Oleh
Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
Wakil
Kepala Bidang Kurikulum MTsN 2 Garut
Kabid
Humas AGERLIP PGM Indonesia
(Naskah
ke 114)
Tahukah kamu bahwa 90% penyakit berasal dari
pikiran, bukan makanan? Fakta ini diungkapkan oleh ilmuwan asal Jepang, Dr.
Masaru Emoto, dalam bukunya The Healing & Discovering the Power of the
Water. Temuannya mengejutkan banyak orang: hanya 10% penyakit disebabkan
oleh makanan, sedangkan 90% sisanya lahir dari emosi negatif yang dibiarkan
bersarang terlalu lama di dalam diri.
Khususnya bagi perempuan yang sering merasa
cemas, sensitif, memendam dendam, atau terlalu keras pada diri sendiri,
peringatan ini menjadi sangat penting. Emosi yang tak dikelola dengan baik,
seperti marah, sedih, takut, hingga kesepian ternyata berdampak nyata pada
kesehatan fisik. Misalnya, marah bisa menyebabkan depresi selama enam jam,
dendam meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke, stres mengganggu sistem
pencernaan, khawatir menimbulkan nyeri punggung, sedih yang berkepanjangan
bahkan dikaitkan dengan risiko leukemia.
Emosi yang tampak "biasa saja" pun bisa
berbahaya. Tersinggung dapat membuat kita sulit tidur alias insomnia, takut
berlebihan berdampak pada kesehatan ginjal, apatis menurunkan kekebalan tubuh,
dan menyepelekan masalah bisa memicu penyakit kronis seperti diabetes. Bahkan
perasaan yang tampak ringan seperti overthinking atau terlalu banyak berpikir
juga berkontribusi pada tekanan mental yang menggerogoti tubuh dari dalam.
Perempuan sering kali lebih rentan karena
dituntut untuk kuat, multitasking, dan menjaga banyak peran sekaligus sebagai
istri, ibu, anak, pekerja, sekaligus individu. Namun, dalam tuntutan itu,
banyak yang lupa menjaga kesehatan mentalnya. Padahal, pikiran yang tenang
adalah kunci utama kebahagiaan dan kesehatan jangka panjang.
Dr. Masaru Emoto sendiri dikenal lewat eksperimen
airnya yang membuktikan bahwa pikiran dan emosi bisa memengaruhi struktur
molekul air. Jika tubuh manusia terdiri dari lebih dari 70% air, bisa
dibayangkan betapa besar dampak emosi kita terhadap tubuh sendiri. Kata-kata
lembut, syukur, dan doa membuat molekul air membentuk kristal indah.
Sebaliknya, emosi negatif seperti benci dan kemarahan membuat molekul air
menjadi kacau dan rusak.
Maka dari itu, penting bagi perempuan untuk mulai
menyadari dan mengelola emosinya dengan bijak. Berlatih mindfulness, berbicara
dengan orang yang dipercaya, mencurahkan isi hati lewat tulisan, dan memberi
ruang untuk istirahat mental bisa menjadi langkah sederhana namun berdampak
besar. Jangan anggap remeh stres harian, karena jika dibiarkan, ia bisa menjadi
akar dari berbagai penyakit.
Ingatlah, makanan memang penting, tetapi hati
yang tenang dan pikiran yang damai jauh lebih menyembuhkan. Mulailah merawat
pikiran seperti kamu merawat tubuh. Jangan biarkan amarah, dendam, atau rasa
bersalah menetap terlalu lama. Bebaskan dirimu karena kesehatanmu dimulai dari
isi pikiranmu sendiri.
Posting Komentar