Refleksi ASASBD dan Dampaknya bagi Madrasah

 

Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag

Guru SKI MTsN 2 Garut

Duta Literasi Kabupaten Garut

Kabid Humas AGERLIP PGM Indonesia

(Naskah ke 206)




Setiap akhir tahun ajaran, madrasah selalu memasuki masa-masa krusial: evaluasi diri, refleksi, dan penataan ulang langkah-langkah besar untuk satu tahun ke depan. Di MTsN 2 Garut, momentum itu hadir melalui kegiatan ASASBD (Asesmen Sumatif Akhir Semester Berbasis Digital) yang berlangsung dari 24 November hingga 3 Desember 2025. Bagi sebagian orang, ASASBD mungkin sekadar agenda penilaian rutin. Namun bagi para guru dan siswa madrasah, ia adalah cermin: cermin besar yang menampilkan wajah pembelajaran, kesiapan teknologi, ketahanan mental, dan kedisiplinan budaya belajar.

 

 

Refleksi terhadap pelaksanaan ASASBD tahun ini menunjukkan banyak hal yang patut disyukuri. Pertama, kesiapan digital para siswa semakin matang. Mereka sudah tidak lagi gagap teknologi; bahkan beberapa siswa mampu menyelesaikan soal lebih cepat karena terbiasa dengan navigasi berbasis aplikasi. Hal ini menunjukkan bahwa transformasi digital dalam pembelajaran bukan lagi wacana, melainkan budaya yang sudah meresap ke ruang-ruang kelas MTsN 2 Garut.

 

 

Dari sisi guru, ASASBD menjadi ajang pembuktian strategi pembelajaran selama satu semester. Guru melihat dengan lebih jernih: apakah metode yang digunakan sudah menguatkan literasi dan numerasi? Apakah penilaian harian sudah mendukung penilaian sumatif? Apakah siswa benar-benar memahami konsep, atau sekadar menghafal? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu muncul dari pola hasil asesmen, yang kemudian menjadi dasar perbaikan pembelajaran semester berikutnya.

 

 

Pelaksanaan ASASBD juga berdampak besar terhadap manajemen madrasah. Koordinasi proktor, kesiapan server, validasi soal, hingga pendampingan teknis menjadi rangkaian kerja sistematis yang menuntut ketelitian tinggi. Namun di balik kesibukan itu, ada satu pelajaran penting: kolaborasi adalah kunci. Semua elemen bekerja dalam satu frekuensi guru, tenaga kependidikan, proktor, teknisi, dan siswa mewujudkan pelaksanaan asesmen yang tertib dan akurat. Inilah modal sosial madrasah yang tidak selalu terlihat, tetapi sangat terasa manfaatnya.

 

 

Dampak berikutnya adalah peningkatan kesadaran siswa terhadap pentingnya kejujuran akademik. Sistem berbasis digital dengan pengawasan berlapis membuat siswa menyadari bahwa prestasi sejati lahir dari usaha sendiri, bukan dari jalan pintas. Di banyak kelas, guru melaporkan perubahan perilaku: siswa lebih fokus, lebih tenang, dan lebih menghargai proses belajar karena memahami bahwa asesmen digital tidak bisa ditipu.

 

 

Refleksi ASASBD juga menguatkan madrasah dalam memetakan kebutuhan tahun 2026. Infrastruktur digital harus tetap diperbarui; pelatihan guru perlu terus ditingkatkan; dan budaya literasi informasi perlu diperkuat. ASASBD bukan hanya evaluasi siswa melainkan evaluasi ekosistem pendidikan di MTsN 2 Garut secara menyeluruh.

 

 

Pada akhirnya, ASASBD 2025 bukan sekadar rentang tanggal antara 24 November sampai 3 Desember. Ia adalah ruang belajar bersama: ruang untuk menata ulang komitmen, meneguhkan budaya mutu, dan memastikan bahwa pendidikan di madrasah tidak sekadar berjalan, tetapi bergerak maju dengan penuh kesadaran dan arah. Dan dari ruang refleksi itu, MTsN 2 Garut kembali meneguhkan jati dirinya sebagai madrasah yang terus bertumbuh, berbenah, dan berdaya dalam menghadapi tantangan zaman.

 

Post a Comment

أحدث أقدم