Rapor Bukan Angka, Tapi Amanah Bersama

 


Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag

Guru SKI MTsN 2 Garut

Duta Literasi Kabupaten Garut

Kabid Humas AGERLIP PGM Indonesia

(Naskah ke 222)



Penerimaan rapor sering kali dipersepsikan sebagai momen menegangkan. Ada yang datang dengan harapan tinggi, ada pula yang diliputi rasa cemas. Padahal, rapor sejatinya bukan sekadar lembar berisi angka-angka, melainkan catatan perjalanan belajar anak selama satu semester penuh. Di balik setiap nilai, tersimpan proses, usaha, kegagalan kecil, dan keberhasilan yang patut diapresiasi bersama.

 

 

Pesan pembuka kepada orang tua/wali murid menjadi kunci suasana. Ucapan terima kasih atas kehadiran dan kerja sama selama satu semester bukan formalitas belaka, tetapi pengakuan bahwa pendidikan tidak pernah bisa berjalan sendiri. Sekolah dan keluarga adalah dua sayap yang membuat anak mampu terbang. Rapor pun perlu dipahami sebagai cermin proses, bukan palu vonis keberhasilan atau kegagalan anak.

 

 

Dalam hal perkembangan anak, penting ditegaskan bahwa setiap anak unik. Mereka memiliki ritme belajar yang berbeda, kekuatan yang beragam, dan tantangan masing-masing. Nilai yang belum maksimal bukanlah akhir cerita, melainkan titik awal untuk perbaikan. Justru di situlah peran orang tua dan guru saling menguatkan: melihat potensi, bukan hanya kekurangan. Apresiasi atas usaha anak, sekecil apa pun, dapat menjadi bahan bakar semangat yang luar biasa.

 

 

Kolaborasi antara sekolah dan orang tua menjadi pesan penting berikutnya. Keberhasilan belajar tidak lahir dari ruang kelas saja, tetapi juga dari suasana rumah. Komunikasi yang terbuka, dialog yang sehat, dan kepercayaan timbal balik akan membuat anak merasa aman dan didukung. Orang tua tidak perlu ragu bertanya atau berdiskusi, karena sekolah sejatinya adalah mitra, bukan menara gading yang sulit dijangkau.

 

 

Selain akademik, sikap dan karakter anak tak kalah penting. Disiplin, tanggung jawab, kejujuran, dan sopan santun adalah bekal jangka panjang yang nilainya jauh melampaui angka rapor. Sekolah berupaya menanamkan nilai-nilai tersebut, namun penguatan di rumah tetap sangat dibutuhkan. Keteladanan orang tua sering kali menjadi pelajaran paling efektif bagi anak.

 

 

Terkait tugas di rumah, pesan yang perlu disampaikan adalah kesederhanaan yang konsisten. Belajar tidak harus lama dan berat, tetapi rutin dan terarah. Pendampingan ringan saat anak mengerjakan tugas akan membuat mereka merasa diperhatikan, bukan diawasi. Dari situlah tumbuh rasa percaya diri dan kemandirian belajar.

 

 

Menutup pertemuan, semangat untuk semester berikutnya perlu ditiupkan. Harapan agar anak semakin percaya diri, siap menghadapi tantangan baru, dan terus berkembang menjadi doa bersama. Sekolah pun berkomitmen untuk terus memberikan pembelajaran terbaik, dengan segala keterbatasan dan upaya yang ada.

 

 

Akhirnya, ucapan terima kasih atas kepercayaan orang tua menitipkan putra-putrinya menjadi penutup yang hangat. Doa untuk kesehatan keluarga dan semangat belajar anak melengkapi makna rapor sebagai amanah bersama. Oh ya, sebelum pulang… seragam Bu Guru ada di keranjang ya karena di balik pesan serius, sedikit senyum juga bagian dari pendidikan.

 


Post a Comment

أحدث أقدم