Oleh
Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
Wakil
Kepala Bidang Kurikulum MTsN 2 Garut
Kabid
Humas AGERLIP PGM Indonesia
(Naskah
ke 119)
Dulu, kepala nempel bantal langsung molor.
Sekarang, jam 3 pagi malah kebangun sambil mikir cicilan, anak, sampai hidup
yang terasa makin berat. Kalau kamu perempuan usia 40-an dan mulai merasa tidur
tak lagi nyenyak, kamu tidak sendirian.
Fenomena ini sering kali tidak disadari
sebagai bagian dari perubahan hormon di masa perimenopause, fase sebelum
menopause yang pelan tapi pasti memengaruhi ritme biologis tubuh terutama
kualitas tidur. Dulu ‘pelor’, sekarang malah susah merem, bisa jadi kamu sedang
ada di fase transisi besar dalam hidup.
Menurut Dr. Tara Scott, pakar kebidanan
dan direktur medis Forum Health Akron, 40–60% perempuan di masa perimenopause
dan menopause mengalami gangguan tidur. Penyebab utamanya adalah penurunan
hormon progesteron dan estrogen. Dua hormon ini sangat berperan dalam membantu
tubuh rileks dan tidur nyenyak. Ketika produksinya menurun, tidur pun jadi
korban.
Ditambah lagi dengan naiknya kadar
kortisol alias hormon stres yang sering ‘beraksi’ di tengah malam. Pernah
kebangun jam 3 pagi dengan pikiran berlarian ke mana-mana? Itulah kortisol
bekerja. Belum lagi hot flashes, keringat malam, jantung berdebar, atau suasana
hati yang tak stabil.
Tapi gangguan tidur ini bukan cuma soal
hormon. Dr. Jade Wu, psikolog tidur, menyebutkan bahwa perempuan usia 40-an
sedang berada di titik paling kompleks dalam hidup. Mereka memegang banyak
peran sekaligus: ibu, anak, istri, pekerja, bahkan perawat orangtua. Ini adalah
“sandwich generation” yang terjepit di antara dua generasi yang sama-sama perlu
perhatian.
Dengan beban mental yang berlapis-lapis,
tidur menjadi tantangan. Bahkan saat tubuh lelah, otak tetap siaga. Seolah
sedang membuka 30 tab di browser dan semuanya aktif. Tak jarang perempuan
merasa bersalah atas kesulitan ini. “Aku lemah.” “Kurang ibadah.” “Kenapa
begini terus?” Padahal ini murni soal tubuh yang berubah, dan kita tidak pernah
diajari cara menghadapinya.
Lalu, apa yang bisa dilakukan?
Berikut beberapa langkah sederhana:
1.
Buat rutinitas tidur yang konsisten
2.
Jaga suhu kamar tetap nyaman
3.
Hindari gadget satu jam sebelum tidur
4.
Kurangi kafein dan alkohol
5.
Coba teknik pernapasan atau meditasi
6.
Konsultasi dengan dokter bila perlu
Dan yang paling penting: berhenti
menyalahkan diri sendiri.
Gangguan tidur di usia 40-an bukan tanda
kamu lemah. Itu alarm tubuh yang bilang: “Perhatikan aku.” Sudah waktunya kamu
memprioritaskan dirimu sendiri, sebagaimana kamu selama ini memprioritaskan
semua orang.
Jadi, jika malam ini kamu terbangun lagi
jam 3 pagi dan merasa cemas tanpa sebab tarik napas panjang. Kamu tidak
sendiri. Dan kamu tidak salah. Tubuhmu sedang bicara. Dengarkan.
Posting Komentar