Oleh Muhamad Nasir Pariusamahu, M.Pd.
Sekjen PGM Indonesia Maluku dan Kabid III Asosiasi Gerakan Literasi Pendidik (Agerlip) PGM Indonesia
Dalam dunia pendidikan, guru memiliki peran sentral dalam membentuk karakter peserta didik. Lebih dari sekadar penyampai ilmu, guru menjadi teladan yang memberikan nilai-nilai moral dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks pendidikan Islam, guru madrasah memiliki posisi yang sangat strategis dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi kuat dalam keimanan dan berakhlak mulia.
Peran guru madrasah sebagai katalisator karakter anak bangsa tidak dapat dipandang sebelah mata. Mereka adalah ujung tombak dalam mencetak generasi yang tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan, tetapi memiliki moralitas yang tinggi. Maka penghargaan terhadap profesi guru madrasah harus terus ditingkatkan, supaya mereka semakin termotivasi dalam menjalankan tugas mulianya.
Kita tahu bersama bahwa membangun karakter anak bangsa melalui madrasah adalah investasi jangka panjang bagi masa depan Indonesia. Hadirnya guru-guru madrasah yang berintegritas, berdedikasi, dan terus berinovasi, maka harapan untuk melahirkan generasi yang saleh, cerdas, dan berakhlak mulia dapat terwujud dengan nyata.
Dalam ajaran Islam, pendidikan karakter bukan hanya sekadar teori, tetapi merupakan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari. Guru madrasah menjadi contoh utama dalam mengajarkan nilai-nilai kejujuran, kesabaran, kedisiplinan, serta tanggung jawab kepada peserta didik. Melalui interaksi yang intens di lingkungan madrasah, murid dapat menyerap nilai-nilai tersebut secara langsung.
Salah satu nilai utama yang diajarkan oleh guru madrasah adalah akhlak mulia. Rasulullah saw. telah menegaskan bahwa tujuan utama diutusnya Beliau ke dunia adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Guru madrasah memiliki tugas untuk menanamkan nilai-nilai tersebut dalam diri siswa sehingga mereka tumbuh menjadi individu yang berkarakter luhur. Makna lain bahwa guru adalah pembawa pesan Nabi pada zaman yang berbeda.
Di era modern ini, tantangan pendidikan karakter semakin kompleks. Arus globalisasi dan digitalisasi membawa berbagai tantangan baru, seperti krisis moral, pergaulan bebas, dan paparan konten negatif di dunia maya. Dalam situasi ini, guru madrasah harus mampu menjadi filter yang melindungi peserta didik dari pengaruh negatif sekaligus membekali mereka dengan nilai-nilai moral yang kuat.
Metode pengajaran di madrasah menjadi faktor penting dalam membentuk karakter anak bangsa. Guru madrasah tidak hanya menyampaikan teori agama, melainkan sertakan murid untuk mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, melalui praktik ibadah bersama, kerja sama dalam kegiatan sosial, serta pembiasaan sikap santun dalam berkomunikasi.
Peran berikutnya bahwa guru madrasah dapat mewujudkan sikap toleransi dan moderasi beragama. Di tengah keberagaman masyarakat Indonesia, pendidikan di madrasah harus mampu menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan saling menghormati antarumat beragama. Murid dapat tumbuh menjadi individu yang inklusif dan mampu hidup berdampingan dengan berbagai latar belakang sosial dan agama.
Dengan cara itu, guru madrasah berperan dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Sebagai warga negara yang baik, murid mesti memahami pentingnya mencintai tanah air, menjaga persatuan, serta menghormati perbedaan. Guru madrasah memiliki tugas untuk menyelaraskan ajaran agama dengan semangat nasionalisme agar tidak terjadi dikotomi antara nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.
Guru madrasah juga memiliki peran sebagai konselor bagi muridnya. Mereka harus peka terhadap masalah yang dihadapi peserta didik, baik dalam lingkungan keluarga maupun pergaulan. Mereka menjadi tempat curhat yang aman, sehingga dapat membantu mengarahkan mereka ke jalan yang lebih baik.
Posting Komentar