Harlah PGM Ke-17: Apresiasi dan Perjuangan Guru

Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag

Wakil Kepala Bidang Kurikulum MTsN 2 Garut

Kabid Humas AGERLIP PGM Indonesia

(Naskah ke 146)


Jakarta kembali bersiap menjadi saksi sejarah penting dunia pendidikan madrasah. Pada tahun 2025 ini, Perkumpulan Guru Madrasah (PGM) Indonesia akan menggelar peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-17 yang dirangkai dengan ajang bergengsi tahunan PGM Award ke-17.

 


Bukan sekadar perayaan seremonial, kegiatan ini mencerminkan jejak panjang perjuangan kolektif dalam menata masa depan pendidikan madrasah, meningkatkan kompetensi guru, dan memperjuangkan kesejahteraan mereka secara bermartabat.

 

 

Kegiatan Harlah PGM merupakan agenda rutin yang diprakarsai oleh Pimpinan Pusat PGM sejak organisasi ini berdiri. Momentum ini tidak hanya menjadi refleksi 17 tahun eksistensi organisasi, namun juga ruang untuk mengukur sejauh mana kiprah PGM dalam memajukan kualitas guru madrasah dan memperkuat posisinya dalam sistem pendidikan nasional.

 

 

Perjalanan PGM selama beberapa tahun terakhir patut diapresiasi. Di tahun 2023, Harlah ke-15 digelar di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Tahun berikutnya, 2024, PGM menapakkan jejak di Medan, Sumatera Utara untuk Harlah ke-16. Kini, pada tahun 2025, ibu kota negara menjadi tuan rumah Harlah ke-17 dan PGM Award ke-17 sebuah peneguhan eksistensi PGM di kancah nasional.

 

 

Acara ini akan menghadirkan beragam penghargaan bergengsi untuk para guru madrasah inspiratif dari berbagai penjuru Indonesia. Dalam PGM Award ke-17, apresiasi diberikan kepada guru-guru madrasah yang dinilai berhasil melakukan inovasi pembelajaran, membangun budaya literasi, dan memberikan pengabdian luar biasa dalam situasi yang seringkali serba terbatas.

 

 

Beberapa kategori penghargaan yang akan diberikan meliputi:

  • Guru Madrasah Inspiratif
  • Inovator Pembelajaran Digital
  • Penggerak Literasi Madrasah
  • Pengabdian Seumur Hidup
  • Pengelola Madrasah Unggul

 

 

PGM Indonesia percaya bahwa penghargaan bukan hanya bentuk pengakuan, tetapi juga simbol semangat perjuangan. Ia adalah bentuk penguatan moral untuk ribuan guru madrasah yang selama ini bekerja dalam senyap, membentuk karakter bangsa dari ruang-ruang kelas yang mungkin jauh dari sorotan publik.

 

 

Namun, lebih dari sekadar apresiasi, Harlah ke-17 juga menjadi momen strategis untuk menyuarakan aspirasi guru madrasah secara konkret dalam kebijakan pendidikan nasional. Salah satu tonggak penting adalah keterlibatan aktif PGM Indonesia dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi X DPR RI terkait pembahasan Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas).

 

 

Dalam RDP tersebut, PGM menyampaikan masukan tegas dan substansial agar keberadaan guru madrasah tidak lagi dipinggirkan dalam regulasi nasional. Isu status kepegawaian, jaminan kesejahteraan, hak atas sertifikasi, hingga pengakuan kesetaraan kompetensi menjadi fokus utama yang diperjuangkan. PGM menegaskan bahwa guru madrasah harus menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional yang inklusif, adil, dan berkemajuan.

 

 

RDP tersebut juga menjadi bukti bahwa PGM bukan lagi organisasi pasif. Kini, PGM memainkan peran aktif dalam menyusun peta jalan pendidikan nasional. Dalam forum itu, suara guru madrasah tidak hanya didengar, tetapi diperhitungkan sebagai mitra strategis dalam membentuk kebijakan yang berdampak luas.

 

 

PGM Indonesia juga terus memperluas kolaborasi, termasuk dengan Kementerian Agama, Pemerintah Daerah, dan lembaga legislatif di tingkat pusat maupun daerah. Pendekatan dialogis dan advokatif menjadi senjata utama organisasi dalam memperjuangkan status, tunjangan, pelatihan, dan pengembangan karier guru madrasah secara sistemik dan berkelanjutan.

 

 

Ketua Umum PGM dalam keterangannya menyampaikan bahwa perjuangan tidak boleh berhenti di ruang seminar atau selebrasi belaka. “Kami berdiri bukan untuk dipuja, tetapi untuk bekerja. Kami percaya, guru madrasah berhak mendapatkan perlakuan yang setara, bukan sekadar simbolik. Dan hari ini, kami menyampaikan langsung suara itu di hadapan pembuat undang-undang.”

 

 

Di tengah transformasi pendidikan nasional dan derasnya arus digitalisasi, PGM juga meluncurkan sejumlah program peningkatan kapasitas guru berbasis teknologi, literasi, dan kepemimpinan pendidikan. Organisasi ini terus membangun ekosistem pelatihan, komunitas belajar, serta ruang publikasi ilmiah yang mendorong guru madrasah naik kelas secara profesional.

 

 

Melalui Harlah ke-17, PGM Indonesia ingin menyampaikan pesan kepada seluruh bangsa: bahwa madrasah bukanlah sisa masa lalu, tetapi bagian penting dari masa depan Indonesia. Guru madrasah bukanlah pelengkap, tetapi penentu arah moral, spiritual, dan intelektual generasi bangsa.

 

 

Di balik segala tantangan, tetap ada harapan. Dan harapan itu kini dititipkan pada guru madrasah yang tak pernah lelah menyalakan cahaya ilmu, di lorong-lorong kelas, di kampung-kampung terpencil, di tengah hiruk pikuk zaman.

 

 

Selamat Harlah Ke-17, PGM Indonesia.
Teruslah berjuang, bersatu, dan mandiri.
Untuk madrasah yang unggul.
Untuk guru yang bermartabat.
Untuk Indonesia yang tercerahkan.


Sumber Tulisan: 

Liputan Langsung  Ketua Umum PGM saat ini bapak Ir. H. Yaya Ropandi, S.Pd.I.,M.S.I

Post a Comment

أحدث أقدم