“Guru
Dan Pelatihan (Professional Development)” Madrasah Aliyah (MA) Dalam
Menerima Perubahan Kurikulum Antara Tantangan Dan Praktik Nyata, Serta
Rekomendasi.
Oleh: Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd
Ketua Umum PGM Ind Wil. Jambi
Pengawas MA Kab. Muaro Jambi
Ketua III Forkom Ormas Jambi
Temuan
dari konteks Madrasah Aliyah
Beberapa
penelitian dan laporan yang relevan:
- Analisis Perubahan Kurikulum
Pendidikan di Sekolah MAPN 4 Medan ; Penelitian ini
menunjukkan bahwa MAPN 4 Medan mengimplementasikan perubahan kurikulum
secara bertahap dari KTSP → Kurikulum 2013 → Kurikulum Merdeka (Jurnal Riset Ilmu Pendidikan).
Hal-hal
terkait pelatihan/tantangan guru tercakup dalam studi ini, misalnya kesiapan
guru menyusun perangkat pembelajaran sesuai standar yang berubah, adaptasi
metode, dan dukungan administrative (Jurnal Riset Ilmu Pendidikan).
- Perubahan Kurikulum di Madrasah
Aliyah Negeri 2 Ponorogo; Studi ini melihat
bagaimana perubahan kurikulum dilakukan sebagai upaya meningkatkan
kualitas pendidikan Islam. Termasuk di dalamnya bagaimana guru dan
kebijakan sekolah menyesuaikan komponen-kurikulum sistematis dengan visi
madrasah (Jurnal IAIN Ponorogo).
- Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam di MAN Insan Cendikia Paser; Penelitian
ini membahas pengembangan kurikulum PAI (pendidikan agama Islam) di MA,
bagaimana perubahan dilakukan dari segi materi, kebijakan, dan partisipasi
guru dalam pengembangan kurikulum tersebut (E-Journal IAIN Palopo).
- Pedoman Implementasi Kurikulum bagi
Madrasah (Kemenag, KMA No. 450 Tahun 2024); Ini
merupakan regulasi terbaru yang memberikan pedoman resmi bagi madrasah
(termasuk MA) dalam pelaksanaan kurikulum baru. Pedoman ini juga
menekankan pentingnya guru diberi keleluasaan berinovasi, fasilitas yang
memadai, dan adopsi kurikulum yang memungkinkan kreativitas guru‐madrasah
(Kementerian Agama+1).
- Workshop & Pelatihan di MA,
Contoh; MA Taruna Al Qur’an menyelenggarakan workshop tentang pembelajaran
dan asesmen dalam Kurikulum Merdeka. Fokus pada kompetensi pedagogik
guru: bagaimana mendesain pembelajaran sesuai gaya belajar siswa yang
beragam dan kemampuan berbeda (tarunaalquran.sch.id).
Juga di MA Al-Hamidiyah Depok diadakan pelatihan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kurikulum Merdeka (al-hamidiyah.sch.id).
Tantangan
/ Kesulitan Pelatihan & Penerimaan oleh Guru MA
Berdasarkan
penelitian dan laporan di atas dalam literatur, maka :
- Pemahaman kebijakan dan konsep baru; Guru
MA sering belum sepenuhnya memahami perubahan: seperti apa yang berubah
(struktur, metode, asesmen, capaian pembelajaran). Contoh di MAN 2
Surakarta, guru belum memahami sepenuhnya perubahan dari Kurikulum 2013 ke
Kurikulum Merdeka (Kemenag Jateng).
- Keterbatasan pelatihan yang spesifik
& berkelanjutan; Workshop/workshop sekali waktu
cukup membantu tapi tidak selalu cukup mendalam atau disertai
pendampingan. Ada kebutuhan untuk pelatihan yang berkelanjutan, mentoring,
coaching. Studi-studi di MA menunjukkan bahwa ketika pelatihan ada, guru
berharap ada tindak lanjut agar dapat adaptasi di kelas. (dalam konteks
workshop MA Taruna, misalnya) (tarunaalquran.sch.id).
- Sumber daya fasilitas dan bahan ajar;
Beberapa MA belum memiliki sarana/prasarana
memadai (alat peraga, teknologi, bahan ajar yang sesuai). Keterbatasan
referensi bahan ajar yang cocok dengan Kurikulum Merdeka sering dilaporkan
dalam konteks umum dan juga MA. Contoh dalam artikel kendala di Bireuen:
referensi terbatas, akses sumber ajar terbatas (ejournal.iai-almuslimaceh.ac.id).
- Perubahan mindset dan budaya kerja
guru; Guru harus beralih dari metode
tradisional ke metode yang lebih aktif, kreatif, siswa-sentris. Ada
resistensi terutama jika guru lebih nyaman dengan rutinitas lama.
Pelatihan saja tidak cukup mengubah kebiasaan pedagogis; butuh pengalaman
praktik dan refleksi. Sebagaiman dilaporkan dalam bentuk kendala yang
secara empiris terjadi di berbagai daerah. Sesuai catatan berikut ini (ejournal.iai-almuslimaceh.ac.id+2tarunaalquran.sch.id+2).
- Waktu & beban kerja; Menyusun
perangkat pembelajaran baru, penilaian baru yang lebih kompleks, adaptasi
metode, memerlukan waktu. Jika jam kerja guru atau waktu perencanaan tidak
disediakan secara khusus, guru akan kewalahan. Contoh dari studi Bireuen:
masalah time management (ejournal.iai-almuslimaceh.ac.id)
- Dukungan kepemimpinan dan institusi; Kepala
madrasah, pengawas, dan pemangku kebijakan Kementerian Agama diperlukan
untuk menyediakan dukungan: sosialisasi, pelatihan, monitoring, pemberian
fasilitas, dan pengaturan kebijakan agar implementasi berjalan lancar.
Ketidakjelasan atau lambatnya regulasi juga menjadi penghambat (Kemenag Jateng+2ejournal.iai-almuslimaceh.ac.id+2).
- Keterkaitan dengan evaluasi &
akuntabilitas; Jika penilaian eksternal/ujian masih
berbasis format lama atau kurang mendukung asesmen yang diinginkan
kurikulum baru, guru akan lebih fokus ke “apa yang di-uji” daripada “apa
yang harus diajarkan sesuai kurikulum”. Hal ini juga menyulitkan pelatihan
menjadi efektif karena ada ketidakselarasan antara apa yang dilatih dan
apa yang diharapkan/ditegur. (Tidak semua studi MA membahas ini secara
eksplisit, tapi muncul dalam penelitian guru kurikulum merdeka lebih
umum.) (ejournal.iai-almuslimaceh.ac.id+2Jurnal Riset
Ilmu Pendidikan+2).
Rekomendasi
untuk Jenjang MA: Strategi Professional Development yang Efektif
Berdasarkan
praktik baik yang terlihat dan kajian literatur, berikut rekomendasi khusus
untuk MA agar guru lebih siap dan dapat menerima perubahan kurikulum:
Strategi |
Penjelasan |
Workshop
& pelatihan intensif & tindak lanjut |
Pelatihan
tidak hanya sosialisasi tetapi juga praktik langsung, simulasi penyusunan
RPP/alat evaluasi, demonstrasi kelas, serta mentoring/coaching di kelas
setelah pelatihan. |
Kelompok
kerja guru / MGMP / komunitas belajar |
Forum
antar guru di tingkat madrasah & antarmadrasah untuk berbagi praktik
baik, tantangan, solusi implementasi Kurikulum Merdeka. |
Pengembangan
bahan ajar lokal & adaptif |
Madrasah
membuat/bekerja sama menghasilkan bahan ajar yang sesuai konteks lokal,
materi agama Islam di MA, bahasa Arab, ciri khas madrasah agar relevan dan
mudah diterapkan. |
Dukungan
kepemimpinan yang kuat |
Kepala
madrasah harus aktif memfasilitasi: menyediakan waktu, fasilitas, regulasi
internal, monitoring, dan motivasi guru. Pengawas dan pimpinan Kemenag harus
jelas dalam petunjuk dan dukungannya. |
Penyesuaian
beban kerja dan manajemen waktu |
Alokasi
waktu khusus untuk perencanaan dan refleksi; pengurangan tugas administratif
yang tidak mendukung pembelajaran; pembagian kerja tugas baru agar tidak
menambah beban secara drastis. |
Integrasi
evaluasi baru & asesmen |
Pelatihan
guru dalam membuat dan menggunakan asesmen autentik / formatif yang sesuai
Kurikulum Merdeka; juga upaya menyelaraskan evaluasi internal dan eksternal
(atau setidaknya menyesuaikan apa yang dapat diubah di tingkat madrasah)
supaya guru merasa usaha mereka relevan. |
Sosialisasi
& keterlibatan sejak awal |
Melibatkan
guru MA sejak tahap perencanaan kurikulum & pelatihan; memberikan ruang
dialog untuk mempertanyakan, memberi masukan; meningkatkan ownership terhadap
perubahan. |
|
Bionarasi
: Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd. adalah seorang pendidik yang
berdedikasi dalam pengembangan pendidikan di madrasah. Sebagai guru Biologi
di MAN Insan Cendekia Jambi dan bertransformasi ke pendamping madrasah, ia
aktif membimbing guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu,
ia juga merupakan aktivis organisasi profesional PGM IND, PPMN, IGI, APSI,
APMI, Forkom Ormas Jambi, yang berkontribusi dalam berbagai forum pendidikan.
Sebagai penulis, Dr. Aty telah menghasilkan berbagai karya di bidang
pendidikan dan manajemen pendidikan, yang menjadi referensi bagi pendidik dan
praktisi pendidikan di Indonesia. |
Posting Komentar