Ketika tengah asyik menyampaikan pelajaran
Akidah Akhlak di kelas, pandangan tertuju pada seorang siswi yang tampak
menahan kantuk. Kepalanya perlahan naik turun yang akhirnya menunduk, suara
yang semula menjelaskan materi seolah berubah menjadi lagu nina bobo yang
menenangkannya. Dengan nada sedikit ditinggikan agar suasana kembali hidup,
diharapkan ia bisa fokus lagi. Teman di sampingnya spontan mencolek pelan
hingga ia terbangun. Sambil tersenyum malu, ia berbisik:
“Kenapa
sih, Ustazah, kalau di pondok suka ngantuk terus? Gimana caranya biar nggak
ngantuk, bisa paham pelajaran, dan tetap betah di pondok?”
Pertanyaan sederhana itu ternyata menyentuh
persoalan yang banyak dialami santri. Rasa kantuk dan lelah di pondok bukan
sekadar masalah fisik, tetapi juga bagian dari perjalanan spiritual: belajar
mengatur diri, melawan rasa malas, dan menumbuhkan keikhlasan dalam menuntut
ilmu.
Menemukan Makna di Balik Lelah
Menjadi santri di pondok pesantren adalah pengalaman
yang unik dan penuh makna. Jadwal padat dari subuh hingga malam, ditambah
disiplin yang tinggi, sering membuat tubuh lelah dan mata sulit menahan kantuk.
Namun di balik itu, ada pelajaran berharga: menempa kesabaran, keikhlasan, dan
keteguhan hati dalam menuntut ilmu.
Dalam pandangan Islam, rasa betah dan semangat
menimba ilmu di pondok bukan sekadar urusan kenyamanan fisik, melainkan
cerminan kesungguhan seorang penuntut ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Hidup di pondok adalah bentuk mujahadah, perjuangan diri untuk menjadi
lebih baik, lahir dan batin. Pondok bukan hanya ruang belajar teori, tetapi
juga laboratorium kehidupan, tempat santri ditempa menjadi pribadi yang
disiplin, mandiri, dan berakhlak mulia.
Sebagaimana dijelaskan dalam Hadis
Tarbawi: Hadis-hadis Pendidikan karya H. Abdul Majid Khon, ilmu
yang bermanfaat termasuk amal jariyah yang pahalanya terus mengalir setelah
seseorang wafat, bersama sedekah jariyah dan doa anak yang saleh. Maka, setiap
rasa kantuk dan lelah di pondok sejatinya bisa bernilai ibadah jika dijalani
dengan niat yang tulus.
Allah
SWT juga menegaskan pentingnya menuntut ilmu dalam Al-Qur’an. Dalam QS.
At-Taubah ayat 122, Allah berfirman:
“...Mengapa
sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam
pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya?”
Ayat ini menunjukkan betapa agungnya tanggung
jawab menuntut ilmu agama (tafaqquh fiddin). Begitu pula wahyu
pertama yang turun, QS. Al-‘Alaq: ayat 1 - 5, mengajarkan bahwa belajar dan
membaca adalah perintah langsung dari Allah SWT. Maka, menuntut ilmu sejatinya
adalah bagian dari ibadah.
Mengusir Kantuk, Menumbuhkan
Semangat Belajar di Pondok
Rasa kantuk di kelas itu wajar, apalagi bagi
santri yang aktivitasnya padat dari subuh hingga malam. Mulai dari salat
berjamaah, mengaji, hingga belajar di kelas, semua membutuhkan tenaga dan
konsentrasi. Jadi, wajar jika tubuh kadang merasa lelah.
Tapi ingat, kantuk bukan berarti malas. Dengan
sedikit usaha, tubuh dan pikiran bisa tetap segar, pelajaran lebih mudah
dipahami, dan waktu di pondok pun terasa lebih menyenangkan. Berikut beberapa
tips sederhana tapi ampuh untuk tetap semangat:
1.
Atur Pola Tidur
Tidur yang cukup adalah kunci. Begitu semua kegiatan pondok selesai, segera
beristirahat. Hindari ngobrol panjang atau hal-hal yang tidak penting sebelum
tidur agar tubuh benar-benar pulih dan siap menghadapi hari berikutnya.
2.
Perhatikan Pola Makan dan Minum
Tubuh butuh energi untuk tetap fokus. Minum air putih yang cukup agar tidak
dehidrasi. Saat makan, jangan ditunda-tunda makan tepat waktu membantu energi
tetap stabil. Jika perlu, bawa botol minum ke kelas agar tetap segar sepanjang
hari.
3.
Lakukan Gerakan Ringan
Saat kantuk datang, cuci muka, peregangan sebentar, atau jalan ringan di
sekitar pondok. Gerakan kecil ini membantu melancarkan peredaran darah dan
menyegarkan pikiran.
4.
Pilih Tempat Belajar yang Tepat
Belajar di tempat terang dan nyaman membuat fokus lebih mudah. Hindari belajar
di kasur atau berkelompok terlalu banyak (lebih dari 3 orang), karena seringnya
malah jadi ngobrol atau terganggu hal-hal yang tidak penting.
5. Gunakan Teknik Belajar Teratur
Coba metode Pomodoro: belajar fokus 25 menit, lalu istirahat 5 menit. Cara ini
menjaga konsentrasi tetap tinggi tanpa membuat kepala terasa berat.
Menemukan Rasa Betah di Pondok
Hidup di pondok akan terasa ringan bila
dijalani dengan hati yang lapang. Betah di pondok tidak datang begitu saja,
tetapi tumbuh dari cara santri menyesuaikan diri dan mensyukuri setiap proses.
Beberapa hal yang dapat membantu:
1. Bangun
hubungan baik dengan teman dan guru. Kebersamaan membuat pondok terasa seperti
rumah kedua.
2. Gunakan waktu luang untuk kegiatan positif,
misalnya:
§ Membaca kosa
kata bahasa Arab atau Inggris yang belum dikuasai.
§ Menghapal
atau mengejar setoran hafalan ayat Al-Qur’an atau hadis.
§ Menulis
teks dakwah atau muhadoroh.
§ Merapikan
lemari, buku, atau peralatan belajar agar lebih tertata.
3. Perkuat
niat dan tujuan menuntut ilmu. Ingat kembali alasan utama memilih mondok.
4. Syukuri
proses, karena setiap tantangan adalah bagian dari pembentukan karakter dan
kemandirian.
Belajar Cerdas, Bukan Sekadar
Keras
Agar
pelajaran lebih mudah dipahami, beberapa langkah sederhana bisa dilakukan:
1. Buat
catatan kecil berisi poin penting.
2. Tandai
atau garis bawahi bagian yang perlu diingat.
3. Gunakan
mind mapping agar konsep lebih mudah dipahami.
4. Latihan
soal secara rutin untuk mengasah pemahaman.
5. Hubungkan
teori dengan contoh nyata dalam kehidupan.
6. Lakukan
diskusi kelompok untuk bertukar ide dan memperkaya wawasan.
7. Kenali
gaya belajar pribadi (visual, auditori, atau kinestetik).
8. Susun
jadwal belajar teratur, terutama menjelang ujian.
Mengantuk di kelas bukanlah tanda malas,
melainkan pertanda tubuh dan pikiran sedang menyesuaikan ritme kehidupan
pesantren. Jika dijalani dengan niat tulus dan hati ikhlas, rasa lelah dan
kantuk justru menjadi ladang pahala. Menuntut ilmu bukan hanya soal kecerdasan
intelektual, tetapi juga ketekunan, keikhlasan, dan kekuatan spiritual.
Semoga tulisan ini menjadi motivasi bagi
santri, pendidik, dan orang tua untuk terus menumbuhkan semangat belajar serta
menghargai setiap proses di dunia pesantren tempat di mana ilmu tidak hanya diajarkan, tetapi juga dihidupkan dalam keseharian.

Posting Komentar