Oleh: Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd
Ketua Umum PGM Ind Wil. Jambi
Pengawas MA Kab. Muaro Jambi
Ketua III Forkom Ormas Jambi
Pembukaan — apa yang diamati
Pada awal Agustus 2025 sejumlah laporan dan peringatan resmi mencatat kondisi cuaca yang tidak biasa di Provinsi Jambi: anomali curah hujan yang lebih rendah dari normal di beberapa wilayah, bersamaan dengan titik api dan kebakaran lahan gambut yang meningkat—sementara di hari lain daerah tertentu menerima hujan lebat dan potensi petir/angin kencang. BMKG bahkan mengeluarkan peringatan dini dan menyoroti potensi penurunan curah hujan awal Agustus yang meningkatkan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) (BMKG).
Analisis singkat: mengapa cuaca
terasa ekstrim? (jawaban ilmiah)
Fenomena
cuaca ekstrim yang tercatat di Jambi pada Agustus 2025 dapat dijelaskan lewat
interaksi sejumlah faktor meteorologis, oseanografis, dan antropogenik:
- Variabilitas iklim
besar-besaran (ENSO & IOD) — latar pantauan global
Pada skala regional-tropis, fenomena seperti El Niño–Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) memengaruhi pola hujan di Indonesia. Monitoring terakhir menunjukkan kondisi ENSO cenderung netral pada periode musim panas 2025, sehingga prediksi jangka musiman menjadi lebih sulit dan rentan terhadap variabilitas intramusiman (mis. MJO). Keadaan ENSO-netral ini berarti daerah seperti Sumatra (termasuk Jambi) dapat mengalami fluktuasi curah hujan yang besar tergantung pada pola intraseasonal (Climate Prediction CenterBureau of Meteorology). - Peran MJO dan
variabilitas intramusiman
Madden–Julian
Oscillation (MJO) memodulasi
konveksi di wilayah tropis pada skala mingguan—bulan. Aktivasi/penonaktifan MJO
dapat menyebabkan fase basah yang intens (hujan lebat) atau fase kering
(penurunan hujan) dalam rentang beberapa minggu. Saat MJO melemah atau
berpindah fasenya, daerah barat Indonesia dapat mengalami periode kering
mendadak diikuti oleh curah hujan ekstrem saat fase aktif lewat. Studi
menunjukkan MJO berperan kuat pada pola curah hujan ekstrim selama musim boreal
summer di Indonesia (arXiv).
- Perubahan iklim
jangka panjang (pemanasan global) — meningkatkan frekuensi/intensitas
ekstrem
Laporan ilmiah internasional (IPCC AR6) menegaskan
bahwa pemanasan global sudah memperbesar probabilitas kejadian cuaca ekstrem —
khususnya peristiwa hujan lebat dan gelombang panas — serta memperburuk kondisi
kebakaran (fire weather) di beberapa wilayah. Walaupun satu kejadian tidak bisa
langsung “dipersalahkan” pada perubahan iklim, pola peningkatan frekuensi dan
intensitas kejadian ekstrem menjadi konsisten dengan proyeksi perubahan iklim (IPCC+1).
- Faktor lokal:
kondisi lahan gambut, drainase, dan praktik penggunaan lahan
Jambi memiliki luas lahan gambut yang besar. Drainase untuk perkebunan (kelapa sawit, HTI) dan deforestasi mengeringkan lapisan gambut sehingga lapisan organik menjadi sangat mudah terbakar saat periode kering/curah hujan rendah. Kondisi meteorologis kering (anomali curah hujan) yang muncul pada Agustus meningkatkan risiko kebakaran gambut yang menyebabkan asap tebal dan dampak kesehatan. Laporan-laporan ilmiah dan kajian lapangan mengaitkan kejadian karhutla di Jambi dengan interaksi antara kondisi meteorologis kering dan aktivitas manusia (drainase, pembukaan lahan) (CIFOR-ICRAFPantau Gambut). - Interaksi skala:
kombinasi periode kering lokal + hujan ekstrem terlokalisir
Kombinasi periode panjang dengan curah hujan rendah (meningkatkan risiko kebakaran dan kebakaran bawah permukaan pada gambut) dan sesekali peristiwa konvektif kuat yang membawa hujan lebat (petir, angin kencang) menyebabkan impresi “cuaca ekstrim” — karena masing-masing tipe kejadian (kering & basah) membawa dampak berbeda dan seringkali simultan pada ruang-waktu yang berdekatan. Laporan situasional BNPB dan berita menyorot kedua fenomena ini (karhutla + kejadian badai lokal) (Antara NewsReliefWeb).
Dampak yang sudah atau berpotensi
terjadi
a.
Kesehatan masyarakat:
paparan asap (PM2.5) dari kebakaran gambut meningkatkan kasus ISPA, rawat inap
pernapasan, dan bahkan kematian dini. Studi khusus menunjukkan beban kesehatan
yang signifikan dari kebakaran gambut di Sumatra/Kalimantan (PMC).
- Pertanian &
ekonomi lokal: kekeringan
menghancurkan tanaman musiman, sementara hujan ekstrem dapat merusak panen
dan infrastruktur.
- Lingkungan &
emisi karbon: kebakaran gambut
melepaskan karbon tersimpan (CO₂) dalam jumlah besar, memperburuk
pemanasan global dan menimbulkan lingkaran setan (ResearchGate).
Rekomendasi berbasis bukti (singkat)
- Peningkatan
pemantauan dan peringatan dini
(BMKG + BNPB + dinas daerah) untuk menginformasikan masyarakat secara
cepat tentang risiko karhutla dan hujan ekstrem (BMKG+1)
- Kebijakan
pengelolaan lahan gambut: restorasi dan
pengendalian drainase, pembatasan pembukaan skala besar di lahan gambut,
serta skema insentif untuk praktik ramah-lingkungan. (Rekomendasi yang
konsisten dengan publikasi CIFOR dan studi akademik) CIFOR-ICRAF)
- Siaga kesehatan:
penguatan layanan pernapasan, distribusi masker saat asap, dan pemantauan
kualitas udara (PMC).
- Pendekatan adaptasi
iklim: integrasi proyeksi iklim ke
perencanaan pertanian, infrastruktur, dan sistem peringatan. (berdasarkan
temuan IPCC dan World Bank tentang kerentanan Indonesia) (IPCCClimate Knowledge Portal).
Penutup singkat
Cuaca
“ekstrim” yang dirasakan di Jambi pada Agustus 2025 bukanlah akibat dari satu
faktor tunggal. Ini adalah hasil interaksi antara kondisi atmosfer
(variabilitas MJO, ENSO-netral), kondisi oseanografi regional (IOD/MJO), tren
perubahan iklim global, dan faktor lokal (drainase dan konversi lahan gambut).
Untuk menurunkan risiko di masa depan diperlukan kombinasi ilmu pemantauan
cuaca, kebijakan pengelolaan lahan yang tegas, dan sistem peringatan &
respon terpadu.
Daftar
Pustaka
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG). Curah Hujan Rendah Awal Agustus, Karhutla Ancam Jambi.
Siaran Pers, 1 Agustus 2025. BMKG.
BNPB / Antara News. BNPB, Polri send
five helicopters to help Jambi combat forest fires. ANTARA, August 2025. Antara News
IPCC. AR6 WGI — Summary for
Policymakers. Intergovernmental Panel on Climate Change, 2021. IPCC
CIFOR-ICRAF. Managing peatlands in
Indonesia: Key messages and policy implications. Infobrief, 2018. CIFOR-ICRAF
NOAA / CPC. ENSO Diagnostic Discussion
(status ENSO 2025). NOAA Climate Prediction Center, 2025. Climate Prediction Center
The health impacts of Indonesian peatland
fires. Environmental Health Journal. 2022
(artikel yang membahas dampak PM2.5 dari kebakaran gambut di Sumatra &
Kalimantan). PMC
Kurniadi, dkk. Future projections of
extreme rainfall events in Indonesia. Journal of Climate (recent study on
extreme rainfall projections for Indonesia), 2024. Royal Meteorological Society
Studi-studi lokal tentang kebakaran gambut
dan pengaruh drainase di Jambi (kajian penelitian & pemodelan WRF) —
contoh: Fire danger on Jambi peatland based on WRF model, 2021.
|
Bionarasi : Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd.
adalah seorang pendidik yang berdedikasi dalam pengembangan pendidikan di
madrasah. Sebagai guru Biologi di MAN Insan Cendekia Jambi dan
bertransformasi ke pendamping madrasah, ia aktif membimbing guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, ia juga merupakan aktivis
organisasi profesional PGM IND, PPMN, IGI, APSI, APMI, Forkom Ormas Jambi,
yang berkontribusi dalam berbagai forum pendidikan. Sebagai penulis, Dr. Aty
telah menghasilkan berbagai karya di bidang pendidikan dan manajemen
pendidikan, yang menjadi referensi bagi pendidik dan praktisi pendidikan di
Indonesia. |
إرسال تعليق