ANALISIS SAINS DAN TAFSIR: MENGAPA AL-QUR’AN MENYEBUT AL-FIL (GAJAH)?

 


Oleh: Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd

Ketua Umum PGM Ind Wil. Jambi

Pengawas MA Kab. Muaro Jambi

Ketua III Forkom Ormas Jambi

 

Kajian atas QS. Al-Fil ayat 1–5


1. Pendahuluan

Surah Al-Fil (Gajah) adalah surah pendek tetapi sangat monumental. Ia menceritakan peristiwa sejarah ketika Abrahah, penguasa Yaman, membawa pasukan bergajah untuk menghancurkan Ka’bah. Namun Allah mengirim burung-burung Ababil yang melemparkan batu, sehingga pasukan itu binasa.

Momen ini adalah tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan menjadi tanda bahwa Allah menjaga rumah-Nya serta mempersiapkan dunia untuk kedatangan Rasul terakhir.

Surah ini dinamai “Gajah” tentu bukan tanpa makna. Hewan itu adalah kunci memahami pesan kekuasaan Allah dan keruntuhan kesombongan manusia.

2. Tafsir: Mengapa Gajah Dijadikan Sorotan dalam Surah Ini?

a. Gajah melambangkan kekuatan militer terbesar pada zaman itu

Menurut para mufassir seperti Ibn Katsir dan Al-Tabari:

a.       pasukan bergajah adalah senjata pamungkas dalam peperangan,

  1. gajah digunakan sebagai tank raksasa dan alat intimidasi,
  2. bangsa Arab saat itu tidak mengenal hewan sebesar itu sebagai alat perang.

Dengan demikian, penyebutan “gajah” menekankan bahwa musuh datang dengan kekuatan maksimal, tetapi tetap dapat dihancurkan oleh Allah dengan cara yang sangat mudah.

b. Gajah menjadi simbol kesombongan dan ambisi manusia

Abrahah merasa:

a.       gajah-gajah besar akan mematahkan ketakutan bangsa Arab,

  1. kekuatan fisik dapat menghancurkan tempat suci yang dijaga Allah.

Namun gajah menjadi bukti bahwa kekuatan sebesar apa pun kecil di hadapan Allah.

c. Allah memperlihatkan sunnatullah:

Kekuatan besar bisa runtuh oleh makhluk kecil. Burung-burung kecil membawa batu kecil, tetapi efeknya menghancurkan.

Ini mengandung pelajaran:

a.       Allah mampu menghancurkan apa yang dianggap besar,

  1. Allah mampu mengangkat yang kecil menjadi penentu sejarah.

3. Perspektif Sains: Apa yang Menarik dari Gajah menurut Ilmu Modern?

a. Gajah adalah mamalia darat terbesar

Dari sudut zoologi:

a.       tinggi 3 meter,

  1. berat bisa 4–6 ton,
  2. kekuatan fisik luar biasa (dapat menarik ton beban).

Pada masa Abrahah, gajah adalah mesin perang raksasa yang tidak tertandingi.

Sains dan tafsir bertemu di sini:

Al-Qur’an memilih gajah sebagai simbol puncak kekuatan duniawi.

b. Gajah memiliki struktur fisik yang mengintimidasi

a.       belalai fleksibel dengan lebih dari 40.000 otot,

  1. taring kuat,
  2. kaki seperti tiang yang dapat merobohkan bangunan.

Ini menjelaskan mengapa gajah dipilih sebagai alat perang: ia memadukan kekuatan, ukuran, dan ketahanan.

c. Gajah adalah hewan cerdas dan sosial

Ilmu etologi menunjukkan:

a.       gajah memiliki kecerdasan tinggi,

  1. mampu mengenali wajah,
  2. bersikap empatik,
  3. hidup dalam struktur keluarga yang teratur.

Namun dalam kisah Al-Fil, gajah tidak menuruti perintah Abrahah untuk menyerang Ka’bah, sebuah isyarat bahwa makhluk pun tunduk pada kehendak Allah.

d. Penyakit yang menimpa pasukan Abrahah sesuai kemungkinan ilmiah

Dalam tafsir klasik disebutkan bahwa:

a.       pasukan mengalami penyakit kulit seperti cacar atau sejenisnya,

  1. tubuh mereka terpotong-putus seperti “daun dimakan ulat”.

Sains modern mendukung kemungkinan ini:

a.       cacar variola dikenal mematikan pada zaman itu,

  1. infeksi virus atau bakteri dapat membuat jaringan tubuh rusak,
  2. epidemi sering muncul dalam kondisi kamp militer yang kotor.

Sebagian penafsir modern melihat batu kecil itu sebagai faktor pemicu luka, sementara penyakit menyelesaikan kehancuran pasukan.

Namun bagaimanapun, inti kisahnya adalah intervensi Allah, bukan sekadar fenomena alam.

4. Integrasi Sains, Tafsir, dan Sejarah:

Mengapa Al-Qur’an Menyebut Gajah?

1) Untuk menegaskan bahwa kekuatan fisik bukan segalanya

Sains mengakui gajah sebagai makhluk darat terkuat. Tafsir menjelaskan: Allah menghancurkan kekuatan terbesar dengan makhluk kecil.

➡️ Simbol kehinaan bagi kesombongan manusia.

2) Gajah menjadi tanda sejarah kelahiran Rasulullah

Peristiwa ini menandai “Tahun Gajah” (570 M). Al-Qur’an mengabadikan momen besar itu sebagai bagian dari:

a.       penjagaan Ka’bah,

  1. pembukaan jalan bagi risalah Nabi.

3) Untuk menunjukkan bahwa makhluk raksasa pun tunduk kepada Allah

Gajah-gajah itu, menurut riwayat:

a.       enggan mendekati Ka’bah,

  1. berbalik arah ketika diarahkan ke Baitullah.

Ini menunjukkan bahwa:

Semua makhluk, sekecil burung Ababil dan sebesar gajah, berada dalam kendali Allah.

4) Agar manusia mengingat bahwa keseimbangan antara yang besar dan kecil adalah sunnatullah

Sains membuktikan bahwa ekosistem bekerja melalui interaksi kompleks:

a.       hewan besar (megafauna) punya peran penting,

  1. namun hewan kecil (burung, serangga) pun menentukan.

Al-Fil menunjukkan pola ini dalam konteks spiritual dan sejarah.

5. Kesimpulan

Penyebutan gajah dalam Al-Qur’an melalui Surah Al-Fil mengandung pesan multidimensi.

Menurut Tafsir:

  1. Gajah adalah simbol kekuatan militer superpower waktu itu.
  2. Allah menghancurkan pasukan besar dengan pasukan kecil sebagai mukjizat.
  3. Peristiwa ini menunjukkan penjagaan Allah terhadap Ka’bah.
  4. Kisah ini mengandung pelajaran anti kesombongan dan pentingnya tawakal.

Menurut Sains & Sejarah:

  1. Gajah adalah mamalia darat terbesar dan menjadi senjata strategis pada masa lampau.
  2. Struktur tubuh dan kekuatannya menunjukkan alasan mengapa ia menakutkan bagi bangsa Arab.
  3. Karakter gajah yang cerdas dan sensitif menjelaskan mengapa ia tidak menyerang Ka’bah.
  4. Penyakit pasukan Abrahah dapat dijelaskan secara ilmiah, tetapi tetap dalam konteks mukjizat.

Integrasi:

a.       Surah Al-Fil mengajarkan bahwa Allah adalah penguasa sejarah,

  1. makhluk besar dan kecil hanya alat di tangan-Nya,
  2. dan kekuatan apa pun, sekokoh gajah, tidak berarti tanpa izin Allah.

Bionarasi : Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd. adalah seorang pendidik yang berdedikasi dalam pengembangan pendidikan di madrasah. Sebagai guru Biologi di MAN Insan Cendekia Jambi dan bertransformasi ke pendamping madrasah, ia aktif membimbing guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, ia juga merupakan aktivis organisasi profesional PGM IND, PPMN, IGI, APSI, APMI, Forkom Ormas Jambi, yang berkontribusi dalam berbagai forum pendidikan. Sebagai penulis, Dr. Aty telah menghasilkan berbagai karya di bidang pendidikan dan manajemen pendidikan, yang menjadi referensi bagi pendidik dan praktisi pendidikan di Indonesia.

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama