Oleh : Teddy Hermansyah, S.Pd
(Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum MTsN
7 Majalengka, Sekretaris MGMP Pendidikan Pancasila Kab. Majalengka dan Anggota
Bidang Penulisan Artikel Populer Agerlip PGM Indonesia)
Sebuah langkah
penting dalam peningkatan pembelajaran Pendidikan Pancasila di madrasah
berhasil diwujudkan melalui Workshop Implementasi Panca Cinta yang
diselenggarakan oleh MGMP Pendidikan Pancasila MTs Kabupaten Majalengka.
Kegiatan berlangsung di Aula PLHUT Kemenag Majalengka pada hari Rabu, 17
September 2025 yang diikuti oleh 60 peserta dari beberapa madrasah di Kabupaten
Majalengka.
Ketua MGMP Pendidikan Pancasila MTs kabupaten
Majalengka, H. Dede Arief Rohaedi, S.Pd.,MM dalam sambutannya menyampaikan rasa
syukur dan apresiasi atas antusiasme luar bisa dari guru yang mengikuti
kegiatan ini. Ia menyebutkan bahwa jumlah peserta kali ini merupakan jumlah tebanyak
sepanjang penyelenggaraan kegiatan MGMP Pendidikan Pancasila. “Ini merupakan
bentuk semangat dan komitmen para guru Pendidikan Pancasila dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran serta membumikan nilai-nilai luhur pancasila di madrasah.
Terima kasih atas kehadiran para pengarah, penanggung jawab, dan pembina MGMP
Pendidikan Pancasila yang telah hadir dan membersamai kita semua,”ujarnya.
Lebih lanjut beliau menginformasikan bahwa
MGMP Pendidikan Pancasila MTs Kabupaten Majalengka meraih penghargaan sebagai
MGMP teraktif ke-2 se-Jawa Barat serta telah berpartisipasi aktif dalam
berbagai ajang bergengsi termasuk mengirimkan perwakilan dari guru dan siswa untuk
lomba olimpiade Pancasila tingkat Provinsi Jawa Barat.
Workshop secara resmi dibuka oleh Kepala
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Majalengka, Dr. H. Agus Sutisna, S.Ag.,
M.Pd. Dalam sambutannya, beliau memberikan apresiasi tinggi kepada MGMP
Pendidikan Pancasila atas dedikasi dan konsistensinya dalam menyelenggarakan
kegiatan positif. Beliau mengharapkan agar guru Pendidikan Pancasila menjadi
motor perubahan dalam pembentukan akhlak dan perilaku siswa di madrasah.
Nilai-nilai Panca Cinta dan Panca Waluya harus senantiasa diinternalisasikan
dalam proses pembelajaran dan kehidupan sehari-hari di madrasah. Di samping
itu, beliau juga akan menyampaikan aspirasi dari MGMP Pendidikan Pancasila
dalam pengadaan Buku Teks Utama (BTU) Pendidikan Pancasila yang merupakan buku
pelajaran yang wajib digunakan sebagai tindak lanjut dari rekomendasi Badan
Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) pada pertemuan berikutnya bersama dengan
unsur kepala madrasah.
Pada kegiatan workshop ini menghadirkan dua
narasumber berkompeten, yaitu Dr. Hj. Euis Damayanti, M.P.Kim (Kasi Pendidikan
Madrasah Kantor Kemenag Kabupaten Majalengka) dan Drs. H. Yudi Jaenudin, M.Pd
(Ketua Pokjawas Kantor Kemenag Kabupaten Majalengka).
Dr. Hj. Euis selaku narasumber pertama dalam
kegiatan sosialisasi KBC menekankan bahwa meskipun pelatihan secara menyeluruh
masih dalam tahap ToT, panduan implementasi KBC sudah tersedia di setiap
madrasah sebagai acuan awal pelaksanaan di daerah masing-masing. “Para pendidik
diharapkan dapat proaktif mengakses informasi terbaru terkait pelatihan dan
kebijakan melalui channel resmi Kemenag, seperti kanal Pendis, media sosial,
WhatsApp group, hingga Instagram. Jangan menunggu informasi datang, tetapi jemputlah
informasi itu," ujarnya.
Beliau juga mengingatkan pentingnya rasa
syukur sebagai aparatur Kementerian Agama, karena masih banyak masyarakat di
luar sana yang berharap bisa berada di posisi yang sama dengan kita, maka
bekerjalah dengan ikhlas dan sepenuh hati. Khusus bagi para guru yang telah
tersertifikasi dan menerima tunjangan, Dr. Euis menekankan pentingnya ‘untuk
belanja kompetensi’. Di samping itu, Guru diminta untuk mulai mengintegrasikan
teknologi dalam pembelajaran, seperti penggunaan AI (Artificial Intelligence),
ChatGPT, dan Virtual Reality (VR) demi menunjang proses belajar yang relevan
dengan zaman.
Dalam paparannya, beliau juga menjelaskan konsep
cinta dalam konteks pendidikan di sekolah, yaitu: (1) Cinta dalam keteladanan
dan kepemimpinan; (2) Cinta dalam budaya madrasah; (3) Cinta dalam manajemen
kelas; (4) Cinta dalam pembelajaran; dan (5) Cinta orang tua.
Sementara itu, narasumber kedua, Drs. H. Yudi
Jaenudin, M.Pd, memaparkan bahwa perjalanan kurikulum di Indonesia telah
mengalami banyak perubahan, mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
Kurikulum 2013 (K-13), hingga Kurikulum Merdeka. Kini, nilai-nilai Kurikulum
Berbasis Cinta mulai diintegrasikan secara sistemik melalui berbagai jalur
pembelajaran. Kurikulum Berbasis Cinta bukan kurikulum yang berdiri sendiri,
melainkan disisipkan dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler,
ekstrakurikuler, dan budaya madrasah. Lebih jauh, beliau menyampaikan bahwa
tujuan akhir dari KBC adalah membentuk insan paripurna, yang dicirikan dengan
beberapa indikator penting seperti humanis, nasionalis, naturalis, toleran, dan
penuh cinta.
Sebagai contoh konkret, Drs. Yudi menampilkan
model rencana dan tujuan pembelajaran Pendidikan Pancasila yang sudah
diintegrasikan dengan nilai-nilai KBC, di mana peserta didik tidak hanya paham
secara kognitif, tetapi juga memiliki nilai cinta tanah air, cinta sesama, dan
empati sosial. Dengan semangat KBC, diharapkan pendidikan di madrasah tidak
hanya mencetak siswa cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki karakter
mulia yang penuh kasih, menghargai perbedaan, dan siap menjadi agen perubahan
di masyarakat.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi
inspirasi dan motivasi bagi para guru untuk terus mengembangkan pembelajaran
Pendidikan Pancasila yang kontekstual, transformatif, dan berakar pada
nilai-nilai luhur bangsa.
إرسال تعليق