(23) Keindahan Manusia dalam Diam yang Menyejukkan: Inspirasi Jalaludin Rumi di Bulan Ramadhan

 

Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag

Jalaludin Rumi pernah berkata, "Manusia terindah adalah mereka yang khawatir bicaranya melukai orang lain." Sebuah kalimat sederhana, namun penuh makna yang mendalam. Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa kita sadari, kata-kata yang keluar dari mulut kita bisa menjadi penyebab luka bagi orang lain. Bulan Ramadhan hadir sebagai momen refleksi diri, kesempatan emas untuk memperbaiki sikap, dan terutama menjaga lisan agar lebih membawa kebaikan daripada keburukan.

Ramadhan: Momentum Menjaga Lisan dan Hati

Ramadhan bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari perkataan yang sia-sia, menyakitkan, atau bahkan merusak keharmonisan sesama. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makanan dan minumannya" (HR. Bukhari). Hadis ini menegaskan bahwa puasa bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang hati dan lisan.

Dalam kehidupan modern saat ini, di mana media sosial menjadi wadah utama berkomunikasi, menjaga lisan bukan hanya berarti menahan ucapan secara langsung, tetapi juga menjaga jari-jari kita dalam mengetik. Sering kali kita mudah mengkritik, menghakimi, atau bahkan menyebarkan informasi yang tidak benar tanpa memikirkan dampaknya bagi orang lain. Bulan Ramadhan adalah waktu terbaik untuk lebih sadar akan apa yang kita ucapkan dan bagikan.

Mengubah Diri dengan Kebaikan

Setiap kata yang kita ucapkan menyimpan kekuatan yang luar biasa. Kata-kata bisa membangun semangat seseorang atau sebaliknya, menjatuhkan mentalnya. Maka, menjadikan Ramadhan sebagai bulan untuk lebih bijak dalam berbicara adalah langkah kecil namun berarti untuk memperbaiki diri. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat kita ambil.:

  1. Mengontrol Diri dalam Berkata Sebelum berbicara atau mengetik sesuatu, tanyakan pada diri sendiri: Apakah ini bermanfaat? Apakah ini menyakiti orang lain? Jika iya, lebih baik diam. Seperti yang dikatakan dalam pepatah Arab, "Jika perkataanmu bukan kebaikan, lebih baik diam."
  2. Menggunakan Kata-kata yang Menenangkan Kata-kata yang lembut, menyejukkan, dan membangun optimisme memiliki kekuatan luar biasa. Mari jadikan bulan ini sebagai latihan untuk mengubah cara berbicara kita menjadi lebih penuh kasih sayang.
  3. Memperbanyak Dzikir dan Membaca Al-Qur’an Mengisi waktu dengan dzikir dan membaca Al-Qur’an tidak hanya membantu kita mengontrol lisan, tetapi juga menenangkan hati dan menjernihkan pikiran.

Ramadhan adalah kesempatan istimewa untuk memperbaiki diri, termasuk dalam menjaga lisan. Dengan berbicara lebih bijak dan penuh kasih, kita tidak hanya menjadi pribadi yang lebih baik tetapi juga memberikan energi positif kepada orang lain. Seperti yang diingatkan oleh Jalaludin Rumi, manusia yang paling indah adalah mereka yang takut menyakiti orang lain melalui kata-katanya. Mari jadikan Ramadhan ini sebagai momentum perubahan, agar kita menjadi pribadi yang lebih indah dalam perkataan dan perbuatan.

Daftar Pustaka

  1. Rahman, A. (2021). Kebijaksanaan dalam Diam: Menjaga Lisan dan Hati. Jakarta: Pustaka Islam.
  2. Yusuf, M. (2022). Menyucikan Diri di Bulan Ramadhan. Bandung: Mizan Pustaka.
  3. Al-Ghazali, I. (2023). Menjaga Perkataan, Menjaga Kehidupan. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama