Analisis Sains dan Tafsir: Mengapa Al-Qur’an Menyebut Laba-Laba?

 



Oleh: Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd

Ketua Umum PGM Ind Wil. Jambi

Pengawas MA Kab. Muaro Jambi

Ketua III Forkom Ormas Jambi

 

Surat Al-‘Ankabut ayat 41 “…Rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba…”

1.      Tafsir: Mengapa Laba-Laba Menjadi Perumpamaan?

 

 

a. Rumah yang Tampak Rumit tetapi Lemah

Para mufasir menegaskan bahwa jaring laba-laba tampak indah dan teratur, namun hakikatnya sangat rapuh. Demikian pula keyakinan orang musyrik: tampak penuh dasar, tetapi runtuh ketika diuji.

b. Ketergantungan pada Selain Allah = Perlindungan Palsu

Sarang laba-laba dipilih sebagai metafora paling tepat:

a.       tidak kokoh,

  1. tidak mampu melindungi,
  2. mudah hancur.

Begitulah keadaan siapa pun yang bergantung pada selain Allah.

c. Rumah yang Rapuh Secara Relasi

Sebagian jenis laba-laba betina:

a.       membunuh jantan setelah kawin,

  1. bahkan memakan anaknya saat lapar.

Ini menunjukkan bahwa “rumah laba-laba” rapuh secara fisik dan sosial—menambah kekuatan makna ayat.

2. Analisis Sains: Apa yang Membuat Jaring Laba-Laba Lemah?

a. Benangnya Kuat, Tetapi Rumahnya Tetap Rapuh

Ilmuwan menemukan serat laba-laba sekuat baja, tetapi struktur jaring:

a.       sangat tipis,

  1. mudah rusak oleh hujan, angin, atau sentuhan kecil,
  2. tidak melindungi penghuninya.

Ini sesuai persis dengan ayat: Yang lemah bukan benangnya, tetapi rumahnya.

b. Jaring Bukan Tempat Tinggal Permanen

Sebagian besar laba-laba membangun jaring:

a.       hanya untuk menangkap mangsa,

  1. lalu ditinggalkan,
  2. dan dibuat ulang.

Rumah yang tidak permanen = kehidupan yang tidak stabil tanpa iman.

c. Rumah yang Tidak Melindungi

Jaring adalah perangkap, bukan benteng pertahanan. Sehingga ketika digunakan sebagai pelindung, ia gagal total, ibarat keyakinan palsu yang tidak mampu menyelamatkan.

3. Integrasi Sains & Tafsir

Perumpamaan laba-laba sangat tepat karena:

Ilmu Sains

Makna Tafsir

Jaring rumit tapi mudah rusak

Keyakinan selain Allah tampak kokoh tetapi rapuh

Benangnya kuat, tapi strukturnya lemah

Dalam syirik, fondasi batin tidak kokoh

Tidak jadi tempat perlindungan

Tidak memberi keselamatan bagi pelakunya

Rumah tidak harmonis

Aqidah selain tauhid selalu goyah

 

4. Hikmah Pendidikan

a.       Jangan terjebak dalam jaring kehidupan: harta, jabatan, atau kekuatan duniawi tanpa landasan iman.

  1. Perkuat fondasi hidup, bukan sekadar hiasannya.
  2. Sains modern justru menegaskan tepatnya perumpamaan Al-Qur’an.

Bionarasi : Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd. adalah seorang pendidik yang berdedikasi dalam pengembangan pendidikan di madrasah. Sebagai guru Biologi di MAN Insan Cendekia Jambi dan bertransformasi ke pendamping madrasah, ia aktif membimbing guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, ia juga merupakan aktivis organisasi profesional PGM IND, PPMN, IGI, APSI, APMI, Forkom Ormas Jambi, yang berkontribusi dalam berbagai forum pendidikan. Sebagai penulis, Dr. Aty telah menghasilkan berbagai karya di bidang pendidikan dan manajemen pendidikan, yang menjadi referensi bagi pendidik dan praktisi pendidikan di Indonesia.

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama