Oleh: Adib Nur Aziz, Guru MTsN 7 Sleman
Sebagian
besar sampah yang ada di madrasah berasal dari bungkus makanan atau minuman
yang dikonsumsi oleh para murid. Sampah-sampah anorganik tersebut bisa menjadi
masalah yang besar bila tidak mampu ditangani dengan baik oleh madrasah. Bukan
hanya masalah sarana prasarana terkait ketersediaan bak sampah yang memadai, namun juga perilaku yang baik
terkait sampah dari warga madrasah khususnya para murid.
Salah
satu kondisi yang mungkin terjadi di madrasah adalah para murid tidak membuang
sampah di bak sampah tetapi di laci-laci meja atau bahkan dibuang di bawah meja
sehingga mengotori lantai yang ada. Kondisi semacam ini perlu menjadi perhatian
yang serius dari para guru. Hal tersebut terjadi karena perilaku murid yang
belum sesuai dengan ketentuan yang ada.
Madrasah
boleh jadi sudah memasang poster-poster terkait pentingnya membuang sampah pada
tempatnya. Atau bahkan madrasah sudah menjadi salah satu madrasah adiwiyata di
mana dinas lingkungan hidup dari pemerintah kabupaten/kota telah memberi
sertifikat sebagai madrasah yang peduli dan ramah dengan lingkungan. Namun hal
semacam ini bukan menjadi jaminan perilaku dari murid otomatis jadi baik.
Penanaman
perilaku peduli lingkungan dan sadar akan sampah bukanlah pekerjaan yang bisa
tuntas dalam waktu satu atau dua hari. Dalam hal ini, guru harus selalu aktif
untuk mengingatkan para murid untuk tidak membuang sampah sembarangan. Mereka
dilatih dan didorong untuk membuang sampah pada bak sampah yang sudah
disediakan di dalam ruang kelas atau di luar kelas.
Bimbingan
dan latihan ini harus dilaksanakan secara kontinu, terus menerus sehingga
menjadi kebiasaan yang baik bagi setiap murid. Dengan kebiasaan yang baik
tersebut, lambat laun menjadi karakter yang tertanam kuat di setiap diri para
murid. Man jadda wajada!
Posting Komentar