Oleh : Ai Ida Rosdiana, M.Pd
Pengajar di Mts/MA Sunanul Aulia Kota Sukabumi
Tutor UT SALUT Badak Putih Al-Faidah
Pegiat Keluarga Peduli Pendidikan
Kota/Kab. Sukabumi
Pernahkah kita
tersentak melihat seorang murid berjalan di depan gurunya tanpa menyapa? Atau
menemukan siswa yang tampak sopan di depan guru, tetapi di luar pengawasan
berubah sikap seolah lupa siapa yang telah membimbingnya?
Sebagai orang
tua atau guru, kita mungkin pernah menyaksikan perubahan anak didik yang dulu
lembut kini terasa cuek dan enggan mendengar nasihat. Malu, sungkan, atau
merasa gurunya tak mengenalnya lagi, katanya. Namun, adab bukan soal dikenal
atau tidak dikenal.
Jika engkau
bertemu gurumu di mana pun walau beliau mungkin tak lagi mengingatmu sapalah,
perkenalkan dirimu, hormati, dan jangan lupa doakan. Adab bukan tentang siapa
yang melihat, tetapi tentang siapa diri kita sebenarnya.
Perintah Agung Tentang Adab
Allah ﷻ berfirman:
“Dan Tuhanmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya...” (QS. Al-Isrā’ [17]: 23–24)
Dalam Tafsir
Al-Muyassar, ayat ini dijelaskan sebagai perintah langsung dari Allah agar
manusia menyembah hanya kepada-Nya, dan berbuat baik kepada orang tua sebagai
wujud syukur. Kebaikan itu mencakup ucapan lembut, sikap santun, dan
penghormatan penuh tanpa meninggikan suara atau menunjukkan wajah tidak senang
Para ulama
menegaskan bahwa adab kepada orang tua juga mencakup adab kepada guru, karena
guru adalah orang tua dalam urusan ilmu dan akhlak. Ketika seorang murid
bersikap kasar atau acuh kepada gurunya, ia telah mengabaikan salah satu
perintah besar dalam Al-Qur’an.
Adab Sejati Tak Butuh Pengawasan
Sering kali adab hanya muncul saat guru hadir, tapi layu ketika tak
ada yang memperhatikan. Padahal, adab sejati hidup bahkan dalam sepi, ketika
tak ada mata manusia yang memandang hanya Allah yang menyaksikan.
Adab yang lahir
dari hati tidak menunggu sorotan atau pujian. Ia muncul dari kesadaran bahwa
setiap langkah, kata, dan tatapan selalu dalam pengawasan-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bukan termasuk golonganku orang yang tidak menghormati yang lebih
tua, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak orang alim.”
Ilmu tanpa adab hanyalah kata-kata kosong, sedangkan adab tanpa
ilmu seperti cahaya tanpa sumber. Ketika keduanya bersatu, hidup kita
diberkahi, perbuatan bermakna, dan setiap langkah menjadi saksi ketaatan kita
kepada Allah.
Adab: Ruh dari Ilmu
Prof. Abudin Nata menegaskan bahwa hubungan guru dan murid harus
berlandaskan rasa hormat, cinta, dan tanggung jawab moral. Tanpa itu,
pendidikan hanyalah proses intelektual tanpa nilai spiritual
Imam Al-Ghazali dalam Bidayatul Hidayah menulis bahwa ilmu tak akan
bermanfaat tanpa adab. Beliau menjelaskan 13 adab murid terhadap guru, termasuk
cara duduk, berbicara, dan bertanya. Salah satu pesan tegasnya: “Seorang murid
hendaklah mengucapkan salam terlebih dahulu kepada gurunya dan tidak banyak
bicara kecuali diminta.” (Imam Al-Ghazali, 2015)
Adab adalah jembatan antara ilmu dan amal. Bayangkan punya ilmu
setinggi langit tapi tanpa adab hati bisa kaku dan kesombongan bisa muncul
Ketika Murid Menjadi Cermin Gurunya
Seorang murid adalah cermin gurunya, sebagaimana anak adalah cermin
orang tuanya. Murid santun membuat nama gurunya harum, sementara perilaku buruk
murid bisa mencoreng nama baik orang tua dan gurunya.
Setiap murid
membawa dua nama besar sekaligus: orang tua dan guru. Karena itu,
perilaku murid sejatinya adalah representasi dua doa: doa orang tua di rumah
dan doa guru di sekolah.
Adab di Tengah Arus Modernisasi
Prof. Azyumardi Azra mengingatkan, pendidikan Islam modern sering
menekankan kecerdasan otak, tapi lupa menumbuhkan adab. Ia menulis: “Krisis
generasi muda bukan karena kurang ilmu, tetapi karena pendidikan kehilangan
sentuhan adab.”
Ilmu tanpa adab ibarat kendaraan tanpa kemudi: bisa bergerak, tapi
tidak tahu ke mana harus menuju. Di era media sosial, ujian adab semakin nyata:
kritik tanpa sopan santun, komentar kasar, dan perilaku acuh bisa menyebar
begitu saja.
Pikirkan
sejenak:
ü Apakah cara belajar kita sudah mencerminkan rasa hormat pada guru
dan teman?
ü Apakah kata dan tulisan kita membawa kebaikan atau justru
menyakiti?
ü Apakah ilmu yang kita miliki membuat kita bijak, atau hanya pintar
tapi sombong?
Mulai dari hal
kecil: ucapkan terima kasih, hargai orang lain, dan kendalikan diri sebelum
menulis atau berbicara. Dengan begitu, ilmu dan adab berjalan beriringan,
menjadikan kita pintar dan terhormat.
Guru: Pintu Ilmu dan Jalan Ridha Allah
Guru pun bukan sekadar pengajar di kelas. Ia adalah pembuka pintu
ilmu dan penunjuk jalan menuju ridha Allah. Jika orang tua memberi kehidupan
jasmani, guru menumbuhkan kehidupan rohani: iman, akhlak, dan pengetahuan yang
bermanfaat.
Para ulama
berkata:
“Law laa
murobbî ma ‘araftu rabbî” - “Jika bukan
karena guruku, aku tidak akan mengenal Tuhanku.”
Rasulullah ﷺ pun bersabda:
“Barang siapa yang memuliakan orang alim, maka ia telah memuliakan
aku. Barang siapa memuliakan aku, maka ia memuliakan Allah. Dan barang siapa
memuliakan Allah, tempatnya adalah surga.”
Sadari sejenak:
§ Apakah kita menghargai guru di kelas maupun di luar kelas?
§ Apakah kita bersikap sopan, sabar, dan belajar tekun?
§ Apakah kita mendoakan guru, karena doa mereka adalah kunci
keberkahan hidup kita?
Mulai dari hal
sederhana: mengucapkan salam, berkata sopan, menghargai ilmu yang diajarkan,
dan mendoakan guru. Dengan begitu, kita menjadi murid pintar dan beradab,
diridhoi Allah.
Saat Murid Menjadi Doa bagi Gurunya
Kadang, guru tidak menuntut banyak. Tidak perlu hadiah atau pujian cukup
adab. Dari adab lahir keberkahan ilmu dan ketenangan hati.
Jika seorang murid kurang sopan, bukan hanya dirinya yang jatuh,
tetapi juga nama baik orang tua dan gurunya. Sebagai orang tua, kita mungkin
perlu berbisik lirih dalam hati:
“Guru, maafkan
anak-anakku yang menjadi muridmu. Maafkan kami, para orang tua mereka.”
Setiap murid membawa dua doa di pundaknya: doa orang tua dan doa
gurunya. Hanya murid yang beradab yang mampu menjaga keduanya tetap harum di
hadapan manusia dan di hadapan Allah Swt.
Menjadi murid yang beradab bukan sekadar kewajiban, tapi jalan
untuk menjadi doa yang hidup bagi guru, keluarga, dan diri sendiri. Setiap kata
sopan dan tindakan hormat menebar kebaikan, bahkan ketika kita sudah dewasa.
#TerimakasihGuru #AdabUntukGuru #GuruPintuIlmu

Posting Komentar