(21) Cahaya di Balik Takdir: Hikmah Imam Syafii tentang Kesabaran dalam Ramadhan

 

Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag

Takdir adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Imam Syafii pernah berkata, "Jangan mengeluh dengan takdirmu, karena takdir yang buruk pun bisa menjadi penghapus dosa-dosamu." Sebuah kalimat yang mengajarkan kita tentang makna kesabaran dan kepasrahan kepada Allah. Dalam setiap kesulitan, tersimpan hikmah yang mendalam, terutama di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.

Ramadhan bukan sekadar bulan puasa, tetapi juga momen introspeksi diri, memperkuat ketakwaan, serta mendekatkan diri kepada Allah. Di bulan yang suci ini, banyak di antara kita diuji dengan berbagai takdir—kesulitan ekonomi, masalah keluarga, ujian kesehatan, atau kehilangan orang tercinta. Namun, jika kita memahami hakikat takdir dengan sudut pandang yang lebih luas, kita akan menyadari bahwa setiap cobaan yang menimpa bukanlah sekadar penderitaan, tetapi juga sarana penyucian diri dan penghapus dosa.

Kesabaran sebagai Kunci Menghadapi Takdir

Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya segala perkaranya adalah baik, dan itu tidaklah dimiliki oleh siapapun kecuali oleh seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur dan itu baik baginya. Jika dia tertimpa kesusahan, dia bersabar dan itu baik baginya." (HR. Muslim).

Hadis ini mengajarkan kita bahwa seorang mukmin sejati akan selalu berada dalam kebaikan, baik dalam keadaan senang maupun sulit. Jika ia diberi nikmat, ia bersyukur. Jika diuji dengan kesulitan, ia bersabar. Ramadhan menjadi momentum terbaik untuk melatih kesabaran ini. Saat kita berpuasa, menahan lapar dan dahaga, kita sedang melatih diri untuk sabar dalam menghadapi keterbatasan. Begitu pula dalam menghadapi takdir yang kurang menyenangkan, kita perlu bersabar dan percaya bahwa Allah memiliki rencana terbaik untuk kita.

Takdir Buruk sebagai Penghapus Dosa

Imam Syafii mengingatkan kita bahwa takdir yang buruk pun bisa menjadi penghapus dosa-dosa kita. Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah SAW, "Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu musibah, baik itu kelelahan, penyakit, kecemasan, kesedihan, gangguan, atau bahkan sekadar duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapus dosa-dosanya karena musibah tersebut." (HR. Bukhari & Muslim).

Maka, ketika kita menghadapi kesulitan dalam hidup, terutama di bulan Ramadhan, ingatlah bahwa Allah sedang menghapus dosa-dosa kita. Jangan mengeluh atau merasa putus asa, karena di balik setiap ujian, ada pahala besar yang Allah siapkan bagi hamba-Nya yang bersabar.

Menjadikan Ramadhan sebagai Momentum Mendekatkan Diri kepada Allah

Salah satu cara terbaik menghadapi takdir adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah dan doa. Di bulan Ramadhan, pintu-pintu rahmat terbuka lebar. Kita bisa memperbanyak istighfar, berdoa dengan penuh ketulusan, dan memohon kekuatan agar tetap sabar dalam menghadapi ujian hidup.

Sebagai penutup, mari kita jadikan Ramadhan ini sebagai ladang amal dan ajang memperbaiki diri. Apapun takdir yang menimpa, baik maupun buruk, semua itu adalah bentuk kasih sayang Allah. Jangan mengeluh, jangan berputus asa, karena di balik kesulitan selalu ada hikmah yang luar biasa.

Daftar Pustaka

  1. Al-Ghazali, Imam. (2021). Mukjizat Kesabaran: Hikmah di Balik Ujian Hidup. Jakarta: Pustaka Hidayah.
  2. Yusuf, Muhammad. (2022). Keajaiban Takdir dalam Islam. Bandung: Mizan Pustaka.
  3. Rahman, Abdul. (2023). Ramadhan dan Transformasi Diri: Meraih Kesabaran dan Keikhlasan. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Post a Comment

أحدث أقدم