Oleh: Dr. Aty Mulyani, S.Ag.,
S.Pd., M.Pd
Ketua Umum PGM Ind Wil. Jambi
Pengawas MA Kab. Muaro Jambi
Ketua III Forkom Ormas Jambi
1.
Pendahuluan
Tenun
Jambi tidak hanya merupakan karya seni dan warisan budaya, tetapi juga sebuah
karya teknik yang memadukan estetika, ketelitian, dan logika matematis. Di
balik keindahan motif—seperti Pagar Penganten, Bungo Pauh, atau Tampuk
Manggis—terdapat sistem hitungan benang yang sangat presisi. Penenun Jambi tidak
hanya mahir mengolah warna dan komposisi, tetapi juga memahami matematika
tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.
2.
Peran Matematika dalam Tenun Jambi
Matematika
memiliki peran penting dalam beberapa aspek:
- Menentukan jumlah
benang lungsi (warp)
- Mengatur jumlah
benang pakan (weft)
- Menyusun pola dan
motif agar simetris
- Menghitung
pengulangan motif
- Menjaga proporsi
jarak antar motif
- Menyusun ukuran
kain sesuai standar adat atau pesanan
Walaupun
perhitungannya tidak selalu tertulis secara modern, para penenun menggunakan
sistem hitungan tradisional yang akurat dan konsisten.
3.
Menentukan Jumlah Benang dalam Tenun Jambi
a.
Jumlah Benang Lungsi (Benang Tegak)
Benang
lungsi biasanya ditentukan berdasarkan:
a.
Lebar kain yang
diinginkan
- Ketebalan benang
- Jenis motif
(besar/kecil)
- Kerapatan kain
(rapat atau renggang)
Rumus
sederhana yang digunakan para perajin tradisional:
Jumlah
lungsi = Lebar kain (cm) × Kerapatan benang per cm
Contoh:
Lebar kain 60 cm dengan kerapatan 10 benang per cm → 60 × 10 = 600 benang
lungsi.
Di
lapangan, perajin sering menyebut “600 helai” atau “600 batang”.
b.
Menentukan Benang Pakan (Benang Mendatar)
Benang
pakan dihitung berdasarkan:
a.
Panjang kain yang
diinginkan
- Ulangan motif per
baris
- Perbandingan warna
per baris
Contoh
sederhana:
Panjang
kain 2 meter, kerapatan 12 baris pakan per cm. 200 cm × 12 = 2400 baris
pakan.
4.
Matematika Penyusunan Motif Tenun
Inilah
bagian paling menarik: penyusunan motif tenun mengikuti pola matematika
yang ketat.
a.
Unit Motif (Satuan Pengulangan)
Setiap
motif memiliki “unit motif”, misalnya:
a.
Motif Pagar Penganten →
8–12 benang dalam satu pola pagar
- Motif Tampuk
Manggis → 16 atau 20 benang
- Motif Bungo Pauh →
24 atau 28 benang
Perajin
menghitung unit motif seperti mengulang pola dalam diagram.
b.
Pola Geometris
Motif
tenun Jambi umumnya berbasis:
a.
Simetri lipat
(reflection symmetry)
- Simetri putar
(rotational symmetry 90°, 180°)
- Translasi
(pengulangan motif sejajar)
Sebagai
contoh: Motif Pagar Penganten biasanya mengikuti pola pengulangan:
|
4 benang naik – 4 benang turun | diulang 8–12
kaliyang menciptakan bentuk pagar berderet.
c.
Hitungan Pengulangan (Repeat)
Misalnya
motif unit = 20 benang. Jika kain memiliki 600 benang lungsi, maka:
600
÷ 20 = 30 ulangan motif.
Artinya
motif dapat diulang 30 kali di seluruh bidang kain sehingga tampak
simetris.
Jika
tidak habis dibagi, perajin akan:
a.
Menambah 1–2 benang
- Atau mengganti
unit motif agar tidak terjadi “motif patah” (motif tidak utuh).
d.
Penentuan Titik Tengah (Centering)
Untuk
motif besar seperti Bungo Pauh atau Angso Duo, penenun menentukan titik
tengah kain menggunakan pembagian:
Total
benang ÷ 2
Contoh:
600 lungsi → titik tengah = benang ke-300.
Ini
berguna agar motif utama berada tepat di tengah kain.
e.
Hubungan Warna dengan Hitungan Benang
Pengaturan
warna juga mengikuti hitungan matematis, misalnya:
a.
4 benang merah
- 2 benang kuning
- 1 benang emas →
diulang sepanjang kain
Pola
ini disebut repeat warna.
5.
Contoh Praktik Matematika Penenun
Contoh
Mengatur Motif Pagar Penganten
Misal
perajin ingin motif pagar lebarnya 8 benang:
a.
Pola 1: 4 benang angkat
- Pola 2: 4 benang
turunkan
Jika
kain lebarnya 600 benang:
600
÷ 8 = 75 motif pagar.
Ini
menjamin pagar tampak seragam dari tepi kiri sampai tepi kanan.
6.
Warisan Pengetahuan Matematis Tradisional
Walaupun
tidak tertulis dalam rumus modern, para penenun Jambi menjaga tradisi hitungan
ini dengan cara:
- Mengingat pola
secara hafalan (pattern memory)
- Menggunakan kayu
tanda atau simpul benang sebagai penanda bilangan
- Menentukan bagian
motif dengan irama (ritme) hitungan
- Mentor–murid
(magang) kepada penenun senior
Matematika
yang mereka gunakan adalah matematika praktis yang sangat presisi.
7.
Penutup
Di
balik keindahan kain tenun Jambi terdapat hitungan matematis yang kompleks dan
terstruktur. Penentuan jumlah benang, unit motif, pengulangan pola, hingga
posisi warna semuanya mengikuti logika dan perhitungan yang cermat. Keahlian
ini merupakan perpaduan antara seni, tradisi, dan ilmu matematika praktis yang
diwariskan lintas generasi.
Melalui
pemahaman matematis ini, tenun Jambi bukan hanya menjadi karya estetika, tetapi
juga bukti kecerdasan budaya masyarakat Jambi.
|
|
Bionarasi : Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd.
adalah seorang pendidik yang berdedikasi dalam pengembangan pendidikan di
madrasah. Sebagai guru Biologi di MAN Insan Cendekia Jambi dan
bertransformasi ke pendamping madrasah, ia aktif membimbing guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, ia juga merupakan aktivis
organisasi profesional PGM IND, PPMN, IGI, APSI, APMI, Forkom Ormas Jambi,
yang berkontribusi dalam berbagai forum pendidikan. Sebagai penulis, Dr. Aty
telah menghasilkan berbagai karya di bidang pendidikan dan manajemen
pendidikan, yang menjadi referensi bagi pendidik dan praktisi pendidikan di
Indonesia. |


Posting Komentar