi menjadi hambatan yang memberatkan bagi guru?

Kurikulum Deep Learning: Membangun Pemahaman MendalamKurikulum deep learning ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis peserta didik melalui pembelajaran yang berfokus pada pemahaman mendalam. Pendekatan ini menekankan pada keterampilan kognitif tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi.

Dengan teknik deep learning, diharapkan peserta didik dapat memahami pokok persoalan dari suatu konsep, tidak sekadar menghafal fakta-fakta umum. Data menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan kurikulum berbasis pemahaman mendalam, seperti Finlandia dan Singapura, berhasil menghasilkan peserta didik dengan prestasi akademik tinggi dalam skala internasional.

Di Finlandia, 90% peserta didik berhasil lulus dari pendidikan menengah dengan pemahaman yang mendalam terhadap ilmu yang dipelajari,serta berhasil mempertahankan kesejahteraan mental mereka. Hasil ini sering dijadikan inspirasi dalam berbagai reformasi pendidikan,termasuk di Indonesia.

Tantangan Berat Bagi Pengajar. Meskipun konsepnya menarik, penerapan kurikulum deep learning membawa tantangan besar bagi para guru. Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa sekitar 60% guru di Indonesia mengaku mengalami kesulitan dalam mengikuti perkembangan teknologi pendidikan dan strategi pembelajaran modern yang lebih interaktif.

Kurikulum deep learning mengandalkan pengajaran interaktif berbasis proyek. Tuntutannya adalah penguasaan metode pengajaran baru yang membutuhkan pelatihan dan adaptasi yang mendalam bagi para pengajar. Selain itu, guru pun dihadapkan pada tanggung jawab administratif yang cukup berat.

Dalam survei tahun 2023 oleh Federasi Guru Indonesia, lebih dari 70% guru menyatakan bahwa beban administrasi mengurangi waktu yang seharusnya dialokasikan untuk merancang pembelajaran kreatif. Dengan beralih ke kurikulum deep learning,  tugas guru akan semakin kompleks, mulai dari persiapan materi hingga evaluasi yang lebih berbasis proses daripada hasil akhir. Tanpa kesiapan yang memadai, hal ini bisa menghambat efektivitas pengajaran secara signifikan.

Peran Infrastruktur dan Dukungan Sistem. Tantangan selanjutnya adalah terkait dengan memperkuat infrastruktur. Berdasarkan laporan Kementerian Pendidikan tahun 2022, hampir 40% sekolah di Indonesia masih mengalami kendala akses teknologi yang memadai, terutama di daerah pedesaan.

Deep learning mengandalkan interaksi digital dan sumber daya online sebagai alat bantu utama, sehingga keterbatasan ini menjadi masalah serius. Guru yang tidak memiliki dukungan perangkat teknologi yang memadai, atau bekerja di lingkungan tanpa akses internet yang baik, akan menghadapi kesulitan dalam menerapkan pembelajaran yang mendalam dengan optimal.

Matilarang juga untuk memastikan bahwa penerapan kurikulum deep learning dilengkapi dengan dukungan psikologis. Banyak guru melaporkan stres dan kelelahan kerja akibat perubahan kebijakan pendidikan yang konstan. Jika tidak diatasi, permasalahan ini bisa mengacaukan kinerja mereka dan menurunkan mutu pembelajaran.

Membuka Jalan atau Menghadang Perkembangan Guru?. Dengan semua tantangan ini, apakah kurikulum deep learning membuka jalan untuk pendekatan pendidikan yang lebih bermakna atau justru menjadi penghalang bagi pengajar?.

Potensinya besar, tetapi tanpa dukungan yang cukup, terutama dalam pelatihan guru dan penyediaan fasilitas, implementasinya justru bisa menjadi hambatan. Peningkatan kualifikasi guru dan pembaharuan fasilitas sekolah harus menjadi prioritas.

Apabila kita ingin kurikulum ini sukses, guru harus didukung dengan pengetahuan, keterampilan, dan alat yang memadai untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis pemahaman. Pendidikan Indonesia akan berkembang pesat jika kurikulum ini diterapkan dengan perencanaan yang matang. Namun, tanpa persiapan yang memadai, kurikulum deep learning bisa menjadi hambatan yang berat.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama