Oleh
Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
Wakil
Kepala Bidang Kurikulum MTsN 2 Garut
Kabid
Humas AGERLIP PGM Indonesia
(Naskah
ke 135)
Suasana pagi itu di MTsN 2
Garut begitu berbeda. Tak ada keramaian, namun udara terasa penuh harap.
Pengumuman hasil Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) Tahun Pelajaran 2025/2026
resmi dirilis. Sebanyak 456 siswa dinyatakan diterima, sementara 104 lainnya
harus menerima kenyataan pahit: tidak lolos seleksi.
Dokumen resmi yang dirilis
pada 26 Juni 2025 memuat daftar siswa yang berhasil diterima. Di antara mereka,
ada Anatasya Aqila Zahra dari salah satu SDN yang menjadi pendaftar pertama
yang lolos. Ratusan nama lainnya berasal dari berbagai SD dan MI di wilayah
Garut dan sekitarnya. Sebuah capaian membanggakan, hasil dari kerja keras
selama bertahun-tahun.
Namun, tak semua kisah
berakhir manis. Dokumen tanggal 3 Juli 2025 menunjukkan daftar siswa yang tidak
diterima. Ada nama-nama yang akrab di lingkungan madrasah, siswa berprestasi,
bahkan anak-anak yang dikenal rajin dan santun. Mereka pun harus menerima hasil
yang mungkin terasa mengecewakan.
Salah satunya, M. Dava
Junior dari SDN 1 Wanakerta. Ia dikenal sebagai anak yatim yang sering membantu
neneknya berjualan. Meski tak lolos, dukungan dari guru dan warga sekitar terus
mengalir. “Bukan soal diterima atau tidak. Tapi bagaimana kita terus semangat,”
kata gurunya pelan.
Plh. Kepala MTsN 2 Garut,
Nurul Jubaedah, menjelaskan bahwa proses seleksi dilakukan secara objektif,
transparan, dan sesuai kuota. Seleksi bukan hanya berdasarkan nilai akademik,
namun juga karakter dan kesiapan spiritual. Hal ini menjadikan proses SPMB di
madrasah bukan sekadar administrasi, tapi juga sarana pembentukan calon pelajar
yang unggul lahir batin.
Bagi mereka yang lolos, ini
bukan akhir perjuangan. Tanggung jawab besar menanti. MTsN 2 Garut dikenal
sebagai madrasah dengan disiplin tinggi, prestasi akademik membanggakan, dan
pembinaan akhlak yang kuat. Siswa baru harus siap mengikuti proses adaptasi,
pembinaan, hingga kegiatan matrikulasi awal tahun.
Sementara itu, bagi siswa
yang belum diterima, bukan berarti jalan mereka tertutup. Pendidikan tidak
berhenti di satu pintu. Banyak madrasah dan sekolah lain yang juga bisa menjadi
tempat tumbuh dan berkembang. Seperti kata orang tua Delisa, salah satu siswa
yang tidak lolos, “Sekolah bisa dicari, semangat jangan sampai hilang.”
Pengumuman ini mengajarkan
banyak hal: harapan, perjuangan, dan penerimaan. Di balik data dan nama-nama
itu, ada cerita manusia yang nyata. Ada air mata bangga, ada senyum kecewa,
tapi juga ada semangat untuk terus maju.
Selamat bagi para siswa
yang diterima di MTsN 2 Garut. Dan untuk yang belum, yakinlah, ini bukan akhir hanya
sebuah belokan kecil dalam perjalanan besar kalian.
إرسال تعليق