Rahasia Betah di Pondok: Mengubah Lelah Jadi Berkah

 

Oleh: Ai Ida Rosdiana, M.Pd
Alumni Pondok Pesantren Terpadu Daaruttaqwa Integrated Boarding School
Pengajar Ponpes Modern Bilingual Islamic Boarding School Sunanul Aulia Kota Sukabumi
Pegiat Keluarga Peduli Pendidikan Kota/Kab. Sukabumi

 

Ketika tengah asyik menyampaikan pelajaran Akidah Akhlak di kelas, pandangan tertuju pada seorang siswi yang tampak menahan kantuk. Kepalanya perlahan naik turun yang akhirnya menunduk, suara yang semula menjelaskan materi seolah berubah menjadi lagu nina bobo yang menenangkannya. Dengan nada sedikit ditinggikan agar suasana kembali hidup, diharapkan ia bisa fokus lagi. Teman di sampingnya spontan mencolek pelan hingga ia terbangun. Sambil tersenyum malu, ia berbisik:


“Kenapa sih, Ustazah, kalau di pondok suka ngantuk terus? Gimana caranya biar nggak ngantuk, bisa paham pelajaran, dan tetap betah di pondok?”


Pertanyaan sederhana itu ternyata menyentuh persoalan yang banyak dialami santri. Rasa kantuk dan lelah di pondok bukan sekadar masalah fisik, tetapi juga bagian dari perjalanan spiritual: belajar mengatur diri, melawan rasa malas, dan menumbuhkan keikhlasan dalam menuntut ilmu.

 

Menemukan Makna di Balik Lelah

Menjadi santri di pondok pesantren adalah pengalaman yang unik dan penuh makna. Jadwal padat dari subuh hingga malam, ditambah disiplin yang tinggi, sering membuat tubuh lelah dan mata sulit menahan kantuk. Namun di balik itu, ada pelajaran berharga: menempa kesabaran, keikhlasan, dan keteguhan hati dalam menuntut ilmu.


Dalam pandangan Islam, rasa betah dan semangat menimba ilmu di pondok bukan sekadar urusan kenyamanan fisik, melainkan cerminan kesungguhan seorang penuntut ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hidup di pondok adalah bentuk mujahadah, perjuangan diri untuk menjadi lebih baik, lahir dan batin. Pondok bukan hanya ruang belajar teori, tetapi juga laboratorium kehidupan, tempat santri ditempa menjadi pribadi yang disiplin, mandiri, dan berakhlak mulia.


Sebagaimana dijelaskan dalam Hadis Tarbawi: Hadis-hadis Pendidikan karya H. Abdul Majid Khon, ilmu yang bermanfaat termasuk amal jariyah yang pahalanya terus mengalir setelah seseorang wafat, bersama sedekah jariyah dan doa anak yang saleh. Maka, setiap rasa kantuk dan lelah di pondok sejatinya bisa bernilai ibadah jika dijalani dengan niat yang tulus.


Allah SWT juga menegaskan pentingnya menuntut ilmu dalam Al-Qur’an. Dalam QS. At-Taubah ayat 122, Allah berfirman:

“...Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya?”


Ayat ini menunjukkan betapa agungnya tanggung jawab menuntut ilmu agama (tafaqquh fiddin). Begitu pula wahyu pertama yang turun, QS. Al-‘Alaq: ayat 1 - 5, mengajarkan bahwa belajar dan membaca adalah perintah langsung dari Allah SWT. Maka, menuntut ilmu sejatinya adalah bagian dari ibadah.

 

Mengusir Kantuk, Menumbuhkan Semangat Belajar di Pondok

Rasa kantuk di kelas itu wajar, apalagi bagi santri yang aktivitasnya padat dari subuh hingga malam. Mulai dari salat berjamaah, mengaji, hingga belajar di kelas, semua membutuhkan tenaga dan konsentrasi. Jadi, wajar jika tubuh kadang merasa lelah.


Tapi ingat, kantuk bukan berarti malas. Dengan sedikit usaha, tubuh dan pikiran bisa tetap segar, pelajaran lebih mudah dipahami, dan waktu di pondok pun terasa lebih menyenangkan. Berikut beberapa tips sederhana tapi ampuh untuk tetap semangat:

1.      Atur Pola Tidur
Tidur yang cukup adalah kunci. Begitu semua kegiatan pondok selesai, segera beristirahat. Hindari ngobrol panjang atau hal-hal yang tidak penting sebelum tidur agar tubuh benar-benar pulih dan siap menghadapi hari berikutnya.

2.      Perhatikan Pola Makan dan Minum
Tubuh butuh energi untuk tetap fokus. Minum air putih yang cukup agar tidak dehidrasi. Saat makan, jangan ditunda-tunda makan tepat waktu membantu energi tetap stabil. Jika perlu, bawa botol minum ke kelas agar tetap segar sepanjang hari.

3.      Lakukan Gerakan Ringan
Saat kantuk datang, cuci muka, peregangan sebentar, atau jalan ringan di sekitar pondok. Gerakan kecil ini membantu melancarkan peredaran darah dan menyegarkan pikiran.

4.      Pilih Tempat Belajar yang Tepat
Belajar di tempat terang dan nyaman membuat fokus lebih mudah. Hindari belajar di kasur atau berkelompok terlalu banyak (lebih dari 3 orang), karena seringnya malah jadi ngobrol atau terganggu hal-hal yang tidak penting.

5.      Gunakan Teknik Belajar Teratur
Coba metode Pomodoro: belajar fokus 25 menit, lalu istirahat 5 menit. Cara ini menjaga konsentrasi tetap tinggi tanpa membuat kepala terasa berat.

 

Menemukan Rasa Betah di Pondok

Hidup di pondok akan terasa ringan bila dijalani dengan hati yang lapang. Betah di pondok tidak datang begitu saja, tetapi tumbuh dari cara santri menyesuaikan diri dan mensyukuri setiap proses. Beberapa hal yang dapat membantu:

1.      Bangun hubungan baik dengan teman dan guru. Kebersamaan membuat pondok terasa seperti rumah kedua.

2.      Gunakan waktu luang untuk kegiatan positif, misalnya:

§  Membaca kosa kata bahasa Arab atau Inggris yang belum dikuasai.

§  Menghapal atau mengejar setoran hafalan ayat Al-Qur’an atau hadis.

§  Menulis teks dakwah atau muhadoroh.

§  Merapikan lemari, buku, atau peralatan belajar agar lebih tertata.

3.      Perkuat niat dan tujuan menuntut ilmu. Ingat kembali alasan utama memilih mondok.

4.      Syukuri proses, karena setiap tantangan adalah bagian dari pembentukan karakter dan kemandirian.

 

Belajar Cerdas, Bukan Sekadar Keras

Agar pelajaran lebih mudah dipahami, beberapa langkah sederhana bisa dilakukan:

1.      Buat catatan kecil berisi poin penting.

2.      Tandai atau garis bawahi bagian yang perlu diingat.

3.      Gunakan mind mapping agar konsep lebih mudah dipahami.

4.      Latihan soal secara rutin untuk mengasah pemahaman.

5.      Hubungkan teori dengan contoh nyata dalam kehidupan.

6.      Lakukan diskusi kelompok untuk bertukar ide dan memperkaya wawasan.

7.      Kenali gaya belajar pribadi (visual, auditori, atau kinestetik).

8.      Susun jadwal belajar teratur, terutama menjelang ujian.

Mengantuk di kelas bukanlah tanda malas, melainkan pertanda tubuh dan pikiran sedang menyesuaikan ritme kehidupan pesantren. Jika dijalani dengan niat tulus dan hati ikhlas, rasa lelah dan kantuk justru menjadi ladang pahala. Menuntut ilmu bukan hanya soal kecerdasan intelektual, tetapi juga ketekunan, keikhlasan, dan kekuatan spiritual.


Semoga tulisan ini menjadi motivasi bagi santri, pendidik, dan orang tua untuk terus menumbuhkan semangat belajar serta menghargai setiap proses di dunia pesantren tempat di mana ilmu tidak hanya diajarkan, tetapi juga dihidupkan dalam keseharian.

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama