K R I S I S MILITANSI

 


 Oleh : Ariesta Indriawati

(  Penulis adalah guru IPA di  MTs Negeri 5 Cilacap Kabupaten  Cilacap Jawa  Tengah     }

Teringat ketika masa kecil dulu saat usia masih belasan tahun di era orde baru, kala itu setiap tiba hari – hari besar nasional merupakan momentum yang begitu menyenangkan. Anak – anak dan remaja begitu bergembira menyambut hari-hari besar nasional. Jarang sekali anak muda melupakan hari – hari besar nasional karena setiap tiba hari besar nasional mereka  mempunyai  kewajiban dan tanggung jawab untuk  mengikuti upacara bendera baik di sekolah masing - masing maupun di alun –alun kecamatan atau lapangan desa setempat.  Peringatan hari besar nasional seperti peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, Hari Kebangkitan Nasional dan hari – hari besar nasional yang lain  juga dilakukan  melalui lomba – lomba yang dapat memotivasi anak untuk senantiasa berjuang. Pemutaran film -film nasional bertema perjuanganpun dapat mereka saksikan dengan mudah melalui stasiun televise nasional yang kala itu hanya ada satu stasiun televisi  yaitu TVRI. Pemutaran film bertema perjuangan  mampu membius penonton kala itu seakan - akan mereka dibawa ke dunia masa lampau saat pemuda berjuang sampai titik darah penghabisan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan.  

Kenangan masa kecil ini masih melekat hingga saat ini, Jiwa patriotisme, tertanam lekat dalam diri hingga usia tidak muda lagi. Pengalaman belajar seperti ini tampaknya menjadi momentum bahwa penanaman jiwa patriotism dan semangat juang perlu ditanamkan sejak kecil agar pengalaman belajar itu akan dikenang selama hidupnya, Bagaimanapun bangsa kita membutuhkan kader – kader bangsa yang kuat, tangguh,  mandiri, memiliki jiwa  patriotisme dan rasa cinta tanah air sehingga selamanya kita tak pernah terjajah lagi oleh bangsa   manapun . Penjajahan pada jaman dahulu dapat diartikan sebagai proses penguasaan dan pemerintahan suatu wilayah atau rakyat oleh negara lain, tetapi penjajahan juga memiliki makna mendominasi kekuasaan dari berbagai sektor seperti politik, ekonomi, penduduk hingga sumber daya alam. Melihat makna dari penjajahan tersebut tampaknya bangsa kita saat ini secara ekonomi, politik dan sumber daya alam  mulai terjajah oleh bangsa lain. Kita memliki tanggung jawab untuk dapat menghadirkan kader bangsa yang mampu mempertanahankan kemerdekaan bangs akita secara penuh agar  kita selalu tetap Merdeka. Merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai orang tua untuk senantiasa memberikan bimbingan yang tepat dalam mengarahkan anak-anak kita agar menjadi kader bangsa yang tangguh, cerdas, mumpuni dan senantiasa membela bangsanya dengan kekuatan dan ketangguhannya karena mereka selalu  memiliki kemampuan dan semangat juang yang tinggi.

 Kadangkala kita merasa prihatin melihat fenomena banyaknya generasi muda yang mengalami krisis militansi. Mereka sibuk berbangga ria dengan segala materi yang dimiliki oleh kedua orang tuanya , sibuk bergaya dengan berbagai fasilitas yang dimiliki dan tidak peduli terhadap kondisi bangsanya karena yang  dipikirkan dan dilakukannya hanyalah untuk  kepentingan pribadinya semata. Fenomena ini sungguh membuat dada ini terasa sesak, Negara lain mendidik anak anak mereka dengan pendidikan yang keras dalam membentuk karakter disiplin, kerja keras dan mandiri sementara di negara kita anak anak dan generasi muda sebagaian terlena dengan pemanfaatan fasilitas untuk bersenang – senang, berjoget, memamerkan beragam makanan dan kegiatan untuk menikmati kesenangan semata.

Penanaman semangat juang pada generasi penerus bangsa merupakan kewajiban kita sebagai agen pencetak kader bangsa  karena kita berharap generasi ke depan  mampu menjadi generasi  yang handal,  kuat , tangguh dan mandiri. Mereka mampu menghadapi dan menyelesaikan berbagai tantangan  kehidupan serta  mampu menerima segala cobaan hidup dengan tabah dan tawakkal sehingga kitapun sebagai orang tua wajib menanamkan nilai-nilai keimanan pada anak supaya anak kita mampu  menjadi anak yang kuat secara fisik dan mental.

Mungkin kita bisa bercermin dalam melihat kegigihan bangsa tionghoa dalam melakukan perjuangan dalam hidup. Keturunan tionghoa sangat gigih dalam bekerja dan sebagian besar mereka berhasil dalam usahanya. Pola hidup sederhana dan pekerja keras jelas terlihat dalam kehidupannya . Mereka juga menanamkan semangat juang yang luar biasa pada anak -  anaknya. Walaupun orang tua mereka kaya raya tetapi penanaman semangat kerja keras mereka sedari kecil telah terbentuk. Sejak kecil mereka telah diajarkan untuk berjuang dan bekerja keras walau segala materi telah mereka miliki. Anak – anak mereka sudah dibiasakan bekerja membantu orang tuanya dalam usahanya walaupun mereka masih sekolah. Kalau kita berbelanja di toko tionghoa seringkali kita melihat anak – anak pemilik toko membantu melayani pembeli. Mereka tidak malu atau gengsi melakukan itu dan mereka hidup dengan sederhana sehingga mereka dapat berhasil dimanapun mereka berada karena perjuangan mereka memang luar biasa.

 Coba kita tengok bangsa kita  dan anak – anak kita . Saat orang tua kita memiliki kekayaan yang sedikit lebih saja yang terjadi kemudian anak – anak kita manjakan. Segala fasilitas kita penuhi dan anak kurang bisa hidup menderita sedikit saja. Mereka merasa orang tuanya mampu sehingga mereka santai – santai saja hingga akhirnya mereka memiliki semangat juang yang sangat rendah. Kalau seperti ini yang terjadi kemudian adalah bukan kemenangan atau keberhasilan yang didapat tetapi semakin lama bangsa kita semakin tertinggal jauh dengan negara lain. Negara kita kaya tetapi kalau semua pengeloalaannya dikerjakan oleh bangsa lain maka lama kelamaan kita akan menjadi negara miskin karena semua sumber daya alam kita dengan mudahnya dicuri oleh bangsa lain.  Marilah kita tanamkan dan  latih anak – anak kita untuk belajar berjuang dari sekarang. Tugas kita sebagai orang tua dan pendidik untuk menanamkan itu pada anak – anak penerus kader bangsa.

Selain orang tua, guru atau pendidik juga memiliki kewajiban yang sama dalam menanamkan semangat juang pada peserta didik. Dalam kurikulum pendidikan dikenal istilah pendidikan karakter. Walaupun secara tersurat tidak ada penegasan jelas bahwa kita wajib menanamkan semangat juang pada peserta didik tetapi secara tersirat itu merupakan tugas bersama guru dalam pembentukan pribadi peserta didik agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat , tangguh , jujur dan mandiri. Sebagai seorang pendidik, guru wajib membiasakan anak bersikap jujur dan bertanggung jawab. Tugas – tugas yang diberikan pada peserta didik tidak dapat dinilai hanya dengan melihat hasil akhirnya saja tetapi bagaimana tahapan proses penyelesaian tugas tersebut dilaksanakan. Apakah anak menyelesaikan sendiri tugasnya tanpa mencontek temannya, apakah anak tersebut menyelesaikan tugas itu sendiri atau dikerjakan oleh orang lain. Dari sini seorang guru harus mampu memberi penghargaan pada peserta didiknya yang menyelesaikan tugas-tugasnya dengan jujur dan dengan perjuangannya sendiri sehingga kita dapat menilai pendidikan karakter anak dalam dimensi  kejujuran dan semangat juangnya.

            Penanaman semangat juang pada peserta didik di sekolah dapat juga dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, PMR, PKS, pecinta alam dan kegiatan lain seperti out bond. Kegiatan out bond misalnya dapat melatih anak dalam meningkatkan kemampuan bekerjasama, rasa percaya diri,  tanggung jawab, berani dan membangun semangat juang yang tinggi untuk mampu melewati segala rintangan yang dihadapinya.

Perjuangan mutlak dibutuhkan dalam hidup, berbagai kemudahan yang kita berikan pada anak ataupun peserta didik kita kadangkala  justru membuat mereka menjadi lemah. Fenomena yang sering kita amati di lingkungan rumah atau sekolah adalah banyaknya anak – anak sekolah yang difasilitasi dengan berbagai sarana yang sebenarnya belum mereka butuhkan. Misalnya untuk pulang pergi ke sekolah anak diberi fasilitas sepeda motor , padahal usia mereka belum genap 17 tahun. Tujuan orang tua memfasilitasi sepeda motor tersebut sebenarnya baik yaitu memberi kemudahan pada anak supaya tidak terlalu lelah menunggu angkot atau berjalan kaki. Tetapi orang tua kurang menyadari bahwa dengan berbagai fasilitas yang memudahkan tersebut menjadi anak – anak mereka tidak dibiasakan belajar berjuang sehingga mereka tumbuh menjadi generasi yang lemah, mudah mengeluh, tidak kuat menderita,  memiliki daya juang yang rendah   dan tidak militan .

            Akibat kemajuan teknologi tidak sedikit anak  yang justru terjebak pada dampak buruk kemajuan IPTEK tersebut. Mereka belum mampu memanfaatkan teknologi untuk hal – hal yang positif . Pemanfaatan internet dan media sosial yang tidak tepat menjadikan anak- anak didik kita menjadi pasif, kurang bersosialisasi, dan enggan melakukan aktivitas lain karena terlalu asyik dengan kegiatan medsosnya seperti face book, twitter, instagram dan lain - lain. Mereka menjadi kurang realistik dan tidak terbiasa menghadapi tantangan. Tanpa disadari mereka tumbuh menjadi anak-anak yang tidak gagap teknologi tetapi lemah secara fisik dan mental. Secara fisik duduk berjam-jam di depan computer, laptop atau HP jelas tidak sehat karena aktivitas tubuhnya sedikit lain jika anak-anak kita rajin berolah raga bersama misalnya volley atau olah raga lain jelas aktivitas tubuh lebih banyak dan ini menyehatkan. Selain menyehatkan kegiatan olah raga juga lebih mendidik karena dengan olah raga bersama anak-anak juga dilatih untuk belajar bekerja sama dan berjuang meraih kemenangan. Sebagai orang tua , kita juga tidak menginginkan anak-anak kita menjadi anak-anak yang gaptek tetapi kita wajib memantau dan mengarahkan anak-anak kita dalam aktivitasnya sehari-hari. Kita harus pandai membimbing mereka bagaimana membagi waktu dengan baik agar seluruh aktivitasnya digunakan untuk hal-hal yang positif dan anak memiliki semangat juang yang tinggi dan motivasi untuk senantiasa menjadi yang terbaik bagi kehidupannya.

                                                                                         

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama