Oleh
Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
Guru
SKI MTsN 2 Garut
Duta
Literasi Kabupaten Garut
Kabid
Humas AGERLIP PGM Indonesia
(Naskah
ke 224)
Pembagian rapor semester 1
selalu menghadirkan suasana yang khas. Di ruang kelas atau aula sekolah, guru
duduk berhadapan dengan orang tua sambil membawa map berisi angka, deskripsi,
dan catatan perkembangan siswa. Namun sejatinya, rapor bukan hanya lembar
penilaian, melainkan jembatan komunikasi antara sekolah dan keluarga. Di momen
inilah profesionalisme, empati, dan kebijaksanaan guru benar-benar diuji.
Hal pertama yang perlu
diperhatikan guru saat pembagian rapor adalah mengawali dengan apresiasi. Setiap anak, sekecil apa pun
progresnya, selalu memiliki sisi positif yang patut dihargai. Kalimat sederhana
tentang peningkatan kepercayaan diri, keberanian bertanya, atau kedisiplinan
yang mulai tumbuh dapat menjadi energi positif bagi orang tua dan anak.
Apresiasi membuat rapor terasa sebagai pengakuan atas usaha, bukan sekadar
hasil akhir.
Selanjutnya, guru perlu menekankan bahwa rapor adalah gambaran
proses, bukan angka mati. Nilai merupakan rangkuman dari kehadiran,
keaktifan, tugas, sikap, dan evaluasi selama satu semester. Dengan menempatkan
proses sebagai fokus utama, orang tua diajak memahami bahwa belajar adalah
perjalanan panjang. Angka yang belum memuaskan bukan akhir segalanya, melainkan
titik awal untuk perbaikan bersama.
Hal penting berikutnya
adalah menghindari perbandingan antar
siswa. Setiap anak memiliki ritme belajar, latar belakang, dan potensi
yang berbeda. Guru yang bijak akan membandingkan anak dengan dirinya sendiri di
masa lalu, bukan dengan teman sebangkunya. Pendekatan ini membantu orang tua
menerima kondisi anak secara lebih objektif dan adil.
Dalam menyampaikan
kekurangan, gunakan bahasa yang ramah,
solutif, dan membangun. Guru bukan hakim, melainkan pendamping. Masukan
sebaiknya disertai solusi sederhana yang bisa dilakukan bersama di rumah,
seperti membuat jadwal belajar atau mendampingi saat mengerjakan tugas. Dengan
begitu, orang tua merasa diajak bekerja sama, bukan disalahkan.
Penyampaian rapor juga
sebaiknya berdasarkan catatan dan
observasi nyata guru, bukan asumsi. Catatan kecil tentang keberanian
berbicara, antusiasme saat proyek, atau perubahan sikap di kelas menunjukkan
bahwa guru benar-benar mengenal anak secara utuh. Hal ini menumbuhkan
kepercayaan orang tua terhadap proses penilaian di sekolah.
Aspek teknis pun tak kalah
penting, yaitu mengatur waktu dan
menjaga antrean. Pembagian waktu yang adil menjaga suasana tetap
kondusif. Guru bisa menawarkan jadwal khusus jika ada pembahasan yang
memerlukan waktu lebih panjang, sehingga semua orang tua merasa dihargai.
Ketika muncul kekhawatiran
atau pertanyaan kritis dari orang tua, sikap
tenang dan terbuka menjadi kunci. Dengarkan dengan empati, jelaskan
berdasarkan data, dan ajak berdiskusi mencari solusi terbaik. Ingat, tujuan
kita sama: kebaikan dan masa depan anak.
Akhiri setiap pertemuan
dengan afirmasi positif. Ucapan
terima kasih, harapan, dan keyakinan pada potensi anak akan meninggalkan kesan
hangat. Dengan pendekatan yang manusiawi, pembagian rapor bukan lagi momen
menegangkan, melainkan ruang kolaborasi penuh makna antara guru dan orang tua.
Semoga bermanfaat

Posting Komentar