Efektivitas Implementasi Pendekatan Dialogis dan Berorientasi Pembinaan dalam Pengawasan Madrasah di Pondok Pesantren: Kajian Teknis dan Empiris

 

Oleh: Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd

Ketua Umum PGM Ind Wil. Jambi

Pengawas MA Kab. Muaro Jambi

Ketua III Forkom Ormas Jambi

 

1. Pendahuluan

Madrasah yang berada di lingkungan pondok pesantren memiliki keunikan tersendiri dalam sistem tata kelola dan nilai-nilai pendidikannya. Pendekatan pengawasan yang bersifat kontrol administratif semata sering kali tidak efektif, karena tidak sejalan dengan kultur pesantren yang menjunjung tinggi nilai kearifan lokal dan kewibawaan kyai. Oleh karena itu, pendekatan dialogis dan berorientasi pembinaan dinilai lebih sesuai dan efektif dalam konteks ini.


2. Kerangka Teoretis

a. Pengawasan Pendidikan

Kepengawasan pendidikan adalah sebentuk upaya penjaminan mutu oleh kementerian agama terhadap proses pendidikan dan peningkatan mutu out come dari madrasah yang berda dalam naungan pondok pesantren. Pengawas secara tupoksi adalah perpanjangan tangan kementerian agama. Oleh karena itu kepengawasan harus berjalan baik. Dalam pengertian ini menurut Mulyasa (2017), pengawasan yang baik adalah yang “mendorong perubahan melalui proses pembinaan dan kolaborasi, bukan semata-mata penilaian dan kontrol.”


b. Pendekatan Dialogis

Pendekatan dialogis adalah komunikasi dua arah oleh dua orang, beberapa orang, atau kelompok-kelompok yang bertujuan saling memahami melalui percakapan yang intensif dan akrab untuk mendapatkan suatu kesepakatan dan kesepahaman. Sesuai dengan pendapat Susanto (2019) yang menjelaskan bahwa pendekatan dialogis menekankan komunikasi dua arah antara pengawas dan guru/kepala madrasah, untuk membangun hubungan saling percaya dan memperkuat motivasi intrinsik dalam peningkatan mutu.


c. Konsep Pembinaan Berkelanjutan

Pembinaan berkelanjutan adalah upaya aktif dari seseorang/kelompok/lembaga untuk melakukan kegiatan dalam membangun dan membina secara terus menerus dan sistematis dan terencana dengan tujuan menjaga mutu, kompetensi, kinerja pendidik daan tenaga kependidikan, bahkan lembaga itu sendiri yang berposes secara kontinyu. Dalam konteks pengawasan pendidikan, pembinaan berkelanjutan bukan sekadar kegiatan insidental, tetapi menjadi bagian dari upaya strategis dan jangka panjang dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan pengelolaan pendidikan. Khaerudin (2021) menekankan bahwa pengawasan seharusnya menghasilkan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) dengan mengutamakan pemecahan masalah bersama, bukan sekadar pelaporan administrasi.

 

3. Implementasi Secara Teknis

a. Persiapan

a.        Identifikasi konteks pesantren: karakteristik kurikulum, tradisi keilmuan, jadwal kegiatan, otoritas kyai.

  1. Perencanaan bersama: penyusunan agenda pengawasan yang disepakati antara pengawas, kepala madrasah, dan kyai.


b. Pelaksanaan Pengawasan

a.        Observasi partisipatif: pengawas terlibat dalam aktivitas pembelajaran, bukan sekadar memeriksa dokumen.

  1. Dialog reflektif: diskusi antara pengawas dan guru mengenai praktik pembelajaran yang telah berlangsung.


c. Pembinaan Lanjutan

a.        Memberikan umpan balik membangun dalam forum musyawarah madrasah.

  1. Merancang kegiatan peningkatan kapasitas (capacity building) seperti pelatihan integrasi kurikulum diniyah dan nasional.

 

4. Implementasi Secara Empiris

a. Studi oleh Rofiq (2020)

Pada madrasah aliyah berbasis pesantren di Jawa Tengah:

a.        Pendekatan dialogis mendorong keterbukaan guru dan kepala madrasah terhadap kritik dan saran.

  1. Pengawas yang melakukan pembinaan rutin di luar jam formal lebih dihargai dan diterima.


b. Studi oleh Fathurrahman (2021)

Dalam madrasah di pesantren besar di Jawa Timur:

a.        Pendekatan partisipatif dan persuasif mempercepat proses adaptasi kurikulum merdeka di lingkungan pesantren.

  1. Guru merasa dihargai dan didampingi, bukan diawasi secara represif.

 

5. Relevansi dengan Nilai Islam

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik." (QS. An-Nahl: 125)

Nabi Muhammad SAW bersabda:“Agama adalah nasihat.” (HR. Muslim)

Makna dari ayat dan hadis tersebut memperkuat prinsip bahwa pengawasan dalam pendidikan adalah bagian dari dakwah bil hikmah, bukan sekadar instrumen kontrol.

 

6. Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan:

Pendekatan dialogis dan pembinaan terbukti lebih efektif secara teknis dan empiris dibandingkan pendekatan kontrol semata dalam konteks madrasah di pesantren, karena:

a.        Menghormati struktur nilai dan otoritas dalam pesantren.

  1. Mendorong perubahan berkelanjutan melalui keterlibatan aktif guru dan kyai.
  2. Membangun hubungan kolaboratif yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.

Rekomendasi:

a.        Pengawas perlu memiliki kompetensi budaya pesantren.

  1. Lakukan pendekatan personal dan komunikatif  kepada kyai.
  2. Fokuskan pembinaan pada praktik pembelajaran, bukan hanya dokumen.
  3. Integrasikan nilai-nilai pesantren dalam proses peningkatan mutu madrasah.

 

Daftar Pustaka

 

Al-Qur’an Surah An-Nahl: 125.

Fathurrahman, M. (2021). Pengawasan Pendidikan di Madrasah Berbasis Pesantren: Studi Empiris di Jawa Timur. Jurnal Pendidikan Islam, 12(2), 88–102.

HR. Muslim, No. 55: “Agama adalah nasihat”.

Khaerudin, A. (2021). Supervisi Pendidikan dalam Perspektif Kontekstual. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 10(1), 45–59.

Mulyasa, E. (2017). Supervisi Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum Nasional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rofiq, A. (2020). Pendekatan Supervisi Kolaboratif di Madrasah Pesantren. Jurnal Al-Tadzkiyyah, 11(1), 33–46.

Susanto, H. (2019). Pengawasan Pendidikan Dialogis dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran. Jurnal Kependidikan, 23(2), 120–134.

 

Bionarasi : Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd. adalah seorang pendidik yang berdedikasi dalam pengembangan pendidikan di madrasah. Sebagai guru Biologi di MAN Insan Cendekia Jambi dan bertransformasi ke pendamping madrasah, ia aktif membimbing guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, ia juga merupakan aktivis organisasi profesional PGM IND, PPMN, IGI, APSI, APMI, Forkom Ormas Jambi, yang berkontribusi dalam berbagai forum pendidikan. Sebagai penulis, Dr. Aty telah menghasilkan berbagai karya di bidang pendidikan dan manajemen pendidikan, yang menjadi referensi bagi pendidik dan praktisi pendidikan di Indonesia.

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama