Diamlah, Rawat Dirimu: Kupu-Kupu Akan Datang

 


Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag

Guru SKI MTsN 2 Garut

Duta Literasi Kabupaten Garut

Kabid Humas AGERLIP PGM Indonesia

(Naskah ke 159)

 

Dalam hidup, kita seringkali terburu-buru mencari, mengejar, dan berharap. Kita kejar cinta, pengakuan, kebahagiaan seperti anak kecil yang berlari menggapai kupu-kupu, berharap makhluk mungil bersayap itu sudi hinggap di telapak tangan. Tapi semakin keras kita mengejar, semakin jauh ia terbang. Kita lupa satu hal penting: kadang, yang perlu dilakukan bukanlah mengejar, melainkan diam dan memperbaiki "kebun" kita sendiri.

 

Mario Quintana pernah berkata, "Jangan buang waktumu mengejar kupu-kupu. Perbaikilah kebunmu, dan kupu-kupu akan datang dengan sendirinya." Kalimat ini mengandung filosofi kehidupan yang dalam—bahwa keindahan, kebaikan, dan cinta datang bukan kepada mereka yang meminta-minta, tetapi kepada mereka yang tekun merawat dirinya sendiri.

 

Diam sejenak. Bukan menyerah. Tapi diam yang sadar. Diam yang menyembuhkan.

 

Seringkali kita terlalu sibuk berlari, tanpa sadar bahwa luka dalam diri sudah nyaris layu. Kita mengabaikan sisi-sisi terdalam dari hati yang sebenarnya hanya ingin dirawat, disiram dengan kasih sayang, diberi ruang untuk bernapas. Kita takut sepi, lalu sibuk mencari orang lain agar bisa merasa utuh. Padahal, kebun yang belum subur tak akan bisa menjadi tempat berlabuh bagi siapa pun—apalagi untuk kupu-kupu yang lembut dan peka.

 

Bukankah lebih baik memperbaiki tanah hati yang kering, menanam benih keikhlasan, menyiraminya dengan kesabaran, dan menanti mekarnya bunga-bunga keberanian? Keindahan yang tumbuh dari dalam diri akan memancarkan pesona yang tak perlu dijelaskan dengan kata. Dan percayalah, kupu-kupu itu akan datang. Tak perlu dipanggil. Tak perlu dikejar. Ia akan datang, tertarik oleh keharuman jiwa yang utuh.

 

Merawat diri bukanlah bentuk egoisme, tapi bentuk cinta yang paling awal dan paling penting. Saat kita belajar menerima diri sendiri, memeluk luka dengan kelembutan, dan tumbuh meski pelan, kita sedang menciptakan ruang yang nyaman untuk sesuatu yang indah datang dengan sendirinya.


Dan satu hal lagi yang penting: jangan menunggu siapa yang akan datang untuk tinggal. Sebab hidup bukan tentang siapa yang bertahan, tapi tentang bagaimana kita tetap memilih merawat, bahkan saat tak ada yang melihat. Sebab kebun yang indah tak pernah bertanya siapa yang akan datang. Ia hanya tumbuh, memberi, dan berbagi keindahan dengan siapa saja yang singgah.

 

Jadi, jangan ke mana-mana. Diamlah sejenak di dalam dirimu. Dengarkan suara hatimu yang selama ini kau abaikan. Rawat kebun kecil itu. Biarkan ia tumbuh. Dan ketika saatnya tiba, tanpa perlu kau kejar, kupu-kupu itu akan datang dan mungkin, ia akan tinggal.

 

Karena pada akhirnya, yang datang dengan sendirinya adalah yang paling tulus untuk menetap.

 

Post a Comment

أحدث أقدم