Analisis Sains Dan Tafsir Terkait Perbedaan Penyebutan Unta Dalam Al-Qur’an Antara Istilah Al-Ibil (الإبل) Dan Al-Ba‘Īr / Al-Jamal (البعير / الجمل)

 

Analisis Sains Dan Tafsir Terkait Perbedaan Penyebutan Unta Dalam Al-Qur’an Antara Istilah Al-Ibil (الإبل) Dan Al-Ba‘Īr / Al-Jamal (البعير / الجمل)



Oleh: Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd

Ketua Umum PGM Ind Wil. Jambi

Pengawas MA Kab. Muaro Jambi

Ketua III Forkom Ormas Jambi

 

Untuk memudahkan visualisasi, saya sertakan ilustrasi gambar yang relevan.

 

 

I. Pendahuluan: Mengapa Unta Memiliki Banyak Istilah dalam Al-Qur’an?

Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat kaya. Untuk satu objek, seperti unta, terdapat lebih dari 100 nama, tergantung pada:

  • jenis kelamin (jantan/betina),
  • usia,
  • fungsi kerja,
  • kondisi tubuh,
  • konteks sosial-budaya.

Al-Qur’an memilih kata yang paling tepat untuk konteks makna ayat tersebut.
Dua istilah yang sering muncul:

  1. Al-Ibil (الإبل)unta secara umum, kawanan unta
  2. Al-Ba’īr / Al-Jamal (البعير / الجمل)unta jantan dewasa, unta tunggangan

Masing-masing dipilih untuk tujuan retorika, makna teologis, dan simbolik yang berbeda.

II. Penyebutan Al-Ibil dalam Al-Qur’an

Surat Al-Ghashiyah ayat 17

“Maka tidakkah mereka memperhatikan unta (al-ibil) bagaimana ia diciptakan?”

Istilah al-ibil dipakai untuk menggambarkan:

1. Unta sebagai Objek Kajian Sains dan Tanda Kekuasaan Allah

Al-ibil berarti:

  • kawanan unta,
  • makhluk hidup dengan struktur biologis yang unik,
  • hewan yang memiliki desain tubuh luar biasa untuk bertahan di gurun.

Karena itu ayat ini mengajak manusia mengamati proses penciptaan, bukan hanya satu individu.

2. Fokus pada Keajaiban Sistem Biologis Unta

Dengan kata al-ibil, Al-Qur’an menekankan:

  • fisiologi unta (penyimpanan air, bentuk punuk, sistem pengaturan panas),
  • anatomi kaki yang cocok untuk padang pasir,
  • kekuatan dan ketahanan ekstrem.

Istilah ini cocok dalam konteks tadabbur ilmiah (scientific contemplation).

III. Penyebutan Al-Ba‘īr / Al-Jamal dalam Al-Qur’an

Surat Al-A‘raf ayat 40

“…hingga unta (al-jamal) masuk ke lubang jarum.”

Perbedaan makna:

  • Al-Jamal = unta jantan dewasa yang besar, gagah, dan kuat.
  • Al-Ba’īr = unta yang digunakan mengangkut beban, alat transportasi.

Ayat ini menggunakan hewan yang besar secara fisik, sehingga metafor “masuk ke lubang jarum” menjadi sangat kuat dan dramatis.

Makna Tafsirnya

  • Menunjukkan kemustahilan bagi orang sombong memasuki surga.
  • Dipilih unta jantan → hewan paling besar dan prestisius dalam budaya Arab.

IV. Mengapa al-Ibil dan al-Ba'ir Tidak Dipakai Bergantian?

 

 

Berikut analisis linguistik, tafsir, dan sains:

1. Perbedaan Fokus Makna

Istilah

Konteks

Fokus Makna

Al-Ibil

Al-Ghashiyah 17

Unta sebagai spesies; keajaiban penciptaan; studi ilmiah

Al-Jamal / Al-Ba'ir

Al-A‘raf 40

Unta jantan besar; simbol kesombongan, kekuatan dan ketidakmungkinan

 

2. Perbedaan Visual dan Simbolik (Dalam Retorika Qur’an)

Al-Ibil → Hewan yang Mengagumkan

Dipakai ketika:

  • mengajak manusia merenung (tadabbur),
  • menyadari tanda kebesaran Allah,
  • melihat sistem dan struktur tubuh makhluk hidup.

Al-Ba‘īr / Al-Jamal → Hewan yang Sangat Besar

Dipakai ketika:

  • membuat perumpamaan ekstrem (unta → lubang jarum),
  • membicarakan perjalanan atau beban (ba‘ir = hewan angkut),
  • menekankan sifat tertentu manusia (misalnya kesombongan).

Al-Jamal lebih besar dibanding al-ibil sebagai konsep.

 

V. Analisis Sains: Mengapa Unta Tepat untuk Dua Konteks Berbeda?

Unta memiliki karakter ilmiah yang unik:

 

1. Sebagai Objek Penciptaan (Al-Ibil)

Al-ibil menggambarkan spesies unta secara umum—sesuatu yang dapat dipelajari secara ilmiah:

  • ginjal mampu menyimpan air dan menyaring garam dengan efisien,
  • darah tetap stabil walau mengalami dehidrasi 25%,
  • punuk menyimpan lemak untuk energi,
  • mata memiliki 3 kelopak untuk perlindungan pasir,
  • kaki didesain untuk permukaan gurun.

Ini cocok dengan pesan “perhatikanlah bagaimana ia diciptakan”ayat kauniyah (tanda alam).

 

2. Sebagai Simbol Kebesaran dan Kesombongan (Jamal/Ba'ir)

Unta jantan:

  • tubuh kekar dan tinggi hingga 2–2,2 meter,
  • berat hingga 900 kg,
  • perilaku dominan dan agresif saat dewasa.

Dalam budaya Arab:

  • unta jantan adalah simbol kekuatan,
  • kekayaan,
  • prestise,
  • dan keangkuhan.

Maka, ketika Allah ingin menggambarkan sesuatu yang mustahil, digunakan kata al-jamal, bukan al-ibil.

 

VI. Analisis Tafsir: Hubungan Makna, Konteks, dan Petunjuk

A. Tafsir Al-Ibil (Al-Ghashiyah 17)

  • Allah mengajak manusia mikir, bukan hanya melihat.
  • Al-ibil dipilih karena merupakan makhluk yang jelas memiliki rekayasa biologis luar biasa.

B. Tafsir Al-Jamal (Al-A‘raf 40)

  • Menekankan bahwa orang sombong tidak akan masuk surga.
  • Perbandingan “unta jantan ↔ lubang jarum” adalah metafor kemustahilan mutlak.

Dengan demikian, perbedaan istilah berkaitan dengan:

  1. tujuan ayat,
  2. pesan spiritual,
  3. karakter hewan dalam realitas biologis,
  4. kesan retoris yang ingin dibangun.

 

VII. Kesimpulan Utama

1. Al-Ibil → Unta sebagai objek tadabbur ilmiah

Dipakai untuk memerintahkan manusia merenungkan struktur biologis dan penciptaan hewan tersebut.

2. Al-Jamal / Al-Ba’īr → Unta sebagai metafora simbolik

Dipakai untuk menggambarkan:

  • besarnya kesombongan,
  • mustahilnya seseorang masuk surga dengan sifat takabur,
  • beratnya beban (ba‘ir = hewan pembawa beban).

3. Perbedaan Kata = Perbedaan Pesan

  • Al-Ibil → fokus pada ciptaan
  • Al-Jamal / Al-Ba‘īr → fokus pada perumpamaan moral dan akhlak

4. Sains menguatkan makna Qur’ani

  • keajaiban penciptaan unta (al-ibil) sangat nyata secara biologis,
  • ukuran besar unta jantan (al-jamal) cocok untuk metafora kemustahilan.

Bionarasi : Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd. adalah seorang pendidik yang berdedikasi dalam pengembangan pendidikan di madrasah. Sebagai guru Biologi di MAN Insan Cendekia Jambi dan bertransformasi ke pendamping madrasah, ia aktif membimbing guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, ia juga merupakan aktivis organisasi profesional PGM IND, PPMN, IGI, APSI, APMI, Forkom Ormas Jambi, yang berkontribusi dalam berbagai forum pendidikan. Sebagai penulis, Dr. Aty telah menghasilkan berbagai karya di bidang pendidikan dan manajemen pendidikan, yang menjadi referensi bagi pendidik dan praktisi pendidikan di Indonesia.

 

Post a Comment

أحدث أقدم