Jalaludin Rumi pernah berkata, "Manusia
terindah adalah mereka yang khawatir bicaranya melukai orang lain."
Sebuah kalimat sederhana, namun penuh makna yang mendalam. Dalam kehidupan
sehari-hari, tanpa kita sadari, kata-kata yang keluar dari mulut kita bisa
menjadi penyebab luka bagi orang lain. Bulan Ramadhan hadir sebagai momen
refleksi diri, kesempatan emas untuk memperbaiki sikap, dan terutama menjaga
lisan agar lebih membawa kebaikan daripada keburukan.
Ramadhan: Momentum Menjaga Lisan dan
Hati
Ramadhan bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus,
tetapi juga menahan diri dari perkataan yang sia-sia, menyakitkan, atau bahkan
merusak keharmonisan sesama. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa
yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak
butuh ia meninggalkan makanan dan minumannya" (HR. Bukhari). Hadis ini
menegaskan bahwa puasa bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang hati dan
lisan.
Dalam kehidupan modern saat ini, di mana media sosial
menjadi wadah utama berkomunikasi, menjaga lisan bukan hanya berarti menahan
ucapan secara langsung, tetapi juga menjaga jari-jari kita dalam mengetik.
Sering kali kita mudah mengkritik, menghakimi, atau bahkan menyebarkan
informasi yang tidak benar tanpa memikirkan dampaknya bagi orang lain. Bulan
Ramadhan adalah waktu terbaik untuk lebih sadar akan apa yang kita ucapkan dan
bagikan.
Mengubah Diri dengan Kebaikan
Setiap kata yang kita ucapkan menyimpan kekuatan yang
luar biasa. Kata-kata bisa membangun semangat seseorang atau sebaliknya,
menjatuhkan mentalnya. Maka, menjadikan Ramadhan sebagai bulan untuk lebih
bijak dalam berbicara adalah langkah kecil namun berarti untuk memperbaiki
diri. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat kita ambil.:
- Mengontrol
Diri dalam Berkata Sebelum berbicara atau mengetik sesuatu,
tanyakan pada diri sendiri: Apakah ini bermanfaat? Apakah ini menyakiti
orang lain? Jika iya, lebih baik diam. Seperti yang dikatakan dalam
pepatah Arab, "Jika perkataanmu bukan kebaikan, lebih baik
diam."
- Menggunakan
Kata-kata yang Menenangkan Kata-kata yang lembut, menyejukkan, dan
membangun optimisme memiliki kekuatan luar biasa. Mari jadikan bulan ini
sebagai latihan untuk mengubah cara berbicara kita menjadi lebih penuh
kasih sayang.
- Memperbanyak
Dzikir dan Membaca Al-Qur’an Mengisi waktu dengan dzikir dan membaca
Al-Qur’an tidak hanya membantu kita mengontrol lisan, tetapi juga
menenangkan hati dan menjernihkan pikiran.
Ramadhan adalah kesempatan istimewa untuk memperbaiki
diri, termasuk dalam menjaga lisan. Dengan berbicara lebih bijak dan penuh
kasih, kita tidak hanya menjadi pribadi yang lebih baik tetapi juga memberikan
energi positif kepada orang lain. Seperti yang diingatkan oleh Jalaludin Rumi,
manusia yang paling indah adalah mereka yang takut menyakiti orang lain melalui
kata-katanya. Mari jadikan Ramadhan ini sebagai momentum perubahan, agar kita
menjadi pribadi yang lebih indah dalam perkataan dan perbuatan.
Daftar Pustaka
- Rahman,
A. (2021). Kebijaksanaan dalam Diam: Menjaga Lisan dan Hati.
Jakarta: Pustaka Islam.
- Yusuf,
M. (2022). Menyucikan Diri di Bulan Ramadhan. Bandung: Mizan
Pustaka.
- Al-Ghazali,
I. (2023). Menjaga Perkataan, Menjaga Kehidupan. Yogyakarta:
Bentang Pustaka.
Posting Komentar