Mengapa Al-Qur’an Menyebut Al-Himâr (Keledai) Dalam Surah Al-Jumu’ah Ayat 5, Dilengkapi Dengan Ilustrasi Agar Lebih Mudah Dipahami Dan Menarik.

 



Oleh: Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd

Ketua Umum PGM Ind Wil. Jambi

Pengawas MA Kab. Muaro Jambi

Ketua III Forkom Ormas Jambi

 

Ilustrasi Hewan dalam Al-Qur’an: Al-Himâr (Keledai)

 

Analisis Sains dan Tafsir: Mengapa Al-Qur’an Menyebut Keledai?

Surat Al-Jumu’ah ayat 5

“Perumpamaan orang-orang yang diberi Taurat kemudian mereka tidak membawanya (mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa buku-buku tebal. Ia membawa kitab-kitab itu tetapi tidak memahami apa pun dari isinya.”

1. Tafsir: Mengapa Allah Memilih Keledai sebagai Perumpamaan?

a. Keledai: Hewan yang Kuat Memikul Beban, Tetapi Tidak Memahami Isinya

Keledai dapat membawa:  beban berat, tumpukan barang, dan bahkan gulungan kitab pada zaman dulu.

Tetapi ia tidak memahami apa pun dari muatan itu.Mufasir seperti Ibn Katsir menjelaskan:
bahwa ini adalah perumpamaan paling tepat bagi orang yang mengetahui wahyu tetapi tidak mengamalkannya.

b. Tamtsil bagi Ilmu Tanpa Amal

Al-Qur’an menegaskan bahwa ilmu yang tidak diamalkan: tidak memberi cahaya, tidak mengangkat derajat, dan bahkan menjadi “beban” bagi pemiliknya.

Seperti keledai yang memikul mushaf tetapi tidak memperoleh manfaat apa pun.

c. Kritikan Moral yang Kuat

Ayat ini turun terkait sebagian Bani Israil yang: diberi Taurat, membacanya, dan tetapi tidak menjalankan ajarannya.

Perumpamaan keledai memberikan kritik keras tapi indah: yaitu Jangan sampai manusia yang berakal menjadi lebih rendah dari hewan, karena ia tidak menggunakan akalnya untuk mengamalkan wahyu.

2. Analisis Sains: Bagaimana Sifat dan Perilaku Keledai Relevan dengan Perumpamaan Ini?

a. Keledai Memiliki Daya Angkut yang Sangat Tinggi

Sains zoologi mencatat bahwa keledai:

a.       bisa membawa beban 28–30% dari berat tubuhnya,

  1. memiliki stamina tinggi,
  2. dan sering digunakan sebagai hewan angkut sejak ribuan tahun lalu.

Hal inilah yang membuatnya simbol ideal bagi makhluk yang memikul sesuatu tanpa memahaminya.

b. Dikenal “Stubborn” (Bandel), Bukan Bodoh

Studi perilaku hewan menunjukkan:

a.       Keledai bukan bodoh, tetapi sangat berhati-hati.

  1. Mereka tidak mudah mengikuti perintah jika dianggap berbahaya.

Namun dalam budaya manusia, keledai tetap dipersepsikan sebagai hewan yang:

a.       memikul beban,

  1. patuh bekerja,
  2. tetapi tidak memahami makna pekerjaannya.

Dalam hal ini, menjadi persepsi budaya yang memberikan perumpamaan yang kuat dan mudah dipahami.

c. Keledai Tidak Memahami Simbol atau Bahasa Tertulis

Penelitian kognitif menyebutkan bahwa keledai:

a.       tidak memiliki kemampuan membaca tanda simbolik,

  1. tidak memahami konsep abstrak.

Ini selaras dengan perumpamaan dalam ayat: yaitu Membawa kitab tidak sama dengan memahami kitab.

3. Integrasi Sains & Tafsir

Fakta Sains tentang Keledai

Makna Tafsir Al-Jumu’ah ayat 5

Mampu membawa beban sangat berat

Ilmu hanya dipikul, tapi tidak dipahami

Tidak memahami simbol, tulisan, atau konsep

Membaca wahyu tanpa memahami makna

Persepsi budaya: pekerja keras tapi tidak cerdas

Orang yang berilmu tapi tidak mengamalkan lebih rendah dari hewan

Hewan transportasi kitab di masa lampau

Gambaran historis yang tepat untuk Bani Israil

 

4. Hikmah Pendidikan, Moral, dan Spiritualitas

  1. Ilmu tanpa amal ibarat beban, bukan cahaya.
  2. Membaca Al-Qur’an tidak cukup, harus diiringi pemahaman dan tindakan.
  3. Kemuliaan manusia terletak pada penggunaan akal, bukan sekadar memiliki informasi.
  4. Orang yang tidak mengamalkan ilmunya akan menanggung akibat moral, seperti keledai yang memikul beban tanpa manfaat.

5. Kesimpulan

Al-Qur’an menyebut keledai dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 5 karena:

a.       ia menjadi metafora sempurna untuk menggambarkan ilmu yang tidak diamalkan;

  1. perilaku dan fungsinya secara biologis cocok dengan pesan moral wahyu;
  2. persepsi sosial terhadap keledai menguatkan pesan spiritual yang mendalam;
  3. sains tentang keledai justru mengafirmasi ketepatan perumpamaan Al-Qur’an.

Dengan demikian, penyebutan Al-Himâr tidak hanya simbolis, tetapi berakar pada realitas biologis, sosial, dan spiritual.

Bionarasi : Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd. adalah seorang pendidik yang berdedikasi dalam pengembangan pendidikan di madrasah. Sebagai guru Biologi di MAN Insan Cendekia Jambi dan bertransformasi ke pendamping madrasah, ia aktif membimbing guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, ia juga merupakan aktivis organisasi profesional PGM IND, PPMN, IGI, APSI, APMI, Forkom Ormas Jambi, yang berkontribusi dalam berbagai forum pendidikan. Sebagai penulis, Dr. Aty telah menghasilkan berbagai karya di bidang pendidikan dan manajemen pendidikan, yang menjadi referensi bagi pendidik dan praktisi pendidikan di Indonesia.

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama