Oleh: Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd
Ketua Umum PGM Ind Wil. Jambi
Pengawas MA Kab. Muaro Jambi
Ketua III Forkom Ormas Jambi
Di
era digital seperti sekarang, webinar bukanlah hal yang asing lagi. Setiap
hari, bisa siang, malam, kita menjumpai berbagai undangan webinar dengan tema
beragam. Mulai dari pendidikan, bisnis, kesehatan, hingga pengembangan diri.
Banyak orang mungkin berpikir bahwa webinar hanyalah pengulangan dari
pengetahuan yang sudah ada. Namun, sejatinya setiap webinar selalu menyimpan
sesuatu yang baru: wawasan, perspektif, bahkan semangat yang mampu memperkaya
dan memperluas kepengetahuan seseorang.
Hal
ini pula yang tampak dalam webinar yang diselenggarakan oleh Agerlip pada 27
September 2025, dengan topik seputar dunia menulis. Menulis memang bukan
hal baru, tetapi selalu menarik untuk dibicarakan. Ia adalah keterampilan yang
tidak pernah habis untuk digali karena setiap penulis memiliki sudut pandang,
gaya, dan pengalaman yang berbeda. Maka, dari satu forum menulis ke forum
lainnya, akan selalu ada energi baru yang bisa memantik motivasi dan
kreativitas.
Menyimak
webinar tersebut, salah satu hal menarik yang dapat dimanfaatkan dari
presentasi pemateri adalah trik dan tips menulis sejarah agar tidak
membosankan. Banyak orang sering menganggap sejarah sebagai sesuatu yang
berat, penuh angka, tanggal, peristiwa, dan fakta-fakta kaku yang hanya cocok
dibaca dalam buku pelajaran. Padahal, sejarah menyimpan begitu banyak kisah
yang sebenarnya bisa ditulis dengan gaya yang segar, ringan, dan menghibur.
Sejarah tidak harus selalu tampil dalam bentuk kronologi panjang yang membuat
pembaca merasa jenuh. Dengan sentuhan literasi yang tepat, sejarah justru bisa
dihidupkan layaknya sebuah cerita, lengkap dengan konflik, tokoh, serta nilai
moral yang dapat direnungkan oleh pembaca masa kini.
Webinar
ini menekankan bahwa menulis sejarah tidak cukup hanya dengan menyusun fakta,
tetapi juga bagaimana penulis mampu menghadirkan kembali suasana dan ruh
dari peristiwa yang terjadi. Misalnya, bagaimana sebuah peristiwa
perjuangan tidak hanya dijelaskan sebagai rangkaian pertempuran, tetapi juga
bisa diuraikan dari sisi kemanusiaan: ketakutan, harapan, keberanian, bahkan
pengorbanan yang dialami tokoh-tokohnya. Dengan cara ini, sejarah akan terasa
lebih hidup dan relevan dengan kehidupan pembaca modern.
Lebih
dari sekadar teknik menulis, webinar ini juga menyadarkan para peserta bahwa
menulis adalah bagian dari perjalanan literasi yang tak pernah selesai.
Literasi bukan hanya membaca dan menulis, melainkan proses membangun pemahaman,
memperkaya cara berpikir, dan memperluas horizon kehidupan. Setiap kali kita
menulis, kita sebenarnya sedang menyusun jejak pengetahuan sekaligus memberikan
kontribusi bagi generasi berikutnya.
Maka,
meski topiknya bukan hal yang baru, webinar Agerlip telah memberikan
ruang untuk menghadirkan semangat baru. Semangat untuk terus menulis, semangat
untuk terus berkreasi, dan semangat untuk menjadikan literasi sebagai jalan
pengabdian yang bermakna. Sebab, menulis bukan hanya soal menghasilkan karya,
tetapi juga tentang mewariskan pengetahuan dan nilai kepada masyarakat
luas.
Dengan
demikian, webinar bukan sekadar acara daring yang diikuti dari balik layar. Ia
adalah jembatan untuk bertukar gagasan, memperkaya pengetahuan, dan
membangkitkan energi positif. Dan dari webinar tentang menulis ini, kita
belajar bahwa literasi akan selalu menemukan caranya untuk tetap hidup,
dinamis, dan penuh inspirasi.
|
Bionarasi : Dr. Aty Mulyani, S.Ag., S.Pd., M.Pd.
adalah seorang pendidik yang berdedikasi dalam pengembangan pendidikan di
madrasah. Sebagai guru Biologi di MAN Insan Cendekia Jambi dan
bertransformasi ke pendamping madrasah, ia aktif membimbing guru dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran. Selain itu, ia juga merupakan aktivis
organisasi profesional PGM IND, PPMN, IGI, APSI, APMI, Forkom Ormas Jambi,
yang berkontribusi dalam berbagai forum pendidikan. Sebagai penulis, Dr. Aty
telah menghasilkan berbagai karya di bidang pendidikan dan manajemen
pendidikan, yang menjadi referensi bagi pendidik dan praktisi pendidikan di
Indonesia. |
إرسال تعليق