Oleh Nurul Jubaedah,
S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
Guru SKI MTsN 2 Garut
Duta Literasi Kabupaten
Garut
Kabid Humas AGERLIP PGM
Indonesia
(Naskah ke 186)
Di tengah semangat inovasi pendidikan, lahirlah
gagasan segar dari Tim 2 IX-J MTsN 2 Garut yang beranggotakan Desi Sri Mulyani
(Ketua), Marsya Restu Dwi Putri, dan Keisya Restu Eka Putri. Mereka resmi
mendaftar pada ajang Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) bidang riset hari
Senin, 8 September 2025, dengan bimbingan Ibu Nurul Jubaedah, S.Ag., S.Pd.,
M.Ag.. Riset mereka mengangkat tema menarik: “SKI Berbasis AI dan Kearifan
Lokal Silih Asih, Asah, Asuh dalam Kurikulum Cinta”, sebuah upaya memadukan
teknologi mutakhir dengan nilai luhur budaya Sunda.
SKI dalam Arus Zaman Digital
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) selama ini dikenal
sebagai mata pelajaran yang sarat nilai. Ia mengajarkan perjalanan panjang
peradaban Islam, kisah tokoh-tokoh besar, hingga hikmah peristiwa bersejarah.
Namun, generasi abad ke-21 menghadapi tantangan baru. Pola pikir yang kritis,
akses digital yang luas, serta derasnya arus globalisasi membuat pembelajaran
SKI harus menemukan wajah segar agar tetap relevan dan memikat.
Di sinilah hadir Artificial Intelligence (AI) sebagai
jawaban. Melalui teknologi ini, pembelajaran SKI dapat dihadirkan dalam bentuk media
interaktif, simulasi sejarah, hingga kuis adaptif yang menyesuaikan dengan
kemampuan siswa. Tak lagi sebatas teks buku, SKI bisa hidup dalam layar digital
yang komunikatif dan personal. Guru pun dapat memanfaatkan analisis AI untuk
mengetahui capaian belajar siswa, sehingga tindak lanjut pembelajaran menjadi
lebih tepat sasaran.
Kearifan Lokal Silih Asih, Asah,
Asuh
Meski begitu, Tim 2 IX-J menekankan bahwa teknologi
tidak boleh mengikis ruh pendidikan. SKI bukan hanya soal hafalan sejarah,
tetapi media pembentukan karakter, empati, dan akhlak mulia. Karena itu, mereka
mengintegrasikan nilai kearifan lokal Sunda, yakni Silih Asih (saling
menyayangi), Silih Asah (saling mengasah pengetahuan), dan Silih Asuh (saling
membimbing dan melindungi).
Tiga nilai ini menjadi kompas agar pemanfaatan AI
tidak kehilangan arah. Dengan Silih Asih, siswa dibimbing untuk penuh kasih
dalam interaksi. Dengan Silih Asah, pengetahuan diasah bersama-sama. Dengan
Silih Asuh, setiap individu merasa aman karena ada bimbingan dan perlindungan.
Kurikulum Cinta sebagai Fondasi
Inovasi Tim 2 IX-J semakin menarik karena mereka
menambahkan konsep Kurikulum Cinta. Bagi mereka, pendidikan sejati lahir dari
kasih sayang. Teknologi hanyalah alat, sedangkan cinta menjadi inti. Kurikulum
Cinta menekankan suasana belajar yang penuh empati, menghargai perbedaan, dan
menguatkan spiritualitas.
Dengan kombinasi AI + Kearifan Lokal + Kurikulum Cinta,
riset ini diharapkan melahirkan model pembelajaran SKI yang bukan hanya
informatif, tetapi juga transformatif. Siswa tidak hanya memahami sejarah,
tetapi juga mempraktikkan nilai-nilainya dalam kehidupan nyata.
Harapan untuk Madrasah
Riset ini bermanfaat luas, terutama bagi madrasah. Ia
membantu guru menciptakan pembelajaran SKI yang lebih menarik, dekat dengan
realitas siswa, serta relevan dengan tantangan zaman. Lebih jauh, riset ini
bisa menginspirasi model pendidikan Islam yang humanis, inklusif, dan selaras
dengan budaya lokal.
Langkah Tim 2 IX-J patut diapresiasi. Mereka bukan
hanya peserta OMI, tetapi juga pionir muda yang mencoba menjawab tantangan
besar pendidikan dengan keberanian ide.
Perjalanan OMI bagi Tim 2 IX-J baru saja dimulai.
Namun, gagasan mereka sudah menorehkan jejak penting: bahwa teknologi dan
budaya dapat bersanding harmonis. Dengan bimbingan Ibu Nurul Jubaedah dan
dukungan madrasah, mereka melangkah membawa misi besar: menjadikan SKI sebagai
mata pelajaran yang hidup, penuh cinta, dan berkarakter. Semoga kiprah ini
menjadi inspirasi, bukan hanya bagi MTsN 2 Garut, tetapi juga bagi dunia
pendidikan madrasah di Indonesia.
Posting Komentar