Menyalakan Rasa Ingin Tahu Murid

 

Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag

Guru SKI MTsN 2 Garut

Duta Literasi Kabupaten Garut

Kabid Humas AGERLIP PGM Indonesia

(Naskah ke 204)



 

Dalam ruang kelas mana pun, guru selalu menjadi pembuka pintu pertama bagi perjalanan hidup seorang murid. Namun perjalanan itu tidak cukup hanya dengan penjelasan materi, rumus, atau hafalan konsep. Di balik tumpukan buku dan perangkat ajar, ada sesuatu yang lebih subtil tetapi menentukan: kemampuan guru menyalakan rasa ingin tahu. Di sinilah inti pendidikan bermula.

 

 

Banyak murid sebenarnya bukan kehilangan kemampuan belajar, melainkan kehilangan alasan untuk belajar. Mereka paham teori, tetapi tak selalu melihat maknanya. Mereka mengerjakan tugas, tetapi tidak selalu menangkap ruh dari pengetahuan itu sendiri. Di titik inilah peran guru tak lagi sekadar menyampaikan apa yang harus dipahami murid, melainkan membantu mereka menemukan mengapa.

 

 

Guru yang baik menyampaikan. Guru yang hebat menggerakkan. Dan guru yang menginspirasi menyalakan. Ia menghidupkan rasa penasaran kecil yang kemudian berubah menjadi api yang membuat murid bertanya, menantang, bereksperimen, dan berkembang. Rasa ingin tahu itulah yang memberi arah pada pembelajaran, menjadikannya proses yang tidak hanya kognitif, tetapi juga emosional dan personal.

 

 

Sebuah kelas yang dihidupkan oleh rasa ingin tahu terasa berbeda. Suasananya hangat, tidak mengintimidasi, dan membuat murid berani mengeluarkan pikirannya sendiri. Guru hadir bukan sebagai pusat segala jawaban, tetapi sebagai pemandu yang memberi ruang bagi murid untuk menemukan jalannya. Ketika murid diberi kesempatan untuk mencoba, keliru, lalu memperbaiki, di situlah pembelajaran sejati terjadi.

 

 

Pembelajaran yang menyentuh rasa ingin tahu juga memberi ruang pada murid untuk mengenali diri. Setiap pertanyaan yang mereka ajukan sebenarnya adalah jendela menuju apa yang mereka minati. Setiap ketertarikan kecil bisa menjadi arah besar masa depan mereka. Guru inspiratif memahami itu, dan karena itulah mereka tidak hanya fokus pada materi pelajaran, tetapi juga pada proses pembentukan karakter dan mimpi.

 

 

Pendidikan, pada puncaknya, bukan sekadar soal kompetensi akademik. Ia adalah perjalanan menumbuhkan manusia agar mampu berdiri tegak menghadapi dunia yang terus berubah. Ketika murid menemukan apa yang membuat mereka hidup apa yang ingin mereka kejar dan apa yang mereka maknai maka pendidikan telah mencapai tujuannya yang paling dalam.

 

 

Guru yang menginspirasi menjadi perantara proses itu. Mereka tidak menuntut murid menjadi sempurna. Mereka hanya memastikan setiap murid merasakan satu hal: “Aku bisa berkembang, dan belajar itu membuat hidupku lebih luas.” Ketika perasaan itu tumbuh, murid belajar bukan karena perintah, tetapi karena dorongan dari dalam dirinya.

 

 

Dalam setiap perjalanan pendidikan, selalu ada guru yang menjadi cahaya kecil, kadang tidak mencolok, tetapi mengubah arah hidup murid diam-diam. Mereka mungkin tidak tampil di panggung, tidak viral di media sosial, atau tidak memiliki gelar berjajaran panjang. Namun mereka hadir dalam kenangan murid sebagai sosok yang pernah berkata, “Cobalah, kamu bisa,” pada saat yang paling dibutuhkan.

 

 

Dan sering kali, kalimat sederhana seperti itu bisa membuka pintu masa depan.

 

 

Di tengah perubahan zaman, teknologi baru, kurikulum baru, dan tantangan baru, satu hal tetap tidak berubah: pendidikan dimulai dari rasa ingin tahu, dan rasa ingin tahu lahir dari sosok guru yang melihat muridnya bukan sebagai objek ajar, tetapi sebagai manusia yang sedang tumbuh.

 

 

Guru inspiratif tidak berhenti pada kemampuan menjelaskan. Mereka menyalakan sesuatu yang lebih dalam sebuah cahaya yang membuat murid tidak hanya memahami pelajaran, tetapi juga memahami dirinya sendiri.

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama