Oleh Nurul Jubaedah,
S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
Guru SKI MTsN 2 Garut
Duta Literasi Kabupaten
Garut
Kabid Humas AGERLIP PGM
Indonesia
(Naskah ke 162)
Di tengah derasnya arus digital, MTsN 2 Garut
menghadirkan kegiatan edukasi yang segar melalui program Peer Educator PKRS
SEMAK. Tidak sekadar ceramah, kegiatan ini memadukan pembelajaran dan riset
berbasis game yang mengungkap bagaimana para siswa memilih dan menggunakan
media sosial.
Program ini diikuti 15 siswa pilihan dari OSIM kelas 8
dan 9, yang nantinya diharapkan menjadi agen perubahan di lingkungan sekolah.
Acara dimulai pukul 13.00 WIB di kelas SBSN dengan suasana penuh semangat.
Sebelum masuk materi, peserta mengikuti pre-test untuk mengukur
pemahaman awal terkait literasi digital, mulai dari keamanan data pribadi
hingga etika berinteraksi di dunia maya.
Tahap selanjutnya, peserta diajak mengikuti riset
berbasis game metode belajar sambil bermain yang ternyata membuat mereka
antusias. Melalui simulasi dan diskusi kelompok, siswa memetakan tren media
sosial, menilai kelebihan dan kekurangannya, serta memahami potensi risiko di
baliknya.
Dari data yang terkumpul, fakta menarik pun terungkap:
14 dari 15 peserta memilih TikTok sebagai platform favorit. Alasannya beragam konten
kreatif, video singkat yang menghibur, hingga banyaknya tutorial bermanfaat. Di
posisi kedua ada Instagram, yang ternyata lebih sering digunakan untuk tugas
sekolah ketimbang hiburan. Telegram berada di urutan ketiga, dipakai sebagian
kecil siswa untuk grup belajar. Uniknya, satu peserta mengaku tidak memiliki
media sosial sama sekali sesuatu yang jarang ditemui di era ini.
Materi inti kemudian disampaikan dengan ringkas namun
padat, mencakup perkembangan teknologi, peran internet, dan cara bijak
menggunakan media sosial. Pemateri, Nurul Jubaedah, S.Ag., S.Pd., M.Ag,
menekankan bahwa teknologi hanyalah alat manusia yang harus mengendalikannya.
Pesan ini diperkuat lewat diskusi tentang algoritma, potensi kecanduan digital,
hingga ancaman keamanan data.
Setelah materi selesai, post-test dilakukan.
Hasilnya menunjukkan peningkatan pemahaman yang signifikan. Namun, nilai
terbesar dari kegiatan ini adalah tumbuhnya kesadaran bahwa literasi digital
bukan berarti menjauhi teknologi, melainkan menggunakannya dengan cerdas dan
bertanggung jawab.
Peer Educator PKRS SEMAK membuktikan bahwa pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas (PKRS) juga mencakup literasi digital
sebagai bagian dari keterampilan hidup sehat. Media sosial memiliki pengaruh
besar pada pola pikir remaja maka penting bagi mereka memahami manfaat dan
risikonya.
Dengan pendekatan peer educator, siswa yang
telah dibekali pengetahuan ini diharapkan dapat menyebarkan kesadaran kepada
teman sebaya. Efek positifnya bisa meluas, membentuk jaringan remaja yang
saling mengingatkan untuk bijak di dunia maya.
Kegiatan ini berakhir dengan suasana hangat dan banyak
tanya jawab mulai dari tips mengamankan akun hingga mengatur waktu online.
Sebuah langkah kecil, namun berdampak besar, untuk membentuk generasi Gen Z
yang melek digital sekaligus mampu menjaga kesehatan mental dan keamanan diri
di dunia maya.
إرسال تعليق