Oleh: Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd
Ketua Umum PGM Ind Wil. Jambi
Pengawas MA Kab. Muaro Jambi
Ketua III Forkom Ormas Jambi
Setiap
tanggal 10 November, bangsa Indonesia mengenang jasa para pahlawan yang telah
gugur demi tegaknya kemerdekaan. Mereka berjuang tanpa pamrih, mengorbankan
jiwa dan raga demi tanah air. Namun, di tahun 2025 ini, makna kepahlawanan
perlu dimaknai ulang dalam konteks zaman yang terus berubah, termasuk
menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, krisis
lingkungan, dan ketahanan bangsa di tengah arus globalisasi yang
deras.
Pahlawan
Dulu dan Sekarang
Jika
dahulu musuh para pahlawan adalah penjajahan fisik, maka kini kita dihadapkan
pada bentuk penjajahan baru: kerusakan lingkungan, kemiskinan
ekologis, dan ketergantungan terhadap teknologi serta sumber daya yang
tak berkelanjutan. Pahlawan masa kini bukan lagi hanya mereka yang
mengangkat senjata, tetapi juga mereka yang mengangkat kesadaran—tentang
pentingnya menjaga bumi, menanam pohon, menghemat energi, dan mengedukasi
generasi muda agar mencintai alam serta tanah airnya.
Dalam
konteks perubahan iklim, muncul pahlawan-pahlawan baru dari berbagai lapisan
masyarakat: para petani yang bertahan menanam di tengah cuaca yang tak menentu,
para guru yang menanamkan nilai cinta lingkungan pada siswanya, peneliti yang
mencari solusi energi bersih, hingga komunitas muda yang aktif mengelola sampah
dan menanam mangrove di pesisir. Mereka semua adalah pahlawan ekologis
yang berjuang mempertahankan kehidupan dan keberlanjutan negeri ini.
Menjaga
Nilai Kepahlawanan dalam NKRI yang Tetap Survive
Nilai-nilai
kepahlawanan seperti cinta tanah air, gotong royong, rela berkorban, pantang
menyerah, dan tanggung jawab sosial adalah fondasi utama agar NKRI tetap
bertahan (survive) di tengah berbagai perubahan. Semangat ini harus
terus ditanamkan pada generasi muda sebagai benteng moral di era disrupsi.
Kita
perlu menyadari bahwa menjaga Indonesia bukan lagi hanya dengan senjata, tetapi
juga dengan tindakan nyata melestarikan lingkungan dan memperkuat ketahanan
sosial-ekonomi bangsa. Menjadi pahlawan hari ini berarti berani mengambil
sikap untuk kebaikan bersama: mengurangi jejak karbon, menjaga kebersihan
lingkungan, menolak intoleransi, serta berkolaborasi lintas profesi demi
Indonesia yang berkelanjutan.
Perjuangan
Baru untuk Masa Depan
Perjuangan
masa kini adalah perjuangan dalam bentuk baru—perjuangan menjaga bumi dan
kemanusiaan. Indonesia yang kaya sumber daya alam akan tetap menjadi negeri
yang kuat jika rakyatnya menjaga keseimbangan antara pembangunan dan
pelestarian alam.
Sebagaimana
para pahlawan 1945 berjuang demi kemerdekaan fisik, generasi sekarang harus
berjuang demi kemerdekaan ekologis: bebas dari bencana akibat perubahan
iklim, bebas dari polusi, dan bebas dari keserakahan yang merusak alam.
Penutup
Hari
Pahlawan 2025 bukan sekadar momen mengenang masa lalu, tetapi juga momentum
meneguhkan tekad untuk menjadi pahlawan masa kini. Kita semua memiliki
peran, sekecil apa pun, dalam memastikan bahwa bumi Indonesia tetap lestari,
rakyatnya sejahtera, dan nilai-nilai kepahlawanan tetap hidup dalam setiap
langkah perjuangan.
Karena
sejatinya, pahlawan tidak lahir dari perang, tetapi dari keberanian menjaga
kehidupan. Dan perjuangan itu, tak akan pernah berakhir selama NKRI masih
berdiri tegak di bumi pertiwi.
|
|
Bionarasi : Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd.
adalah seorang pendidik yang berdedikasi dalam pengembangan pendidikan di
madrasah. Sebagai guru Biologi di MAN Insan Cendekia Jambi dan
bertransformasi ke pendamping madrasah, ia aktif membimbing guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, ia juga merupakan aktivis
organisasi profesional PGM IND, PPMN, IGI, APSI, APMI, Forkom Ormas Jambi,
yang berkontribusi dalam berbagai forum pendidikan. Sebagai penulis, Dr. Aty
telah menghasilkan berbagai karya di bidang pendidikan dan manajemen
pendidikan, yang menjadi referensi bagi pendidik dan praktisi pendidikan di Indonesia. |


Posting Komentar