(12) Qadar, Tawakal, dan Sabar: Menyambut Ramadhan di Tengah Rezeki yang Tertunda

 

Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag Guru SKI MTsN 2 Garut

Bagi para guru di seluruh Indonesia, baik ASN maupun Non-ASN, tahun ini kembali dihadapkan pada kenyataan yang menguji kesabaran. Tunjangan Profesi Guru (TPG) dan impasing yang seharusnya menjadi hak telah tertahan sejak Januari, dengan kabar bahwa pencairannya mungkin baru terjadi setelah April. Sementara itu, kebutuhan hidup terus berjalan, dan Ramadhan yang seharusnya menjadi bulan penuh berkah justru datang dengan tantangan tersendiri.

Dalam situasi seperti ini, ada satu hal yang harus kita pegang teguh: sabar. Sabar bukan sekadar menunggu tanpa kepastian, tetapi tentang bagaimana kita menghadapi ujian dengan keteguhan hati, ikhtiar, dan keyakinan bahwa setiap rezeki sudah tertulis dalam takdir Allah.

Qadar: Jika Itu Milikmu, Maka Akan Menemukanmu

Allah telah menetapkan rezeki bagi setiap makhluk-Nya. Tidak ada yang dapat mengambil apa yang sudah menjadi bagian kita, dan tidak ada yang bisa kita genggam jika memang itu bukan hak kita.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)

Keterlambatan pencairan hak para guru bisa jadi adalah bagian dari skenario terbaik yang Allah siapkan. Mungkin ini adalah cara-Nya untuk mengajarkan kita arti kesabaran, memaksa kita berpikir kreatif mencari solusi, dan mendorong kita lebih mendekat kepada-Nya.

Tawakal: Berserah Diri dan Membuka Pintu Rezeki Lain

Tawakal bukan berarti pasrah tanpa usaha. Justru, tawakal adalah keyakinan penuh kepada Allah setelah melakukan segala upaya terbaik. Jika satu pintu rezeki tertutup sementara, bukan berarti kita harus berhenti bergerak. Ada banyak cara lain yang bisa kita lakukan untuk tetap mendapatkan rezeki yang tak terduga:

  1. Optimalkan Keahlian di Luar Mengajar. Banyak guru yang memiliki keterampilan di luar mengajar, seperti menulis, mendesain, memasak, atau menjahit. Gunakan keahlian ini untuk mencari pemasukan tambahan, misalnya dengan menulis artikel, membuka jasa desain, atau berjualan makanan kecil secara online.
  2. Bersedekah Subuh: Magnet Rezeki Tak Terduga. Bersedekah tidak harus dalam jumlah besar. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa setiap pagi ada dua malaikat yang turun, satu mendoakan keberkahan bagi yang bersedekah, dan satu lagi mendoakan kebangkrutan bagi yang kikir. Bahkan dengan Rp1.000 saja setiap subuh, kita sudah mengaktifkan doa keberkahan tersebut.
  3. Manfaatkan Ramadhan sebagai Momentum Usaha Kecil. Ramadhan adalah bulan di mana banyak kebutuhan meningkat—dari makanan berbuka hingga pakaian lebaran. Cobalah memanfaatkan peluang ini dengan usaha kecil-kecilan seperti menjual takjil, menyediakan katering sahur, atau menjual hampers Ramadhan.
  4. Bangun Jaringan dan Kolaborasi. Kadang, rezeki datang dari relasi. Perbanyak silaturahmi dengan rekan guru, komunitas, atau bahkan siswa dan orang tua murid. Bisa jadi ada peluang usaha atau proyek yang muncul dari komunikasi ini.

Sabar: Mengubah Kesulitan Menjadi Ladang Pahala

Menjalani Ramadhan dengan kondisi keuangan yang menipis memang tidak mudah. Tetapi justru di sinilah letak ujian keimanan kita. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa kesabaran adalah bagian dari keimanan, dan semakin besar ujian, semakin besar pula pahala yang menanti.

Setiap suapan yang kita berikan kepada keluarga, setiap peluh yang menetes saat bekerja, dan setiap doa yang kita panjatkan di waktu sahur akan dicatat sebagai amal ibadah. Ramadhan bukan hanya tentang berlimpah makanan atau hadiah lebaran, tetapi tentang bagaimana kita mendekatkan diri kepada Allah dan tetap berbagi dalam kondisi apa pun.

Bersiap Menyambut Keajaiban Rezeki di Ramadhan Ini

Para guru, mari kita hadapi Ramadhan ini dengan hati yang teguh. Tidak ada rezeki yang hilang, hanya tertunda. Tidak ada ujian yang sia-sia, hanya jalan menuju keberkahan yang lebih besar.

Jika kita tetap sabar, bertawakal, dan terus berusaha, rezeki yang tidak disangka-sangka akan datang pada waktu yang paling tepat. Mari jadikan Ramadhan ini bukan sekadar waktu menunggu pencairan tunjangan, tetapi juga waktu menanam benih keberkahan yang akan kita panen sepanjang tahun.

Siap menerima tantangan ini? Katakan "BERANI!"

Wallahu a’lam.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama