Oleh
Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
Guru
SKI MTsN 2 Garut
Duta
Literasi Kabupaten Garut
Kabid
Humas AGERLIP PGM Indonesia
(Naskah
ke 211)
Solusi bagi Guru Saat Nilai
Raport Menurun
Dalam beberapa tahun terakhir,
banyak guru menghadapi tantangan besar: kualitas nilai raport peserta didik
menurun drastis. Anak-anak semakin akrab dengan gadget, permainan daring, dan
media sosial. Pola tidur berubah, konsentrasi menyusut, dan semangat belajar
seolah tergerus oleh layar yang tak pernah padam. Situasi ini bukan lagi kasus
per individu, tetapi fenomena umum di hampir semua sekolah.
Lalu, apa yang bisa dilakukan
guru agar nilai raport tetap berkualitas dan peserta didik memiliki skill serta
attitude yang berguna di masa depan?
1. Mengawali Pembelajaran dengan
Ritual Penyegar Otak
Sebelum masuk ke materi inti,
guru dapat mengajak peserta didik melakukan brain activation singkat.
Cukup 3–5 menit:
·
gerakan peregangan,
·
tepuk konsentrasi,
·
atau mindful breathing.
Teknik sederhana ini terbukti
mampu “mengembalikan” otak dari mode pasif akibat terlalu sering menatap gawai.
Kelas pun menjadi lebih siap menerima materi.
2. Membangun Rutinitas Literasi
Mini
Anak era gadget butuh stimulus
rutin untuk mengasah fokus. Guru dapat melaksanakan “literasi 5 menit” di awal
pelajaran, misalnya membaca artikel ringan, potongan cerita inspiratif, atau
ringkasan materi. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan fokus, tetapi juga
membentuk kebiasaan belajar bertahap yang berdampak pada kualitas nilai mereka.
3. Menyisipkan Pembelajaran
Berbasis Gerak
Banyak peserta didik kurang
tidur dan terlalu lama duduk di depan layar, sehingga malas berpikir. Guru bisa
memodifikasi metode mengajar menjadi active learning: diskusi
bergerak, kuis keliling, atau gallery walk. Tubuh yang aktif
merangsang otak untuk lebih responsif. Hasilnya, kelas terasa hidup, dan konsep
materi lebih mudah masuk.
4. Mengajak Peserta Didik
Refleksi Diri
Salah satu penyebab nilai
menurun adalah hilangnya kesadaran belajar. Guru dapat memberikan sesi refleksi
mingguan: “Apa yang saya pahami? Apa yang harus saya perbaiki?”
Bila perlu, gunakan learning journal. Dengan cara ini, peserta didik
merasa bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri.
5. Memberi Penilaian yang
Menggugah Skill
Raport bukan hanya angka.
Penting bagi guru untuk merancang penilaian berbasis proyek mini yang melatih:
·
komunikasi,
·
kerja sama,
·
kreativitas,
·
penyelesaian masalah.
Walaupun nilai akademik mereka
menurun, proyek yang dirancang dengan baik bisa memunculkan potensi tersembunyi
dan memberikan nilai yang benar-benar “berguna” di masa depan.
6. Menanamkan Attitude Melalui
Keteladanan
Anak-anak tidak hanya belajar
dari materi, tetapi dari cara guru bertindak. Sapa dengan ramah, beri apresiasi
kecil, dan bangun budaya disiplin yang manusiawi. Attitude positif yang
ditanamkan guru akan menjadi bekal penting ketika peserta didik memasuki dunia
nyata.
7. Mengendalikan Gangguan Gadget
dengan Edukasi
Guru dapat bekerja sama dengan
wali kelas dan orang tua untuk membuat komitmen: jadwal penggunaan gadget, jam
tidur, hingga batas bermain game. Tidak harus ekstrim cukup realistis dan
disepakati bersama. Ketika ritme hidup peserta didik lebih sehat, kualitas
belajar pun ikut membaik.
Menurunnya kualitas raport bukan akhir segalanya. Guru tetap memiliki peran
kuat untuk membangkitkan kembali semangat belajar di kelas. Dengan metode yang
menyegarkan pikiran, kedekatan yang hangat, dan penilaian yang relevan dengan
kehidupan masa depan, peserta didik akan kembali menemukan jati diri
belajarnya. Hasilnya bukan sekadar nilai raport yang naik, tetapi terbentuknya
skill dan attitude yang layak dibanggakan.

Posting Komentar