Oleh : Ai Ida Rosdiana, M.Pd
Tutor UT SALUT Badak Putih Al-Faidah
Pengajar di Mts/MA Sunanul Aulia Kota Sukabumi
Pegiat Keluarga Peduli Pendidikan Kota/Kab. Sukabumi
Pernah nggak sih, kita sebagai pendidik, menghadapi
anak yang sangat pendiam di kelas, susah berbaur, bahkan sampai menolak masuk
sekolah karena merasa nggak punya teman? Atau mungkin pernah juga berhadapan
dengan orang tua yang terlalu melindungi anaknya, sampai guru jadi bingung
mencari cara terbaik untuk menyelesaikan masalah?
Fenomena seperti ini sering banget muncul di dunia
pendidikan, dan ini jadi salah satu bahasan penting dalam mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik, terutama saat kita membicarakan perkembangan sosial dan
emosional anak usia sekolah dasar.
Dalam salah satu sesi perkuliahan di Universitas
Terbuka (UT) SALUT Badak Putih Alfaida, ada seorang mahasiswi PGSD yang berbagi
cerita tentang siswanya yang menolak masuk sekolah selama dua minggu karena
merasa dikucilkan teman. Anak itu dikenal pendiam dan cenderung introvert.
Kasus seperti ini menunjukkan betapa pentingnya kita sebagai pendidik memahami
karakter anak secara menyeluruh bukan cuma dari sisi akademik, tapi juga dari
sisi sosial dan emosional.
Setiap anak punya dunianya sendiri. Tugas kita bukan
mengubah mereka jadi sama, tapi menuntun mereka supaya berani bersinar dengan
caranya masing-masing.
Anak Introvert dan Tantangan Sosial di Sekolah
Kalau kita
lihat dari teori Perkembangan Peserta Didik, usia 6 - 12 tahun itu
adalah masa anak membentuk identitas sosialnya. Menurut
Anak dengan kepribadian introvert biasanya
tenang, suka berpikir dulu sebelum bicara, dan butuh waktu lebih lama untuk
menyesuaikan diri. Sayangnya, di lingkungan sekolah yang sering menilai
“keaktifan” sebagai tanda percaya diri, anak introvert kadang dianggap “tidak
mau bergaul”. Padahal, mereka hanya butuh ruang dan waktu untuk merasa aman.
Kalau tidak disadari, hal ini bisa memicu penolakan sosial bahkan bullying
secara halus.
Menurut Santrock dalam Child Development,
dukungan sosial dari guru dan teman sebaya punya pengaruh besar terhadap
kesejahteraan emosional anak
Peran Orang Tua dan Pola Asuh
Masalah di
sekolah kadang jadi makin rumit karena respons orang tua yang kurang tepat.
Misalnya, saat anak menolak masuk sekolah, orang tua langsung mengizinkan tanpa
tahu penyebabnya. Niatnya melindungi, tapi efeknya bisa membuat anak makin
sulit menghadapi masalah sosialnya.
Kalau kita lihat dari teori ekologi Bronfenbrenner,
anak tumbuh di tengah berbagai sistem keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar
Pandangan Islam tentang Anak Introvert dan Pendidikan
Karakter
Dalam Islam,
setiap anak diciptakan dengan fitrah yang berbeda. Rasulullah SAW sendiri
memberi teladan dalam mendidik: beliau memperlakukan setiap sahabat dan
anak-anak dengan cara yang berbeda sesuai kepribadiannya. Anak yang pendiam pun
punya tempat istimewa dan butuh pendekatan lembut, bukan paksaan untuk tampil
seperti orang lain.
Allah SWT
berfirman:
"Wahai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka..."
(QS. At-Tahrim [66]: 6)⁵
Ayat ini mengingatkan bahwa pendidikan bukan cuma soal
kecerdasan intelektual, tapi juga pembinaan akhlak dan spiritual. Menjaga anak
berarti membantu mereka tumbuh dengan seimbang antara akal, hati, dan perilaku
(tarbiyah ‘aqliyah, nafsiyah, dan khuluqiyah).
Rasulullah
SAW juga bersabda:
“Seorang
mukmin itu cermin bagi mukmin lainnya.” (HR. Abu Dawud)
Sebagai
pendidik, kita harus mampu menjadi cermin yang jernih bagi anak-anak
menampilkan keteladanan, kesabaran, dan kasih sayang dalam setiap tindakan.
Saat kita menebar empati, anak-anak pun belajar berempati. Ketika kita memilih
sabar daripada marah, lembut daripada memaksa, di situlah nilai-nilai Islam
hidup dalam ruang kelas kita. Tugas kita bukan sekadar mengajar mereka mengenal
huruf dan angka, tetapi menuntun mereka mengenal dirinya, menghargai perbedaan,
dan tumbuh menjadi manusia yang berakhlak..
Langkah Praktis untuk Guru dan Orang Tua
- Pendekatan Personal dan Empatik
Ajak anak bicara dengan tenang dan tulus. Anak introvert lebih nyaman kalau diberi waktu dan ruang untuk bercerita. - Melatih
Resiliensi Sosial
Ajak anak belajar menerima bahwa nggak semua orang akan selalu mau bermain dengannya. Gunakan permainan peran atau diskusi ringan untuk menumbuhkan ketahanan sosial. - Mediasi
Sosial di Kelas
Libatkan anak dalam kelompok kecil dengan teman-teman berbeda karakter supaya mereka belajar kerja sama dan saling memahami. - Kolaborasi
Edukatif dengan Orang Tua
Bantu orang tua memahami pentingnya memberi kesempatan anak menyelesaikan masalah sosialnya sendiri, dengan bimbingan, bukan perlindungan berlebihan. - Integrasi
Nilai Islam dalam Pembelajaran Sosial-Emosional
Tanamkan nilai ta’awun (tolong-menolong), ukhuwah (persaudaraan), dan husnuzan (berprasangka baik).⁷ Dengan begitu, anak terbiasa berinteraksi secara Islami, santun, dan empatik.
Penutup Spiritual
Anak
introvert bukan anak bermasalah; mereka hanya punya cara berbeda untuk
mengekspresikan diri. Kita sebagai pendidik dan orang tua punya peran penting
untuk membantu mereka menemukan keberanian dalam diamnya, dan kekuatan dalam
kelembutannya.
Pendidikan
Islam melihat setiap anak sebagai amanah yang harus dijaga dengan kasih
sayang, kesabaran, dan kebijaksanaan. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang
siapa yang tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Refleksi Pendidik: Menyalakan Cahaya di Setiap Jiwa
Menjadi
pendidik itu bukan cuma pekerjaan, tapi panggilan hati. Di balik setiap anak baik
yang aktif, pendiam, ceria, atau pemalu ada potensi luar biasa yang menunggu
untuk kita bantu tumbuh. Seperti lilin yang menyalakan cahaya tanpa kehilangan
sinarnya, semangat kita sebagai guru tidak akan padam saat membimbing anak-anak
menuju versi terbaik dirinya. Setiap tantangan di kelas adalah ladang pahala,
setiap perbedaan karakter adalah pelajaran hidup, dan setiap senyum kecil dari
siswa adalah bukti bahwa tugas kita berarti. Jadi, yuk terus semangat mendidik
dengan hati yang tulus, karena satu anak yang kita bimbing hari ini bisa jadi
cahaya bagi masa depan umat dan bangsa.

Posting Komentar