Oleh Muhamad Nasir Pariusamahu, M.Pd.
Sekjen PGM Indonesia Maluku dan Kabid III Asosiasi Gerakan Literasi Pendidik (Agerlip) PGM Indonesia
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati” (QS. Ali Imran: 185)
Bagaimana mempersiapkan kematian yang terbaik? Pertanyaan ini dapat dimaknai sebagai bahan muhasabah diri. Kehidupan di dunia adalah sementara. Sedangkan akhirat selamanya. Dalam suatu diskusi pengajian, Ustad saya berkata,” Muslim yang baik adalah muslim yang tahu bagiamana ia akan menghadap Allah?”
Persiapan kematian yang baik bukan berarti menunggu kematian dengan ketakutan, tetapi menjalani hidup dengan penuh makna dan tanggung jawab. Seorang Muslim yang memahami bahwa hidup ini adalah ujian akan lebih fokus dalam mengumpulkan bekal untuk akhirat tanpa melalaikan urusan duniawi.
Kematian adalah kepastian yang akan dihadapi setiap manusia. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindar darinya. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana seseorang dapat mempersiapkan kematian dengan baik agar kelak menghadap Allah dalam keadaan yang diridhai.
Persiapan menghadapi kematian bukan sekadar memikirkan saat terakhir kehidupan, tetapi juga bagaimana seseorang menjalani hidupnya. Kehidupan di dunia adalah ladang untuk menanam amal kebaikan yang hasilnya akan dipetik di akhirat. Maka, seseorang yang ingin memiliki kematian yang baik harus memastikan bahwa hidupnya diisi dengan amal yang bermanfaat.
Untuk mempersiapkannya kita harus menjaga keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt., Kita memperkuat keyakinan kepada Allah dan menjaga keistiqamahan dalam beribadah adalah kunci utama dalam menghadapi kematian. Selain itu, memperbanyak ibadah wajib dan sunnah juga penting dilakukan secara berkelanjutan. Salat lima waktu, puasa, zakat, dan haji jika mampu adalah kewajiban yang harus dijaga.
Mempersiapkan kematian juga berarti memperbaiki hubungan dengan sesama manusia. Muslim yang ingin meninggal dalam keadaan baik senantiasa menjaga hubungan dengan keluarga, sahabat, dan tetangga. Meminta maaf dan memberi maaf atas kesalahan orang lain akan meringankan hisab (perhitungan) di akhirat. Selain memperbaiki hubungan dengan sesama, seorang Muslim juga dianjurkan untuk meninggalkan jejak kebaikan di dunia (amal jariyah). Hal itu berarti menginvestasikan diri dalam amal-amal yang pahalanya terus mengalir meskipun sudah wafat.
Cara terbaik lainnya adalah dengan memperbanyak sedekah dan wakaf. Harta yang kita miliki tidak akan kita bawa ke alam kubur, tetapi bisa kita gunakan untuk membantu orang lain dan mendapatkan pahala yang terus mengalir. Bersedekah dengan ikhlas akan menjadi penyelamat di akhirat. Selanjutnya, menjaga lisan dan perilaku. Sebab, banyak orang yang terjerumus ke dalam dosa akibat perkataan dan perbuatannya. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata yang baik atau diam.
Berikutnya, kita selalu berusaha memperbaiki diri setiap hari. Tidak ada manusia yang sempurna, tetapi seorang hamba diberi kesempatan untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Semoga kematian yang akan kita tuju menjadi kematian yang khusnul khatimah. Diharapkan kita menghadap Allah dalam keadaan yang mulia dan mendapatkan tempat terbaik di akhirat Amin.
Posting Komentar