Oleh
Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
Guru
SKI MTsN 2 Garut
Duta
Literasi Kabupaten Garut
Kabid
Humas AGERLIP PGM Indonesia
(Naskah
ke 217)
Liburan panjang sering kali
datang tanpa disadari. Kalender tiba-tiba kosong, rutinitas berhenti sejenak,
dan kita dihadapkan pada satu pertanyaan sederhana: mau diapakan waktu ini?
Sebagian orang langsung membayangkan jalan-jalan jauh dan belanja besar. Padahal,
liburan yang berkesan tidak selalu identik dengan biaya mahal. Dengan niat yang
tepat, liburan bisa tetap menyenangkan, hemat, dan memberi makna.
Langkah pertama adalah
mengubah cara pandang. Liburan bukan soal pergi sejauh apa, tetapi seberapa utuh
kita menikmati waktu. Mulailah dengan memberi jeda pada tubuh dan pikiran.
Tidur cukup, bangun tanpa alarm, menikmati pagi dengan secangkir teh atau kopi
sederhana sering kali menjadi kemewahan yang jarang kita rasakan di hari biasa.
Selanjutnya, manfaatkan
liburan untuk mendekat pada keluarga. Makan bersama di rumah, memasak menu
sederhana namun spesial, atau sekadar berbincang tanpa tergesa bisa
menghadirkan kehangatan yang lama hilang. Anak-anak pun tidak selalu
membutuhkan wahana mahal; perhatian penuh dan kebersamaan justru menjadi
kenangan paling kuat bagi mereka.
Liburan panjang juga waktu
yang tepat untuk kembali pada hal-hal kecil yang tertunda. Membaca buku yang
lama tersimpan di rak, menulis jurnal, atau menata ulang rumah bisa memberi
rasa puas tersendiri. Aktivitas ini tidak menguras biaya, tetapi memberi efek
menenangkan dan menyegarkan.
Jika ingin keluar rumah,
pilihlah wisata lokal. Taman kota, alun-alun, pantai terdekat, atau desa wisata
sering kali menawarkan pengalaman sederhana namun menyenangkan. Berjalan kaki,
bersepeda, atau piknik kecil bersama keluarga bisa menjadi alternatif hemat
tanpa kehilangan rasa liburan.
Jangan lupakan ruang untuk
bertumbuh. Ikuti kelas daring gratis, belajar keterampilan baru dari video,
atau memperdalam hobi lama. Liburan akan terasa lebih bermakna ketika kita
pulang membawa pengetahuan atau kemampuan baru, sekecil apa pun itu.
Yang tak kalah penting,
sisakan waktu untuk berbagi. Mengunjungi saudara, membantu tetangga, atau
sekadar menyapa orang-orang sekitar bisa menghadirkan kebahagiaan yang tak
ternilai. Kadang, kebahagiaan justru datang saat kita memberi, bukan saat
membeli.
Pada akhirnya, liburan
panjang adalah hadiah waktu. Ia tidak menuntut rencana besar atau anggaran
tinggi. Cukup dengan kesadaran, kesederhanaan, dan kehangatan, liburan bisa
menjadi jeda yang menyenangkan, hemat, dan bermakna. Dan ketika rutinitas
kembali menyapa, kita pulang dengan hati yang lebih ringan dan pikiran yang
lebih segar.
Posting Komentar